HARI-HARI pertama ia menjadi rektor (Desember 1980),
mahasiswanya mogok, gara-gara malam kesenian mahasiswa tak
diizinkan rektor terdahulu. Tapi Frans Danuwinata, lebih populer
dengan panggilan Pater Danu, bukanlah tipe rektor yang suka
menskors, apalagi memecat mahasiswa. Dengan bujukannya akhirnya
mahasiswa mau belajar kembali.
Maka agak mengejutkan, persis 1 April, di Universitas Katolik
Atmajaya, Jakarta, ada upacara serah terima jabatan rektor -
kepada dr. Gerard Bonang. Seharusnya masa jabatan Frans
Danuwinata baru berakhir Desember 1983. "Beliau mengundurkan
diri karena alasan pribadi," kata Sekretaris Eksekutif Bidang
Sosial Yayasan Atmajaya.
Tapi suasana upacara Kamis pagi itu terasa tak enak. Beberapa
pidato dibatalkan -- termasuk pidato perpisahan Frans
Danuwinata. Beberapa mahasiswa membawa karangan bunga duka cita
dan membagikan selebaran "Kami kehilangan seorang Bapak yang
penuh kasih sayang."
Pater Danu konon berhenti bukan semata-mata alasan pribadi.
"Ada persoalan antara rektor dan Yayasan," tutur seorang
mahasiswa.
Persoalan itu muncul mulai Februari. Beberapa dekan meminta
rektor supaya memecat tujuh dosen dan karyawan Universitas
Atmajaya. Ketujuh orang itu ikut menandatangani pernyataan
politik, seperti Petisi 360, Petisi 61 dan Petisi 30.
"Pater Danu sebenarnya tidak setuju terhadap petisi-petisi itu.
Tapi beliau menghargai pendapat kami," tutur seorang dosen
Atmajaya yang ikut menandatangani petisi. Tapi ada kabarnya
"teguran" rektor terhadap para penandatangan. "Pater menghimbau
kami agar bersikap low profile sampai pemilu nanti," lanjut
dosen tersebut.
Frans Danuwinata, yang rapi berjas sewaktu upacara serahterima,
tak bersedia memberikan komentar. Tentu, menurut beberapa
sumber, para dekan mempunyai alasan lain pula. Dari enam
fakultas, misalnya, baru Fak. Ilmu pengetahuan Kemasyarakatan
(IPK) dengan ijazah sarjana muda dan sarjananya diakui
pemerintah. Dari fakultas lain (seperti Ekonomi, Hukum, Keguruan
dan llmu Pendidikan) baru sarjana mudanya saja yang diakui.
Bahkan Fak. Teknik dan Fak. Kedokteran baru berstatus terdaftar.
Nah, para dosen penandatangan petisi itu dianggap menghambat
kenaikan status berbagai fakultas.
Tapi, menurut seorang dosen, yang ikut menandatangani petisi,
alasan itu dicari-cari. "Secara obyektif persyaratan di
fakultas-fakultas Atmajaya sendiri kurang," katanya.
Dilihat dari sarana fisik -- gedung, laboratorium dan
perpustakaan -- Atmajaya tergolong unggul, bila dibandingkan
dengan beberapa universitas negeri sekalipun. Berdiri megah di
Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, gedungnya berlantai delapan.
Mahasiswanya berjumlah tiga ribu lebih. Tapi sedikit sekali
dosen tetap di situ.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini