Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tak dinanti lagi dari New York

Rencana pertandingan thomas americo dengan saoul mamby atau pryor terancam batal. herman sarens menggantikan boy bolang sebagai promotor. americo tetap berlatik di pantai jalasutra.(or)

18 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEINGINAN Thomas Americo menantang kampiun tinju dunia mungkin tak terkabul. "Tak usah dimimpi-mimpikan lagi," kata Boy Bolang dari New York lewat telepon pada TEMPO. "Hal itu sudah tak mungkin. Biarpun setelah pertandingan Mamby melawan Kimpuani." (Saoul) Mamby, pemegang gelar dunia kelas welter junior versi World Boxing Association (WBA) semula disebut-sebut akan menjadi lawan Americo. Menurut Boy Bolang yang kini tinggal di New York (lihat Pokok & Tokoh), kegagalan ini disebabkan oleh cara kerja Komisi Tinju Indonesia (KTI) yang gampang memberi dan mencabut rekomendasi promotor. Semula Boy Bolang ditugaskan menghubungi promotor Don King -- penyelenggara pertandingan perebutan gelar juara dunia. Tapi ketika usahanya baru separuh jalan, KTI menunjuk Herman Sarens Sudiro sebagai penggantinya. Akibatnya, perundingan yang dirintis Boy Bolang jadi batal. Herman pertengahan Maret bertolak ke New York menghubungi Don King. Ia, sampai pekan lalu, belum kembali. Hasil kerjanya juga belum ketahuan. Menurut Boy Bolang, penggantinya ini gagal. Sebab Herman menginginkan Aaron Pryor, juara versi World Boxing Council (WBC) yang bayarannya lebih murah dibanding Mamby. "Don King menolak permintaan itu," cerita Boy Bolang. "Karena perjanjian dengan Mamby belum beres." Bayaran yang diminta untuk Mamby adalah US$ 365.000. Sedang Pryor cuma US$ 300.000. Semua itu termasuk untuk komisi agen. Sapi Berkeliaran Don King konon menolak pula promotor Indonesia gara-gara cap Mafia yang diberikan KTI terhadapnya. Ceritanya begini: suatu waktu Ketua KTI Legowo diwawancarai oleh sebuah koran Jakarta. Ia mengatakan Don King itu Mafia. Tulisan itu dibaca Don King. "Don King marah sekali," lanjut Boy Bolang." Ia 'kan orang yang punya pengaruh baik di WBA maupun WBC." Jika KTI tidak mencabut rekomendasinya, "pertandingannya sudah pasti 25 April ini," ujar Boy Bolang. Ia mengaku bekerjasama dengan Herlina, Srikandi Pembebasan Irian Barat (sekarang Jaya) yang kini bergerak dalam bisnis. Lawan yang direncanakan Boy Bolang untuk Americo adalah Mamby. Dari Sasana Gajayana di Malang, kubu Americo telah terdengar pula suara pesimistis. Sasarannya untuk Americo sekarang adalah mempertahankan gelar Orient Pacific Boxing Federation (OPBF) yang direnggutnya, pertengahan 1980. Baus waktu bagi Americo untuk itu 15 April. "Akhir Maret, pernah datang tantangan buat Americo dari Kyong Hwan Chae, ranking pertama OPBF," kata M. Soegiyono, pembina Sasana Gajayana. "Jawaban mengenai kesediaan Americo sudah dikirim." Soal bayaran yang diminta Americo maupun penanungnya tidak diributkan. Pertandingan perebutan gelar OPBF ini diancar-ancar 10 Mei. Tempatnya belum ditetapkan. Mungkin di Malang, Surabaya, atau di Seoul. Americo yang merebut gelar kampiun dari tangan petinju Korea Selatan Sang Mo Koo di Surabaya, menurut pembina Harsono Puspoasmoro, sudah berulang kali menolak tantangan petinju OPBF. Karena mereka berharap Americo melawan seorang pemegang mahkota tinju dunia. Untuk mempersiapkan diri, Americo akhir-akhir ini berlatih di Pantai Jalasutra, sekitar 75 km dari Malang. Tempat itu dianggapnya mirip dengan daerah asalnya, Timor Timur. Ada sapi berkeliaran tanpa penggembala di padang yang menyerupai sabana di Timor Timur. Jauh dari kebisingan, ia berlatih di sana sejak 11 Maret. Di pantai itu Americo bersama pelatih dan empat petinju seperguruannya menempati rumah berukuran 5 x 9 m. Rumah bedeng itu adalah bekas milik PT Jalasutra -- perusahaan penangkapan ikan yang bangkrut. Rumah yang dihuni Americo dkk. tak berbeda dengan tempat tinggal nelayan di sekitarnya. "Gerak kaki Americo kini makin hidup," kata pelatih Abu Dori. Americo, selama di Pantai Jalasutra, berlatih 4 atau 5 jam tiap hari. Tiap pagi latihan fisik selama satu jam -- kecuali Minggu pagi. Sore latihan teknik. Termasuk shadow boxing dan "bertanding sungguhan" dengan kawannya seperti Solikin dan Kid Hasan. Ia sekarang sudah bisa melancarkan pukulan sebanyak 160 kali dalam tiga menit -- kurang 60 kali dari pukulan terbanyak yang dicatat petinju dunia seperti Mohamad Ali. Americo tampak agak kecewa. "Saya betul-betul pusing memikirkannya. Sebab pertandingan (melawan Mamby atau Pryor) tertunda-tunda terus tanpa kepastian," katanya. Menurut Komisi Teknik KTI Malang C.W. Kailola, kesiapan mental Americo sempat terganggu. Americo baru terhibur setelah orang Korea itu menantangnya. Bagaimana peluangnya menghadapi Kyongl Hwan Chae? Americo jelas di atas angin. "Bukannya sombong. Di kertas, Americo berada setingkat di atas lawan -- siapa pun petinju di Asia Pasifik ini," kata Kailola. Tentu ini perlu dibuktikan 10 Mei nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus