KEINGINAN Thomas Americo menantang kampiun tinju dunia mungkin
tak terkabul. "Tak usah dimimpi-mimpikan lagi," kata Boy Bolang
dari New York lewat telepon pada TEMPO. "Hal itu sudah tak
mungkin. Biarpun setelah pertandingan Mamby melawan Kimpuani."
(Saoul) Mamby, pemegang gelar dunia kelas welter junior versi
World Boxing Association (WBA) semula disebut-sebut akan menjadi
lawan Americo.
Menurut Boy Bolang yang kini tinggal di New York (lihat Pokok &
Tokoh), kegagalan ini disebabkan oleh cara kerja Komisi Tinju
Indonesia (KTI) yang gampang memberi dan mencabut rekomendasi
promotor. Semula Boy Bolang ditugaskan menghubungi promotor Don
King -- penyelenggara pertandingan perebutan gelar juara dunia.
Tapi ketika usahanya baru separuh jalan, KTI menunjuk Herman
Sarens Sudiro sebagai penggantinya. Akibatnya, perundingan yang
dirintis Boy Bolang jadi batal.
Herman pertengahan Maret bertolak ke New York menghubungi Don
King. Ia, sampai pekan lalu, belum kembali. Hasil kerjanya juga
belum ketahuan. Menurut Boy Bolang, penggantinya ini gagal.
Sebab Herman menginginkan Aaron Pryor, juara versi World Boxing
Council (WBC) yang bayarannya lebih murah dibanding Mamby. "Don
King menolak permintaan itu," cerita Boy Bolang. "Karena
perjanjian dengan Mamby belum beres." Bayaran yang diminta untuk
Mamby adalah US$ 365.000. Sedang Pryor cuma US$ 300.000. Semua
itu termasuk untuk komisi agen.
Sapi Berkeliaran
Don King konon menolak pula promotor Indonesia gara-gara cap
Mafia yang diberikan KTI terhadapnya. Ceritanya begini: suatu
waktu Ketua KTI Legowo diwawancarai oleh sebuah koran Jakarta.
Ia mengatakan Don King itu Mafia. Tulisan itu dibaca Don King.
"Don King marah sekali," lanjut Boy Bolang." Ia 'kan orang yang
punya pengaruh baik di WBA maupun WBC."
Jika KTI tidak mencabut rekomendasinya, "pertandingannya sudah
pasti 25 April ini," ujar Boy Bolang. Ia mengaku bekerjasama
dengan Herlina, Srikandi Pembebasan Irian Barat (sekarang Jaya)
yang kini bergerak dalam bisnis. Lawan yang direncanakan Boy
Bolang untuk Americo adalah Mamby.
Dari Sasana Gajayana di Malang, kubu Americo telah terdengar
pula suara pesimistis. Sasarannya untuk Americo sekarang adalah
mempertahankan gelar Orient Pacific Boxing Federation (OPBF)
yang direnggutnya, pertengahan 1980. Baus waktu bagi Americo
untuk itu 15 April. "Akhir Maret, pernah datang tantangan buat
Americo dari Kyong Hwan Chae, ranking pertama OPBF," kata M.
Soegiyono, pembina Sasana Gajayana. "Jawaban mengenai kesediaan
Americo sudah dikirim." Soal bayaran yang diminta Americo maupun
penanungnya tidak diributkan.
Pertandingan perebutan gelar OPBF ini diancar-ancar 10 Mei.
Tempatnya belum ditetapkan. Mungkin di Malang, Surabaya, atau di
Seoul. Americo yang merebut gelar kampiun dari tangan petinju
Korea Selatan Sang Mo Koo di Surabaya, menurut pembina Harsono
Puspoasmoro, sudah berulang kali menolak tantangan petinju OPBF.
Karena mereka berharap Americo melawan seorang pemegang mahkota
tinju dunia.
Untuk mempersiapkan diri, Americo akhir-akhir ini berlatih di
Pantai Jalasutra, sekitar 75 km dari Malang. Tempat itu
dianggapnya mirip dengan daerah asalnya, Timor Timur. Ada sapi
berkeliaran tanpa penggembala di padang yang menyerupai sabana
di Timor Timur. Jauh dari kebisingan, ia berlatih di sana sejak
11 Maret.
Di pantai itu Americo bersama pelatih dan empat petinju
seperguruannya menempati rumah berukuran 5 x 9 m. Rumah bedeng
itu adalah bekas milik PT Jalasutra -- perusahaan penangkapan
ikan yang bangkrut. Rumah yang dihuni Americo dkk. tak berbeda
dengan tempat tinggal nelayan di sekitarnya.
"Gerak kaki Americo kini makin hidup," kata pelatih Abu Dori.
Americo, selama di Pantai Jalasutra, berlatih 4 atau 5 jam tiap
hari. Tiap pagi latihan fisik selama satu jam -- kecuali Minggu
pagi. Sore latihan teknik. Termasuk shadow boxing dan
"bertanding sungguhan" dengan kawannya seperti Solikin dan Kid
Hasan. Ia sekarang sudah bisa melancarkan pukulan sebanyak 160
kali dalam tiga menit -- kurang 60 kali dari pukulan terbanyak
yang dicatat petinju dunia seperti Mohamad Ali.
Americo tampak agak kecewa. "Saya betul-betul pusing
memikirkannya. Sebab pertandingan (melawan Mamby atau Pryor)
tertunda-tunda terus tanpa kepastian," katanya. Menurut Komisi
Teknik KTI Malang C.W. Kailola, kesiapan mental Americo sempat
terganggu. Americo baru terhibur setelah orang Korea itu
menantangnya.
Bagaimana peluangnya menghadapi Kyongl Hwan Chae? Americo jelas
di atas angin. "Bukannya sombong. Di kertas, Americo berada
setingkat di atas lawan -- siapa pun petinju di Asia Pasifik
ini," kata Kailola. Tentu ini perlu dibuktikan 10 Mei nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini