Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tambah Maju, Inche

Direktorat Jenderal Pendidikan luar sekolah dan olah raga menuangkan instruksi untuk mengembangkan olah raga sepak takraw. Perlu dimasyarakatkan dulu baru berbicara mengenai prestasi. (or)

3 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM sepaktakraw Malaysia pernah bermuhibah di Indonesia, September 1970, dan akhirnya mendorong kegemaran baru di sini. Bahkan Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda (sekarang Direktorat Jenderal Pendidikan luar Sekolah dan Olahraga) telah menuangkan instruksi yang bertujuan melalui instansinya di daerah-daerah untuk segera mengembangkan olahraga tersebut. "Mengingat permainan ini dasarnya adalah sepakraga, permainan rakyat yang terdapat di beberapa daerah Indonesia," tulis drs. Mohamad Yunus Akbar, Kepala Bagian Perencanaan Ditjen 'LSOR, dalam buku Permainan Sepakraga dan Sepaktakraw. Namun kemajuannya telah tidak secepat keputusannya. Di SEA Games IX, Kuala Lumpur 1977, tim nasional pulang tanpa meraih nomor. Memang sepaktakraw di Indonesia masih dalam tahap memperkenalkan diri. Daerah sasarannya, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan. "Setelah memassal, baru kemudian kita berbicara mengenai prestasi," lanjut Akbar, juga menjabat Ketua Umum Perserasi, induk organisasi sepaktakraw Indonesia. Sepaktakraw dimainkan di lapangan berukuran 13,42 meter x 6,10 meter. Regu yang turun di lapangan terdiri dari 3 pemain, yaitu tekong yang melakukan serve, dan apit kiri dan kanan. Bolanya terbuat dari jalinan rotan dengan keliling lingkaran 16-17 inci. Berat bola antara 160-180 gram. Kedua regu dipisahkan oleh jaring setinggi 1,55 m. Dan cara menghitung angkanya sama dengan permainan bulutangkis. Sasaran Perserasi -- berdiri tahun 1973 - dalam melebarkan sayap sepaktakraw telah menemui bentuk. Kini ia tersebar di 8 daerah -- Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Kejuaraan Nasional Sepaktakraw berlangsung dan berakhir pekan lalu. Berhasil mempertahankan gelar di Senayan. Jakarta, masih 4 daerah yaitu Sulawesi Selatan, Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, yang juga unggul dalam kejuaraan nasional 1976. Sepakraga ini sudah sebagian dari kebudayaan di sana. "Di Riau kepulauan, sepaktakraw sudah lama dimainkan masyarakat, terutama yang tinggal berdekatan dengan Singapura," cerita Abdullah Sani, pelatih tim Riau. Daerah yang dimaksud adalah Pulau Batam, Moro, Karimun Panjang, dan Pulau Trong. Tim Riau menyapu bersih semua nomor beregu dalam kejuaraan nasional kemarin. Tingkat Perunggu? Untuk kelas domestik, penampilan atlit 4 daerah itu, terutama Riau, sudah boleh diandalkan. Tapi bagaimana di SEA Games X, September depan? "Tim Indonesia punya peluang untuk meraih medali perunggu," jawab pelatih tim Sulawesi Selatan, M. Alwi. "Untuk mengalahkan Malaysia dan Muangthai memang masih berat. Tapi untuk menghadapi Singapura kan kita sama 50-50." Peserta lainnya, seperti Pilipina dan Brunei, dianggapnya tak seberat negara pertama. "Dibandingkan dengan beberapa tahun silam, pemain Indonesia sekarang cukup memperlihatkan kemajuan," komentar pelatih Malaysia, Azizuddin Khan. Ia datang untuk menatar para pelatih Indonesia. Tapi "penguasaan teknik di sini masih kurang." Khan memberi contoh beberapa kelemahan. Misalnya, bola yang seharusnya dismasb dengan kepala, tampak digunakan malah kaki. Tidak jarang bola yang seharusnya di-chop, malah di-drop atau di-smash. "Begitu juga posisi pemain-ketika bola di atas -- masih banyak yang kurang cocok," tambah Khan. Kelemahan itu dianjurkannya supaya dijawab dengan berlatih tekun dan banyak bertanding. Di Malaysia, mulai Januari sampai Desember ramai dilangsungkan pertandingan lokal, zone, maupun tingkat nasional. Di sana, mereka uga mempunyal persyaratan tertentu untuk memilih pemain. Untuk tekong yang melakukan serve, dipilih mereka yang tendangannya baik dan tajam, serta operannya yang selalu tepat, selain tangkisannya atau umpannya yang bagus. Sedang untuk apit kanan maupun kiri, disukai mereka yang mahir menimang bola, mengumpan, menangkis, maupun men-smash bola. Dan "paling penting adalah stamina mereka," kata Khan. Ia memberi contoh, seorang pemain nasional harus mampu dalam waktu 10 menit untuk lari 8 x 800 m. "Kalau mereka tak sanggup, kita tidak pakai." Bagaimana di Indonesia? Persyaratannya belum demikian ketat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus