Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tarik-menarik Bisnis Sepak Bola

Makin dekat kompetisi Galatama, makin ramai pasaran sepak bola non-amatir. Klub-klub sepak bola saling mentransfer para pemainnya dengan honor yang lebih besar. (or)

3 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAKIN dekat kompetisi Galatama makin ramai pasaran sepakbol non-amatir itu. Terakhir klub Pardedetex disebut akan muncul dalam kompetisi itu -- kini direncanakan 17 Maret. Klub dari Sumatera Utara, pimpinal T.D. Pardede yang dikenal sebagai "Bapak Sepakbola Prof Indonesia" itu telah berani merekrut pemain top. Antara lain John Lesnusa dirayunya supaya keluar dari Warna Agung. Lesnusa tadinya adalah pemain harapan Warna Agung yang pernah mencetak beberapa gol untuk kemenangan Persija. Untuk mutasi pemain begitu, Dr Pardede sendiri berdiplomasi dengan pimpinan Warna Agung, Benny Mulyono. Tapi bukan Lesnusa saja yang diincernya. Sunardi "Kuping", Budi Riva, Ruly Nere, Marsely Tambayong dan Yopie Saununu -- semua dari Warna Agung -ingin ditarik Dr Pardede pula. "Terserah mereka, " kata Mulyono. "Setahu saya, mereka masih setia pada Warna Agung." Lesnusa, menurut spekulasi di luar, memperoleh uang transfer Rp 1,8 juta. Honornya lebih tinggi, tentu saja, dari Pardedetex. Tidak jelas berapa. Mana Pelatihnya? Jayakarta, klub yang bernaung di bawah Yayasan Jaya Raya, yang juga memasuki Galatama sedang menghadapi problem lain. Dua asisten pelatihnya Arliz dan Wimpie Pranta -- mengundurkan diri berbareng. Dua bulan sebelumnya, pelatih utamanya -- Sinyo Aliandu -- pindah ke klub lain. Namun Ketua Jayakarta, Frans Hutasoit, yang juga sibuk dalam jabatannya sebagai Ketua Bidang Pembinaan Tim Nasional di PSSI, membantah. "Saya sendiri belum tahu," katanya pada TEMPO mengenai keperglan tlga pelatihnya. Sambutan buat Galatama di luar dugaan. Januari, masih masuk permintaan menjadi anggotanya. Terakhir tercatat Batik Keris Football Club dari Solo. Mungkin kesebelasan ini nanti bertanding dengan seragam batik? Klub Jaka Utama dari Lampung tak ingin ketinggalan. Pimpinannya meminta masa pendaftaran yang berakhir Januari supaya dapat diperpanjang sampai pertengahan Pebruari ini. Jaka Utama rupanya menyusun kekuatan sebelum memastikan menjadi anggota Galatama. Klub Perkesa di bawah pimpinan Acub Zaenal serta pelatih Chaeruddin dan tim manajer Acep mengumpulkan 9 pemain muda dari Irian Jaya. Berkedudukan di Bogor, Perkesa mendapat dukungan keuangan dari pengusaha Eddy Kowara. Ia memang belum memiliki star, tapi dengan menyajikan "mutiara hitam" dari Indonesia Timur, ia sudah cukup komersiil. Dari Surabaya, pembantu TEMPO Ibrahim Husni melaporkan bahwa PS Mitra yang masih termasuk Kelas I Persebaya menyatakan ikut Galatama. Sebagai Yayasan, Ketuanya Djaelani, sedang tim manajernya M. Hidayat yang dulu terkenal sebagai Tan Tiong Mo, eks pemain depan Naga Kuning dan Persebaya tahun 50-an. Bagi Hidayat, mendapatkan pemain tidak terlalu sulit. Hamid Asnan, Soebodro, Rusdi Bahalwan, Wayan Diana dan Purnomo dari PS "Asyabab", Joko Malis dari PSAD, Joni Fahamsyah, Ketut Suripto dari Indonesia Muda -- semua itu menjadi inti PS Mitra. Beberapa pemain dari Ujung Pandang didekati Mitra juga. Honor pemain, menurut Hidayat, berkisar antara Rp 150 dan Rp 300 ribu per bulan. Untuk yang belum berkeluarga disediakannya asrama plus makan gratis. Bagi yang sudah berkeluarga disediakannya rumah kontrakan dan ongkos rumah-tangga. Sponsornya adalah New International Amusement Center yang dipimpin Wenas. Ko-sponsor antara lain disebut Agip Oil dan Suzuki. Klub lain yang berambisi besar dalam Galatama tercatat Tunas Inti. Klub ini titisan dari POR & S Tunas Jaya -- dipimpin oleh Beniardi dan Latif Harris Tanoto. Meskipun ia belum memiliki bintang lapangan, tokoh Sinyo Aliandu yang diberinya honor Rp 400 ribu per bulan berfungsi sebagai "merek dagang" yang bonafid. Beniardi, sehari-hari Direktur PT Tempo (farmasi) memilih Yayasan sebagai badan hukum. "Di yayasan, keuntungan kita berikan pada pemain," katanya pada Herry Komar dari TEMPO. Modal pertama dia harapkan dari donatur. Tapi Beniardi-lah penggerak modalnya. Dalam menghadapi kompetisi Maret nanti, minggu ini para pemain Tunas sudah akan masuk TC lalu try-out ke Jawa Tengah. Beniardi berharap, "semoga bisa menggeser salah satu dari tiga besar Jayakarta, Warna Agung dan Indonesia Muda." Bisnis Tulen Klub BBSA (Bangka Biliton Sport Association) yang pernah mengalami masa jayanya di tahun 50-an, kini jatuh ke divisi I Persija. Tapi dengan munculnya Tjoeng Djunantoro, tokoh lama, sebagai Direktur Umum PT BBSA Tama tim ini diramalkan akan kuat. Dipilih nya bentuk PT, menurut asisten tin manajer Imam Suwartoyo, karena sepakbola non-amatir sudah seharusnya dilihat dari kacamata bisnis. Berapa honor pemainnya? "Sediki lebih rendah dari standar umum Rp 150 ribu," kata Tjoeng. Tapi ia menyebut kan adanya bonus dan premi dari setiaF pertandingan. Juga dicadangkannya 20% saham untuk para pemain. Tiga nama dari eks Persebaya yang telah beken Slamet Pramono, Hartono dan Bud. Santoso akan menjadi pemain inti BBSA Tama. Dengan modal Rp 25 juta, PT BBSA Tama dikaitkan pula dengan usaha di bidang kontraktor dan leveransir. Targetnya di lapangan hijau sederhana saja: asal tidak menjadi juru kunci. Tapi ia bermaksud pula untuk mendatangkan pemain dari luar negeri dan membuka industri jasa sepakbola. Ia akan membangun lapangan sendiri di Sarengseng, Depok. PS Indonesia Muda juga memasuki Galatama dengan bentuk koperasi. Pelatihnya Suwardi Arland. Tim manajernya Dimas Wahab, leveransir Pertamina. "Koperasi itu sifatnya gotong-royong dan ada unsur membina kesejahteraan anggota," kata Ketua Umum Soerowo. Banyak pemainnya adalah karyawan Pertamina seperti Johanes Auri, Suaeb Rizal, Junaedi Abdillah. Bentuk koperasi tak membahayakan status mereka di Pertamina. Modalnya berasal dari koperasi yang ditunjang 600 anggota TIM di Jakarta, kata pengurusnya pada Widi Yarmanto dari TEMPO. Klub Arselo mendadak mengorbit dalam sepakbola nasional. Bukan karena prestasinya, tapi karena peran pendirinya Sigit Suharto, putera Kepala Negara. Arseto resmi berbentuk PT. Direkturnya adalah Bambang P. Laksono Pusoro. Komisarisnya antara lain Sigit Suharto Sebagai tim manajer merangkap misi teknik dan pembinaan adalah Ismet, mahasiswa Teknik Elektro UKI. Meskipun tidak mentargetkan juara, Yudo Hadianto yang melatih Arseto mempunyai tekad bahwa asuhannya "tidak akan mengecewakan penonton dan minimal masuk tiga besar." Para pemainnya antara lain Novrizal Chai, Putu, Yunus Purwanto, Teguh, Amrizal Rachman dan Bambang. Yang lebih senior adalah Abdul Kadir dari Persebaya dan Ronny Sarbini eks Jayakarta. Honor di situ dirahasiakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus