MAKIN dekat kompetisi Galatama makin ramai pasaran sepakbol
non-amatir itu. Terakhir klub Pardedetex disebut akan muncul
dalam kompetisi itu -- kini direncanakan 17 Maret.
Klub dari Sumatera Utara, pimpinal T.D. Pardede yang dikenal
sebagai "Bapak Sepakbola Prof Indonesia" itu telah berani
merekrut pemain top. Antara lain John Lesnusa dirayunya supaya
keluar dari Warna Agung. Lesnusa tadinya adalah pemain harapan
Warna Agung yang pernah mencetak beberapa gol untuk kemenangan
Persija.
Untuk mutasi pemain begitu, Dr Pardede sendiri berdiplomasi
dengan pimpinan Warna Agung, Benny Mulyono. Tapi bukan Lesnusa
saja yang diincernya. Sunardi "Kuping", Budi Riva, Ruly Nere,
Marsely Tambayong dan Yopie Saununu -- semua dari Warna Agung
-ingin ditarik Dr Pardede pula. "Terserah mereka, " kata
Mulyono. "Setahu saya, mereka masih setia pada Warna Agung."
Lesnusa, menurut spekulasi di luar, memperoleh uang transfer Rp
1,8 juta. Honornya lebih tinggi, tentu saja, dari Pardedetex.
Tidak jelas berapa.
Mana Pelatihnya?
Jayakarta, klub yang bernaung di bawah Yayasan Jaya Raya, yang
juga memasuki Galatama sedang menghadapi problem lain. Dua
asisten pelatihnya Arliz dan Wimpie Pranta -- mengundurkan diri
berbareng. Dua bulan sebelumnya, pelatih utamanya -- Sinyo
Aliandu -- pindah ke klub lain. Namun Ketua Jayakarta, Frans
Hutasoit, yang juga sibuk dalam jabatannya sebagai Ketua Bidang
Pembinaan Tim Nasional di PSSI, membantah. "Saya sendiri belum
tahu," katanya pada TEMPO mengenai keperglan tlga pelatihnya.
Sambutan buat Galatama di luar dugaan. Januari, masih masuk
permintaan menjadi anggotanya. Terakhir tercatat Batik Keris
Football Club dari Solo. Mungkin kesebelasan ini nanti
bertanding dengan seragam batik?
Klub Jaka Utama dari Lampung tak ingin ketinggalan. Pimpinannya
meminta masa pendaftaran yang berakhir Januari supaya dapat
diperpanjang sampai pertengahan Pebruari ini. Jaka Utama rupanya
menyusun kekuatan sebelum memastikan menjadi anggota Galatama.
Klub Perkesa di bawah pimpinan Acub Zaenal serta pelatih
Chaeruddin dan tim manajer Acep mengumpulkan 9 pemain muda dari
Irian Jaya. Berkedudukan di Bogor, Perkesa mendapat dukungan
keuangan dari pengusaha Eddy Kowara. Ia memang belum memiliki
star, tapi dengan menyajikan "mutiara hitam" dari Indonesia
Timur, ia sudah cukup komersiil.
Dari Surabaya, pembantu TEMPO Ibrahim Husni melaporkan bahwa PS
Mitra yang masih termasuk Kelas I Persebaya menyatakan ikut
Galatama. Sebagai Yayasan, Ketuanya Djaelani, sedang tim
manajernya M. Hidayat yang dulu terkenal sebagai Tan Tiong Mo,
eks pemain depan Naga Kuning dan Persebaya tahun 50-an.
Bagi Hidayat, mendapatkan pemain tidak terlalu sulit. Hamid
Asnan, Soebodro, Rusdi Bahalwan, Wayan Diana dan Purnomo dari PS
"Asyabab", Joko Malis dari PSAD, Joni Fahamsyah, Ketut Suripto
dari Indonesia Muda -- semua itu menjadi inti PS Mitra. Beberapa
pemain dari Ujung Pandang didekati Mitra juga. Honor pemain,
menurut Hidayat, berkisar antara Rp 150 dan Rp 300 ribu per
bulan. Untuk yang belum berkeluarga disediakannya asrama plus
makan gratis. Bagi yang sudah berkeluarga disediakannya rumah
kontrakan dan ongkos rumah-tangga. Sponsornya adalah New
International Amusement Center yang dipimpin Wenas. Ko-sponsor
antara lain disebut Agip Oil dan Suzuki.
Klub lain yang berambisi besar dalam Galatama tercatat Tunas
Inti. Klub ini titisan dari POR & S Tunas Jaya -- dipimpin oleh
Beniardi dan Latif Harris Tanoto. Meskipun ia belum memiliki
bintang lapangan, tokoh Sinyo Aliandu yang diberinya honor Rp
400 ribu per bulan berfungsi sebagai "merek dagang" yang
bonafid.
Beniardi, sehari-hari Direktur PT Tempo (farmasi) memilih
Yayasan sebagai badan hukum. "Di yayasan, keuntungan kita
berikan pada pemain," katanya pada Herry Komar dari TEMPO. Modal
pertama dia harapkan dari donatur. Tapi Beniardi-lah penggerak
modalnya.
Dalam menghadapi kompetisi Maret nanti, minggu ini para pemain
Tunas sudah akan masuk TC lalu try-out ke Jawa Tengah. Beniardi
berharap, "semoga bisa menggeser salah satu dari tiga besar
Jayakarta, Warna Agung dan Indonesia Muda."
Bisnis Tulen
Klub BBSA (Bangka Biliton Sport Association) yang pernah
mengalami masa jayanya di tahun 50-an, kini jatuh ke divisi I
Persija. Tapi dengan munculnya Tjoeng Djunantoro, tokoh lama,
sebagai Direktur Umum PT BBSA Tama tim ini diramalkan akan kuat.
Dipilih nya bentuk PT, menurut asisten tin manajer Imam
Suwartoyo, karena sepakbola non-amatir sudah seharusnya dilihat
dari kacamata bisnis.
Berapa honor pemainnya? "Sediki lebih rendah dari standar umum
Rp 150 ribu," kata Tjoeng. Tapi ia menyebut kan adanya bonus dan
premi dari setiaF pertandingan. Juga dicadangkannya 20% saham
untuk para pemain. Tiga nama dari eks Persebaya yang telah beken
Slamet Pramono, Hartono dan Bud. Santoso akan menjadi pemain
inti BBSA Tama.
Dengan modal Rp 25 juta, PT BBSA Tama dikaitkan pula dengan
usaha di bidang kontraktor dan leveransir. Targetnya di lapangan
hijau sederhana saja: asal tidak menjadi juru kunci. Tapi ia
bermaksud pula untuk mendatangkan pemain dari luar negeri dan
membuka industri jasa sepakbola. Ia akan membangun lapangan
sendiri di Sarengseng, Depok.
PS Indonesia Muda juga memasuki Galatama dengan bentuk koperasi.
Pelatihnya Suwardi Arland. Tim manajernya Dimas Wahab,
leveransir Pertamina. "Koperasi itu sifatnya gotong-royong dan
ada unsur membina kesejahteraan anggota," kata Ketua Umum
Soerowo. Banyak pemainnya adalah karyawan Pertamina seperti
Johanes Auri, Suaeb Rizal, Junaedi Abdillah. Bentuk koperasi tak
membahayakan status mereka di Pertamina. Modalnya berasal dari
koperasi yang ditunjang 600 anggota TIM di Jakarta, kata
pengurusnya pada Widi Yarmanto dari TEMPO.
Klub Arselo mendadak mengorbit dalam sepakbola nasional. Bukan
karena prestasinya, tapi karena peran pendirinya Sigit Suharto,
putera Kepala Negara. Arseto resmi berbentuk PT. Direkturnya
adalah Bambang P. Laksono Pusoro. Komisarisnya antara lain Sigit
Suharto Sebagai tim manajer merangkap misi teknik dan pembinaan
adalah Ismet, mahasiswa Teknik Elektro UKI.
Meskipun tidak mentargetkan juara, Yudo Hadianto yang melatih
Arseto mempunyai tekad bahwa asuhannya "tidak akan mengecewakan
penonton dan minimal masuk tiga besar." Para pemainnya antara
lain Novrizal Chai, Putu, Yunus Purwanto, Teguh, Amrizal Rachman
dan Bambang. Yang lebih senior adalah Abdul Kadir dari
Persebaya dan Ronny Sarbini eks Jayakarta. Honor di situ
dirahasiakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini