ATAS prakarsa Unesco, suatu badan PBB, 8 kantor berita di Asia
telah bergabung tahun 1961. Kedelapannya datang dari
negara-negara non-komunis, walaupun keanggotaan OANA
(Organization of Asian News Agencies) dinyatakan terbuka buat
siapa saja asalkan bertujuan meningkatkan hubungan profesi
kantor berita. Tapi pekan lalu di Hotel Indonesia Sheraton,
Jakarta, OANA merobah persyaratan keanggotaannya. Yaitu kantor
berita yang negaranya menjadi anggota Unesco saja yang boleh
masuk OANA.
Kalau begitu, kata James Wei dari Central News Agenc, OANA
menjadi "suatu cabang dari Unesco" dan para anggota OANA menjadi
"organ di bawah Unesco." Tidak persis begitu, tentunya. Tapi
memang CNA dari Taiwan, yang dulu ikut melahirkan OANA, sudah
terlempar dari Unesco sebagai akibat masuknya RRC ke PBB tahun
1972. Dan peraturan keanggotaan OANA yang baru saja dirobah itu
jelas mencampakkan CNA.
Delapan anggota setuju, satu (Orient Press, Korea Selatan)
blanko, dan satu (CNA) menolak dalam pemungutan suara untuk
merobah peraturan keanggotaan itu dalam Sidang Umum ke-4 OANA.
James Wei menyadari kehadirannya sudah tidak dikehendaki lagi
setelah pemungutan suara itu. Dia pun meninggalkan sidang. "Saya
menangis dalam hati," kata Mohamad Nahar dari Antara yang
menjadi Sekjen OANA. "Tapi hubungan Antara dengan CNA -- secara
bilateral -- masih akan dilanjutkan," demikian Ismail Saleh,
pemimpin Antara yang terpilih lagi menjadi Ketua OANA.
Sidang Umum ke-4 OANA itu tampaknya merasa perlu merobah
peraturan keanggotaannya sesuai dengan tuntutan zaman. Kebetulan
Unesco telah memprakarsai suatu gagasan untuk membentuk Asian
News Network, jaringan kerjasama kantorberita se-Asia. Gagasan
itu dirintisnya di Kolombo Desember 1977, dan dibicarakannya
lagi mulai pekan depan di Kuala Lumpur dalam konperensi antar
pemerintah mengenai kebijaksanaan komunikasi di Asia dan
Oceania. Para menteri penerangan akan menghadirinya yang
kemudian akan disusul oleh pertemuan wakil-wakil kantor berita
di kawasan ini.
Dalam hal ini RRC yang menjadi anggota Unesco sudah jelas tidak
akan menyukai kehadiran Taiwan. Kebetulan OANA, seperti
dinyatakan oleh wakil ketua T.S. Nilakantan dari PTI (India),
ingin dan bisa memegang peranan Asian News Network itu. "OANA
ini saja supaya dikembangkan. Tak perlu bikin yang baru lagi."
Maka untuk mengembangkan OANA itulah keanggotaannya perlu
disesuaikan dengan Unesco. Ini berarti OANA menunggu masuknya
Xinhua (RRC), dan kembalinya Kyodo (Jepang). Kedua kantor berita
besar itu diduga akan menentukan sekali bagi suksesnya suatu
jaringan kerjasama berita seperti yang diprakarsai Unesco itu.
Kyodo termasuk pendiri OANA tapi ia meninggalkan organisasi ini
tahun 1971. Tidak jelas apa alasannya Namun ada dugaan kuat
bahwa kantor berita Jepang itu berpolitik dengan RRC ketika itu
guna membuka cabang di Peking.
Di lingkungan OANA sekarang dengan 11 kantor berita anggota,
Antara masih terbesar. "Kita malah terbesar di dunia bagian
selatan umumnya," kata Mashud Sosrojudho, kepala urusan hubungan
luar negeri Antara.
Status terbesar itu memang kelihatan dari peranannya
menggerakkan pool berita OANA dengan transmisi harian oleh
Jakarta News Center. Tanpa kegiatannya itu mungkin kerjasama
OANA cuma di atas kertas. Dengan adanya JNC itu OANA kini
dianggap memiliki prasarana. Namun untuk berfungsi sebagai
jaringan kerjasama kantor berita se-Asia, OANA masih memerlukan
restu Unesco, serta partisipasi Xinhua dan Kyodo. Dan korbanlah
CNA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini