Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NORWICH – Semusim lalu, pada malam inisiasi di Aston Villa, Tammy Abraham, 21 tahun, menyanyikan lagu lama Boys 2 Men, The End of The Road. Kala itu, para pemain senior Villa pun terhibur senang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun lagu itu bermakna khusus bagi Abraham. Bermain di Aston Villa merupakan ujung dari perjalanan panjangnya sebagai pemain pinjaman. Selama tiga musim dia berpindah klub, dari Bristol, Swansea, hingga berlabuh di Villa Park.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benar saja. Di klub Aston Villa, dia tampil hebat. Sebanyak 25 golnya ikut mengantar klubnya kembali ke Liga Primer.
Perjalanannya sebagai pemain pinjaman benar-benar usai. Frank Lampard, yang diangkat menjadi Manajer Chelsea, yang tahu betul kehebatan Tammy di Championship, langsung menariknya pulang ke Stamford Bridge.
Bersama Mason Mount, Tammy pun menjadi andalan. Meski demikian, tak mudah bagi Tammy untuk segera menjadi striker buas di Liga Primer. Dalam laga pertama, dia harus menelan pil pahit. Chelsea kalah 0-4 oleh Manchester United.
Laga berikutnya lebih menyesakkan. Dia gagal dalam adu penalti dalam laga Piala Super Eropa melawan Liverpool. Bukan hanya Lampard gagal meraih trofi pertamanya, Tammy pun menjadi sasaran kemarahan fan The Blues. Lebih menyakitkan lagi, kata-kata rasisme pun berhamburan menyerbunya. Sedih sudah pasti, tapi dia harus segera bangkit.
Di Carrow Road, Sabtu lalu, barulah Tammy Abraham unjuk gigi. Tak tanggung-tanggung, dalam laga melawan Norwich City, dia mencetak brace alias gol ganda.
Dua gol itu pula yang mengantar The Blues meraih kemenangan pertama pada musim ini. Dua gol Tammy plus dari Mason Mount menghilangkan poin tuan rumah yang mencetak dua gol lewat Todd Cantwell dan Teemu Pukki.
Tentu saja kegemilangan ini menjadi pembayar mimpinya sejak kecil. "Masuk tim utama dan mencetak gol. Saya senang bisa membantu tim ini menang," katanya seusai pertandingan. "Ini momen yang sangat saya nantikan."
Ini juga sebagai jawaban atas kepercayaan Lampard kepadanya. Tammy memang diturunkan sejak awal. Lampard memilih Tammy ketimbang Olivier Giroud. "Saya berbicara dengan dia sebelum pertandingan. Saya katakan hari ini akan menjadi miliknya," kata Lampard.
Seperti cara membujuk anak-anak, memang. Tapi Lampard merasa harus melakukan itu.
"Tentu saya percaya kepadanya. Saya juga tahu, sebagai seorang striker yang masih belia, dia memerlukan itu," kata Lampard.
Sore itu, Carrow Road teramat indah untuk Tammy.
EXPRESS | BBC | BTSPORTS | IRFAN BUDIMAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo