STADION Azteca, Meksiko, bagaikan diserbu suporter Argentina. Suara teriakan: "Argentina ... Argentina . . . Argentina . . .," terdengar gemuruh beberapa kali, begitu Dieo Armando Maradona, kapten tim Argentina, menerima piala kemenangan dari Presiden Meksiko Miguel de la Madrid. Wajah bintang Argentina itu cerah ketika menerima piala emas yang menjadi lambang supremasi sepak bola dunia itu. Lalu, disaksikan lebih dari seratus ribu penonton, anak muda berambut ikal lebat yang tengah dipuja publik sepak bola itu mencium Piala FIFA yang baru diterimanya. Presiden Madrid, yang ketika menyerahkan tropi tadi didampingi tamunya, Kanselir Jerman Barat Helmut Kohl, sang Presiden FIFA Jao Havelange, tersenyum lebar dan kemudian bertepuk tangan melihat tingkah pahlawan Argentina itu. Dengan piala di tangan, turun dari tribun kehormatan, ia disambut teman-temannya dan suporter Argentina. Lalu bersama piala emas 18 karat, seberat 5 kg, yang ada di tangannya, Maadona langsung diarak ke seputar stadion. Dari atas gendongan pendukungya Il Re de Napoli, Kaisar Napoli itu, nama julukannya setelah bergabung dengan klub Napoli, Italia, mengacung-acungkan trofi -- berbentuk tangan seorang wanita sedang menjunjung bola -- yang baru direbut timnya. Ribuan suporter berjingkrak-jingkrak, membunyikan gendang, trompet, dan mengibar-ngibarkan bendera Argentina menyambut arak-arakan itu. Para wartawan foto berebut mengabadikan peristiwa bersejarah: Maradona tersenyum cerah sambil mengangkat trofi dan beberapa kali berpelukan dengan Jorge Burruchaga, penyerang berkostum nomor 7 yang jadi penentu kemenangan Argentina. Serupa dengan Maradona, Burruchaga, 24, pemain bertubuh atletis -- tinggi 176 cm dan berat 71 kg -- dan ini main di klub Nantes, Prancis, juga dipanggul para suporter Argentina. Sekitar satu jam Maradona dan Burruchaga, yang diramalkan akan jadi salah satu andalan Argentina di kejuaraan Piala Dunia 1990 di Italia, beserta kawan-kawannya merayakan kemenangan gemilang itu di Stadion Azteca. Saat-saat manis tak ayal memang tengah direguk bintang sepak bola yang di negerinya dijuluki El Pibe de O'ro, Si Anak Emas, dari Buenos Aires ini. Pelbagai hadiah dan kehormatan diterimanya seusai kejuaraan di Meksiko. Pemerintah Argentina sudah memutuskan akan menganugerahinya gelar "Warga Teladan". Ini penghargaan yang hanya pernah diberikan kepada penulis terkemuka Argentina Ernesto Sabato, penyanyi tango Hugo del Caril, dan pembalap mobil Juan M. Pangio. Bersamaan dengan mengalirnya hadiah, bonus, dan penghargaan itu, pelbagai sanjungan terus dilambungkan tokoh-tokoh bola buat pemuda ajaib ini. "Dia pemain yang jenius. Tapi jangan dianggap sebagai Pele," ujar Joao Havelange, Presiden FIFA. "Sebab, keduanya memiliki sifat dan ciri permainan yang berbeda," tambah Havelange, kelahiran Brasil itu. Memang dengan Pele alias Edson Arantes do Nascimento pemain legendaris kelahiran Rio de Janeiro yang mengantarkan Brasil merebut gelar juara dunia tiga kali (1958, 1962, 1970) itulah Maradona kini dibanding-bandingkan orang. Suara orang Brasil tampaknya bisa tercermin dari pendapat Joao Havelange. Tapi, suara orang Argentina tak terlalu meleset kalau dikutip dari pendapat Roberto Bonneli, 46, penulis sepak bola beken koran La Razon yang terbit di Buenos Aires. Maradona, menurut Bonneli, lebih besar dari Pele. "Pele merebut tiga Piala Dunia baru jadi legenda, sedangkan Maradona cukup satu." Lalu kata orang Argentina itu lagi, "Dunia mengatakan Pele memainkan sepak bola samba (nama tarian khas rakyat Brasil). Maradona sepak bola tango (nama tarian khas rakyat Argentina). Tapi, mana lebih sulit samba atau tango ? Menari samba Anda cukup memainkan pinggul, tapi kalau tango Anda harus tahu steps." Kendati demikian, Pele punya gerak kaki yang memukau kiri atau kanan, dan sundulan kepalanya yang mematuk seperti ular Cobra, sedangkan Maradona hanya bermain dengan kaki kirinya. Kelemahan lain Maradona dibandingkan Pele, superstar Argentina ini mau berbuat licik untuk memasukkan gol (ingat kelicikannya menggolkan bola dengan tangan kanan ketika timnya berhadapan dengan Inggris), sedangkan Pele, pemain yang sudah mencetak 1.000 gol lebih ketika aktif bermain bola, tidak. Tapi Maradona bukan tanpa pendukung. Alan Hubbard, bekas redaktur majalah olah raga Sports Illustrated dan kini jadi penulis tetap di koran The Straits Times, menilai apa yang dilakukan bintang Argentina itu membikin gol dengan tangan -- wajar saja. Kalaupun ia datang kepada wasit dan mengaku dengan jujur seperti seorang George Washington, menurut Hubbard, wasit belum tentu membatalkan gol yang sudah disahkannya. "Wasit memutuskan sesuatu berdasarkan apa yang dilihatnya atau pada apa yang dilihat penjaga garis. Bukan apa yang dikatakan pemain," tulis Hubbard. Sebagai orang Inggris, penulis ini mengakui tim negerinya memang kalah karena Argentina memiliki seorang pemain yang memiliki seni bermain bola yang bagus, dan bisa membangkitkan semangat serta kekompakan pada tim seperti yang sudah diperlihatkan Maradona. "Saya kira, meskipun Inggris pun mengikat kedua tangan Maradona ke belakang dan juga mengikat salah satu kakinya, mereka tak bakal bisa mengalahkan Argentina," tulis penulis olah raga itu. Kenapa? Ia mengatakan dari studi yang pernah dilakukan terhadap Maradona ketika sedang bermain diketahui bahwa bagian yang paling berperan di anatomi tubuhnya ketika menggocek lawannya adalah pinggul. Pinggul pemain yang bertubuh gempal ini bisa digerakkannya berputar dengan cepat. Dan memang itulah Maradona. Lahir di Lanus, kawasan kumuh di Buenos Aires, ia kini disebut sebagai pemain bola paling berbakat dalam 10 tahun terakhir ini. Bersaudara delapan orang, ia anak seorang buruh kereta api yang bermukim di sebuah rumah sempit di Villa Fioritto juga di kawasan ibu kota Argentina, 20 tahun lalu. Gemar bermain bola, ia bertemu dengan pemandu bakat dari klub Argentinos Juniors Fransisco Cornejo pada usia sembilan tahun. Pelatih inilah yang terpesona pada bakat mainnya waktu itu, dan meminta izin ayahnya untuk melatih Maradona main bola. Atas persetujuan ayahnya, Maradona kemudian dititipkan pada seorang kaya yang suka sepak bola di Buenos Aires. Dan memang bakat anak ini luar biasa. Dalam usia 16 tahun saja ia sudah terpilih sebagai pemain nasional. Dan setahun kemudian terpilih memperkuat tim Piala Dunia Argentina ke kejuaraan Piala Dunia 1978. Tapi, ia tak jadi dipasang Pelatih Cesar Mennoti pada kejuaraan itu. Ini membuatnya kecewa dan tak mau bicara dengan Menotti sekitar enam bulan. Sejak itu pula ia kemudian memutuskan untuk terjun ke sepak bola profesional. Berpindah dari satu klub ke klub lain di Argentina, ia kemudian pindah ke Spanyol pada 1982. Yakni, usai gagal mempertahankan gelar Piala Dunia yang direbut pada 1978. Di Spanyol dia bergabung dengan klub terkenal Barcelona dengan uang transfer US$ 8 juta. Dan di klub ini ia makin matang. Pada 1984, ia ditarik klub Napoli, Italia. Sejak itu pula nama Maradona melesat sebagai superstar baru. Di Italia, terutama di Napoli, kota yang menjadi markas klubnya, ia amat populer. Selama ini sudah ada sekitar 100 bayi yang lahir dan kemudian dinamai orangtua mereka dengan nama lengkapnya atau penggalan ketiga namanya. Tak hanya terkenal, anak muda penggemar penyanyi pop AS Michael Jackson ini -- seperti Jackson ia juga memakai anting berlian di kuping kirinya -- berubah menjadi seorang milyarder. Di Napoli, dia tinggal bersama pacarnya, Claudia, gadis Argentina, di sebuah rumah mewah yang luas, lengkap dengan kolam renang dan beberapa mobil mewah. Ramalan pelatih pertamanya Fransisco Cornejo benar. Diego Maradona memang kemudian membantu orangtuanya. Dia membangunkan buat mereka sebuah rumah besar dan terbilang mewah di Buenos Aires. Sedangkan sang anak meneruskan kariernya di Eropa sebagai pemain bola bayaran. Dan sambil juga bisnis. Ia, misalnya, memiliki beberapa perusahaan yang digerakkan teman-teman atau orang kepercayaannya di Spanyol, Italia, dan Prancis. Di Spanyol, semua urusan bisnis ia serahkan pada teman akrabnya sejak kecil Cysterpiller. Tapi, Maradona Productions, begitu nama perusahaan itu, sempat rugi sekitar Rp 2,5 milyar. Dan Maradona kemudian berpisah dengan teman kecilnya itu dan menunjuk seorang temannya yang lebih tua Guilermo Coppola untuk jadi pimpinan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini