Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bilardo dan sejumlah arsitek

Carlos salvador bilardo, 46, pelatih kesebelasan argentina, berhasil membawa asuhannya jadi juara. sebelumnya pernah dicerca dan nyaris mengundurkan diri. perjalanan karier bilardo. (or)

5 Juli 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTARUNGAN di Meksiko tak hanya menguras tenaga 254 pemain yang turun ke lapangan sejak 31 Mei lalu di delapan kota besar di kawasan Amerika Tengah itu. Tapi, terutama merupakan batu ujian terberat bagi 24 manajer tim atau pelatih mewakili negara mereka di kejuaraan bergengsi ini. Maklum, mereka harus membawa pasukannya selama sebulan bertanding dari satu kota ke kota lain di negeri yang berudara tipis tapi bersuhu panas itu. Lebih-lebih bagi finalis, tak kurang dari enam kali pertandingan harus dilakukan. Dan semua pertandingan gara-gara kepentingan komersial: agar bisa disiarkan malam hari di Eropa hingga dapat pemasukan hak siaran televisi, terpaksa dilangsungkan di siang bolong waktu Meksiko. Yakni, antara pukul 12.00 untuk pertandingan pertama dan pukul 16.00 pertandingan kedua. Padahal, selama ini tim-tim di Eropa, misalnya, kebanyakan sering bertanding malam hari. Dengan keadaan medan serupa itu, bisa dimengerti jika para pelatih bekerja lebih keras mengatur siasat untuk bisa membuat timnya mampu menaklukkan medan dan lawan-lawannya. Hasilnya, cukup mengejutkan, tim-tim Eropa yang semula diperkirakan bakal kalang kabut menghadapi medan berat itu bisa berjaya. Bisa mengisi tiga dari empat tempat di semifinal. Masing-masing diwakili Jerman Barat, Prancis, dan Belia. Sedangkan negeri Amerika Latin hanya diwakili Argentina. Bagaimana para pelatih menyiapkan tlm hingga bisa mencapai sukses? Dan apa yang terjadi pada pelatih kawakan yang gagal? Inilah ceritanya: CARLOS BILARDO, 46 Dia menggantikan Cesar Louis Menotti pelatih yang mengarsiteki Argentina tampil sebagai juara dunia pada 1978 -- empat tahun lalu. Yakni, setelah Menotti gagal mempertahankan gelar yang diraihnya di kejuaraan dunia di Spanyol. Dan malah agak tragis, karena Argentina yang juga diperkuat Maradona tak mampu meloloskan diri ke semifinal sekalipun. Menotti langsung mengundurkan diri, dan jabatan kosong ini kemudian diserahkan pada Carlos Salvador Bilardo. Bertubuh jangkung dengan ciri khas hidung besar, Bilardo, nama panggilannya sehari-hari, amat diremehkan banyak pengamat bola di negerinya ketika baru saja menyandang gelar pelatih nasional. Maklum, sebagai pelatih dia sebenarnya belum istimewa. Malah baru sekitar setahun sebelumnya dipecat sebagai pelatih nasional Kolombia, negara tetangga Argentina, karena gagal meloloskan tim negeri itu ke putaran final Piala Dunia 1982. Tapi, setelah itu dia sukses membawa klubnya Estudientes de la Plata sebagai juara liga utama Argentina 1982. Antara lain karena prestasinya ini dokter lulusan Universitas Buenos Aires ini dipercaya Federasi Sepak Bola Argentina. Pemain bola sejak kecil, Bilardo adalah pemain yang suka berpindah klub sejak main di amatir dan profesional. Tak kurang tiga klub profesional di Argentina, San Lorenzo de Almagro, Deportivo de Espanola, dan Estudientes, pernah dimasukinya sebelum berhenti untuk menekuni profesi pelatih pada 1971. Profesi dokter untuk sementara ia tinggalkan karena kegilaannya pada bola. Toh Bilardo pernah nyaris mengundurkan diri karena derasnya kecaman yang diterimanya ketika sedang menyiapkan tim nasional Argentina untuk Piala Dunia 1986. Adalah Menotti sendiri di antaranya yang ikut mengecam dial karena menerapkan sistem permainan Eropa ke tubuh tim nasional. Yakni, sistem penjagaan orang per orang di barisan pertahanan, dibantu seorang pemain tengah yang bagus dalam meliput bola dan bisa cepat mengatur serangan. Gaya ini diterapkan pelatih Italia Enzo Bearzot ketika tampil sebagai juara dunia 1982. Sistem yang menurut Menotti, 48, "tak berasal dari Amerika Selatan" itu juga ditolak oleh sejumlah pelatih klub profesional di Argentina. Bilardo mereka tuntut mundur, karena dinilai mulai "ngaco". Hanya berkat campur tangan Federasi Sepak Bola Argentina, Bilardo tak jadi mundur. Bekerja keras mencari pemain ke sana kemari, untuk diterapkan pada programnya, akhirnya Bilardo tahu kunci utama keberhasilan konsepnya itu ada pada seorang pemain tengah Maradona. Maka, ia pun mengintip perkembangan permainan bintang mereka Maradona di pertandingan antarliga Italia. Merasa cocok, ia kemudian berhasil menarik minat pemain bintang itu untuk bergabung di tim nasional. "Piala Dunia 1986 akan jadi milik Argentina, kalau kamu ikut jadi pemain. Dan Maradona adalah nama pemain yang bakal paling sering disebut," itu janji Bilardo pada Maradona sebelum bergabung. Dan itu ternyata terbukti sekarang. Tapi, orang Argentina rupanya cukup sportif. Di Stadion Azteca ketika berlangsung pertandingan final melawan Jerman Barat, misalnya, di antara pelbagai poster yang dibawa para pendukung tim juara itu, terdap sebuah yang berukuran lebar dengan huruf yang terbaca hingga ke tempat Bilardo dan pemain cadangan duduk. Isinya permintaan maaf dari mereka yang mungkin dulu pernah mengecam sang pelatih yang sukses itu: "Bilardo, Sorry".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus