GERAK Jalan tradisional Bogor- Jakarta ke IV dimulai dari
lapangan bola RS Jiwa Bogor tepat jam 17.00 pekan lalu tanggal
29 Nopemher. Start kehormatan diberikan pada para peserta yang
berumur di atas 60 tahun. Disusul kemudian peserta perorangan
wanita, perseorangan pria dan kemudian peserta beregu.
Perseorangan pria di atas 60 tahun hanya diikuti oleh 14
peserta, mereka nampak lebih semangat dari peserta yang lain.
Terbukti mereka mencuri start sesaat pistol Dan Rem
061/Suryakencana Kolonel Rauf Efendi belum mencetus. Sehingga
oleh panitia diulang kembali. Dan ketika letusan bunyi
terdengar peserta nomor 612 Haji Chasan Basri sedikit
terkejut. Dan rokok lintingan yang sedang diisapnya sampai
terjatuh. Lalu dengan langkah yang tegap si kakek itu maju
dengan bantuan tongkat berkepala ularnya.
Haji Chasan Basri dari Bandung termasuk salah satu yang tidak
pernah absen mengikuti acara gerak jalan tradisionil Bogor -
Jakarta. Ia ikut juga gerak jalan Mojokerto - Surabaya. Bahkan
katanya: "Bandung Surabaya saya tempuh dalam 5 hari". Untuk
prestasi itu ia memperlihatkan surat keterangan dari walikota
dan beberapa medali serta badge. "Kalau waktu itu tidak dilarang
oleh cucu, anak dan isteri saya, barangkali saya akan meneruskan
untuk keliling pulau Jawa dengan jalan kaki", ucapnya pula.
Kelompok beregu terdiri dari ABRI. Pelajar, Mahasiswa dan
karyawan. Tentu saja tak ketinggalan regu pramuka, karateka,
pendekar pencak silat, kungfu dan wartawan. Tapi yang paling
menonjol adalah regu siswi bidan Bangkalan (Madura).
Puteri-puteri Madura ini bernomor dada 75, mengenakan seragam
merah jambu dan bertopi merah jambu juga. Langkahnya selalu
tegap dengan tempo yang teratur sekali. Regu ini adalah
pemegang piala bergilir Gubernur Ali Sadikin tahun lalu. "Kami
akan pertahankan piala Bang Ali ini", ucap komandan regunya
sehabis menyelesaikan pos ke II di Cimanggis sambil menyuruh
anak buahnya memasang plastik pada topi untuk menahan hujan yang
turun malam itu. Rupanya tekad regu bidan Bangkalan ini tak
banyak saingannya. Karena dari 4 regu puteri yang mendaftarkan,
yang ikut hanya dua regu: siswa bidan Bangkalan dan SMP
Marsudirini. Sedangkan yang sampai finis (dan waktunya tepat)
hanya puteri Madura itu.
Gerak Jalan Bogor-Jakarta yang berakhir minggu pagi di Balaikota
Jakarta diikuti tidak kurang dari 92 regu, yang masing-masing
terdiri dari 20 orang. Kecuali regu PWI/SIWO yang hanya diikuti
13 orang. Ditambah dengan 576 peserta perorangan. Selain regu
bidan dari Bangkalan, yang juga tampak menonjol adalah pendatang
baru dari Banyuwangi. Mereka ini terdiri dari pemuda-pemuda
karyawan Pabrik Kertas Basuki Rachmat Banyuwangi. Bahkan regu
Banyuwangi ini sepanjang perjalanan tidak berhenti bernyanyi.
"Maju Tak Gentar", "Halo Halo Bandung" sampai pada lagu Potong
Bebek Angsa. "Lagu lau yang kita bawakan untuk sekedar menambah
semangat dan juga untuk menjaga kerapian", kata kepala regu
Banyuwangi. Sehingga regu pabrik kertas Basuki Rachmat ini
sempat menciptakan sebuah lagu Bogor - Jakarta.
Gerak jalan tradisionil Bogor - Jakarta berjarak 57 km. Lebih
berat dari medan Mojokerto - Surabaya yang 55 km itu. Apalagi
jalan yang ditempuh ini liwat arung: harus melalui sawah dan
perkebunan karet yang gelap. Ditambah lagi dengan hujan
rintik-rintik. Penerangan lampu tidak ada kecuali dari para
pedagang buah-buahan. Tapi tentu saja ini tidak membuat para
peserta perorangan takut. Bahkan ada peserta wanita yang asyik
berjalan sendiri. Ada juga yang menyempatkan diri berjalan
berdua-duaan. Romantis deh! Nampak juga seorang kakek dan
cucunya jalan bergandengan sampai memasuki finis di Balaikota.
Juga keluarga Kartono S mendapat sambutan meriah. Ia bersama
isteri dan anaknya yang baru 7 tahun berjalan dengan teratur
sekali. Jauh lebih teratur dari regu-regu karateka, kungfu,
pencak silat dan para wartawam Mereka ini berjalan tanpa
perhitungan. "Pokoknya jalan", ucap salah seorang wartawan.
Mereka nampaknya ingin menunjukkan jalan cepat. Padahal
penilaian ditentukan pada ketepatan waktu dan kerapian. Dalam
gerak jalan Bogor Jakarta ini dibagi dalam 3 pos. Pos pertama
di Lebak Wangi, Pos II di Cimanggis dan pos III di Panglima
Polim. Untuk putera harus ditempuh dalam waktu 11 jam dan untuk
puteri 13 jam 5 menit, termasuk waktu istirahat. Istirahat
diberikan pada tiap pos, dengan ketentuan pada pos I 45 menit
pos II 25 menit dan pos III 20 menit. Sedangkan bagi yang
terlambat ataupun terlalu cepat setiap 1 menit nilai dikurangi
1. Jumlah nilai tertinggi sebesar 500 untuk ketepatan waktu.
Dengan perincian start sampai finis terbaik 100, dari start
sampai pos I 100, Pos I sampai pos II 100 dan pos II sampai pos
III 100, kemudian dari pos III sampai finis 100. Juga nilai
untuk kelengkapan barisan jumlah keseluruhan 500.
Walaupun jalan kaki itu hampir pekerjaan setiap orang, tapi
untuk mengikuti sebuah gerak jalan bukan pekerjaan yang ringan.
Sebagian besar dari mereka yang berhasil masuk finis adalah
mereka yang setiap pagi berolahraga. Jalan kki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini