Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ramai-Ramai Ke All England

Gubernur DKI Jaya, Ali Sadikin membantu pembiayaan persiapan pemain bulu tangkis ke all england 1976 dan tiket untuk pemain puteri. Disinyalir adanya persaingan terselubung penunjukkan pemain. (or)

13 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GUBERNUR Ali Sadikin memukul gong-menyongsong persiapan PBSI ke All England 1976. Enam tiket untuk pemain puteri dan satu untuk pelatih dijanjikan Gubernur yang getol olahraga bulan lalu. Dan biasanya janji itu tidak meleset. Bahkan bisa ditawar untuk ditambah. Rupanya pembiayaan pemberangkatan pemain-pemain puteri PBSI ke Inggeris itu tidak hanya kebetulan karena seluruh calon sudah berdomisili di Jakarta. Misalnya di samping Tati Sumirah, Utami Dewi, Regina Masli, Verawati, Ruth Damayanti (juara Junior DKI Jaya) yang berstatus warga Jakarta, Theresia Widiastuty dan Holly yang masing-masing dari Jogya dan Bogor kini telah pindah dan menetap sebagai warga Ibukota. Tapi lebih dari itu, pertimbangan bahwa pemain puteri PBSI adalah juara Piala Uber agaknya ikut pula menggugah Ali Sadikin. Dan dibarengi pula dengan keputusan Pengurus Besar PBSI yang menyerahkan penanganan pemain puteri ke All England sepenuhnya kepada Pengda PBSI Jaya, maka wajarlah Gubernur DKI Jaya ikut membantu pembiayaannya. Iri Hati Tapi satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah kenyataan bahwa prestasi kerja Pengurus PBSI Jaya tidak kalah dari para pemainnya. Misalnya dalam beberapa peristiwa bulutangkis internasional seperti perebutan Piala Thomas 1973, Invitasi Kejuaraan Dunia dan terakhir Piala Uber 1975 yang berlangsung di Istora Senayan semua berakhir dengan sukses. Berdasarkan ini semua, nampaknya kepercayaan Pengurus Besar PBSI dan bantuan Gubernur Ali Sadikin. Yang dilimpahkan kepada Pengda PBSI Jaya boleh juga dijadikan tauladan bagi induk-induk organisasi olahraga lainnya, bukan sekedar umpan untuk menimbulkan iri-hati. Kalaupun ada hal yang harus disesalkan, tentu saja berkisar- pada tidak diikut sertakan Imelda Wiguna dari Bandung. Juara Kota Kembang itu adalah pasangan Theresia Widiastuty yang berhasil mencapai gelar Runer-up All England tahun lalu. Meskipun pasangan ini berangsur-angsur kendor prestasinya terakhir dalam Invitasi Dunia di Kuala Lumpur dikalahkan Margaret Beck Gillian Gilks dari Inggeris - mereka masih diharapkan dapat dibina menjadi pasangan yang kuat. Tapi apa boleh buat, persoalan pribadi yang terjadi pada pemain puteri tidak seperti pada pemain putera. Artinya bisa langsung berakibat perceraian. "Buat kita urusan pribadi rasanya tidak akan kita bawa-bawa ke dalam lapangan", komentar Rudy Hartono yang kini sedang giat-giatnya pula mempersiapkan diri. Seorang pemain senior putera lainnya mempunyai versi lebih tajam. "Pemain puteri asal daerah boleh diibaratkan domba", katanya, sekali masuk ke Jakarta ia harus menentukan apakah harus menjadi domba ataukah menjadi serigala supaya tidak diterkam". Perumpamaan itu dilontarkan sekedar memberi ilustrasi bagaimana kerasnya karier seorang pemain di kota Metropolitan ini. "Di samping ia harus berprestasi di gelanggang, ia harus pandai-pandai berlakon di antara para pengasuh dan pembina yang tidak sedikit mendahului kepentingan diri sendiri", tambahnya. Ekstrim Tapi hal tersebut bukan tidak diketahui J.C. Tambunan, Ketua Umum PBSI Jaya menangkap Pejahat Ketua Umum PBSI Pusat, menggantikan sementara Sudirman yang sedang sakit. "Tidak ada main jatah-jatahan dalam pemberangkatan pemain puteri", katanya pada TEMPO. "Saya telah mengatakan pada Gubernur bahwa mungkin saja tidak ada yang dikirim kalau persiapannya berengsek". Tambunan mengatakan, ia memang suka bersikap ekstrim, terutama terhadap oknum-oknum pembina yang disinyalir ingin menggarap keuntunan pribadi dalam persiapan team puteri. TC resmi, menurut Tambunan, memang belum diadakan. Kegiatan yang sedang berlangsung dengan pemain-pemain puteri sekarang hanya sekedar pendahuluan menjelang TC-PBSI awal Januari bulan depan yang sekaligus meliputi pemain-pemain putera. Untuk team putera, selain Rudy Hartono, Tjuntjun, Liem Swie King. Yohan Wahyudi, Christian dan Adichandra, masih akan diseleksi 4 pemain daerah. Dari ke-10 pemain tersebut akan dipilih 8 orang yang akan diberankatkan. Namun demikian Rudy Hartono, Yohan Wahyudi dan Tjuntjun nampak telah berlatih di Senayan. "Saya rasa mulai dari sekarang persiapan sudah harus dilakukan", kata Tjuntjun dari Cirebon yang telah tiga pekan berada di Jakarta. "Terlalu mepet kalau dimulai pada Januari bulan depan, padahal awal Maret kita sudah harus menuju ke Eropa" katanya. Tahun ini PBSI memutuskan untuk tidak mengikuti turnamen di Jerman Barat dan Denmark sebagai pendahuluan ke All England. Tapi di Inggeris akan diadakan dua kali pertandingan di New Castle dan Glasgow. Rudy Hartono dalam usahanya merebut kembali gelar vng direbut Svend Pri tahun lalu, atau langsung menyusul ke London. Ia hanya berminat menjuarai All England.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus