GUBERNUR Ali Sadikin memukul gong-menyongsong persiapan PBSI
ke All England 1976. Enam tiket untuk pemain puteri dan satu
untuk pelatih dijanjikan Gubernur yang getol olahraga bulan
lalu. Dan biasanya janji itu tidak meleset. Bahkan bisa ditawar
untuk ditambah. Rupanya pembiayaan pemberangkatan pemain-pemain
puteri PBSI ke Inggeris itu tidak hanya kebetulan karena
seluruh calon sudah berdomisili di Jakarta. Misalnya di samping
Tati Sumirah, Utami Dewi, Regina Masli, Verawati, Ruth Damayanti
(juara Junior DKI Jaya) yang berstatus warga Jakarta, Theresia
Widiastuty dan Holly yang masing-masing dari Jogya dan Bogor
kini telah pindah dan menetap sebagai warga Ibukota. Tapi lebih
dari itu, pertimbangan bahwa pemain puteri PBSI adalah juara
Piala Uber agaknya ikut pula menggugah Ali Sadikin. Dan
dibarengi pula dengan keputusan Pengurus Besar PBSI yang
menyerahkan penanganan pemain puteri ke All England sepenuhnya
kepada Pengda PBSI Jaya, maka wajarlah Gubernur DKI Jaya ikut
membantu pembiayaannya.
Iri Hati
Tapi satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah kenyataan bahwa
prestasi kerja Pengurus PBSI Jaya tidak kalah dari para
pemainnya. Misalnya dalam beberapa peristiwa bulutangkis
internasional seperti perebutan Piala Thomas 1973, Invitasi
Kejuaraan Dunia dan terakhir Piala Uber 1975 yang berlangsung di
Istora Senayan semua berakhir dengan sukses. Berdasarkan ini
semua, nampaknya kepercayaan Pengurus Besar PBSI dan bantuan
Gubernur Ali Sadikin. Yang dilimpahkan kepada Pengda PBSI Jaya
boleh juga dijadikan tauladan bagi induk-induk organisasi
olahraga lainnya, bukan sekedar umpan untuk menimbulkan
iri-hati.
Kalaupun ada hal yang harus disesalkan, tentu saja berkisar-
pada tidak diikut sertakan Imelda Wiguna dari Bandung. Juara
Kota Kembang itu adalah pasangan Theresia Widiastuty yang
berhasil mencapai gelar Runer-up All England tahun lalu.
Meskipun pasangan ini berangsur-angsur kendor prestasinya
terakhir dalam Invitasi Dunia di Kuala Lumpur dikalahkan
Margaret Beck Gillian Gilks dari Inggeris - mereka masih
diharapkan dapat dibina menjadi pasangan yang kuat. Tapi apa
boleh buat, persoalan pribadi yang terjadi pada pemain puteri
tidak seperti pada pemain putera. Artinya bisa langsung
berakibat perceraian. "Buat kita urusan pribadi rasanya tidak
akan kita bawa-bawa ke dalam lapangan", komentar Rudy Hartono
yang kini sedang giat-giatnya pula mempersiapkan diri. Seorang
pemain senior putera lainnya mempunyai versi lebih tajam.
"Pemain puteri asal daerah boleh diibaratkan domba", katanya,
sekali masuk ke Jakarta ia harus menentukan apakah harus
menjadi domba ataukah menjadi serigala supaya tidak diterkam".
Perumpamaan itu dilontarkan sekedar memberi ilustrasi
bagaimana kerasnya karier seorang pemain di kota Metropolitan
ini. "Di samping ia harus berprestasi di gelanggang, ia harus
pandai-pandai berlakon di antara para pengasuh dan pembina yang
tidak sedikit mendahului kepentingan diri sendiri", tambahnya.
Ekstrim
Tapi hal tersebut bukan tidak diketahui J.C. Tambunan, Ketua
Umum PBSI Jaya menangkap Pejahat Ketua Umum PBSI Pusat,
menggantikan sementara Sudirman yang sedang sakit. "Tidak ada
main jatah-jatahan dalam pemberangkatan pemain puteri", katanya
pada TEMPO. "Saya telah mengatakan pada Gubernur bahwa mungkin
saja tidak ada yang dikirim kalau persiapannya berengsek".
Tambunan mengatakan, ia memang suka bersikap ekstrim, terutama
terhadap oknum-oknum pembina yang disinyalir ingin menggarap
keuntunan pribadi dalam persiapan team puteri. TC resmi,
menurut Tambunan, memang belum diadakan. Kegiatan yang sedang
berlangsung dengan pemain-pemain puteri sekarang hanya sekedar
pendahuluan menjelang TC-PBSI awal Januari bulan depan yang
sekaligus meliputi pemain-pemain putera.
Untuk team putera, selain Rudy Hartono, Tjuntjun, Liem Swie
King. Yohan Wahyudi, Christian dan Adichandra, masih akan
diseleksi 4 pemain daerah. Dari ke-10 pemain tersebut akan
dipilih 8 orang yang akan diberankatkan. Namun demikian Rudy
Hartono, Yohan Wahyudi dan Tjuntjun nampak telah berlatih di
Senayan. "Saya rasa mulai dari sekarang persiapan sudah harus
dilakukan", kata Tjuntjun dari Cirebon yang telah tiga pekan
berada di Jakarta. "Terlalu mepet kalau dimulai pada Januari
bulan depan, padahal awal Maret kita sudah harus menuju ke
Eropa" katanya. Tahun ini PBSI memutuskan untuk tidak mengikuti
turnamen di Jerman Barat dan Denmark sebagai pendahuluan ke All
England. Tapi di Inggeris akan diadakan dua kali pertandingan di
New Castle dan Glasgow. Rudy Hartono dalam usahanya merebut
kembali gelar vng direbut Svend Pri tahun lalu, atau langsung
menyusul ke London. Ia hanya berminat menjuarai All England.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini