Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Josep Guardiola mendadak seperti orang kesurupan. Ia memaki para pemainnya yang sedang berlatih di Volkswagen Camp Qatar, Doha, Januari lalu. Ia juga menunjuk-nunjuk para pemainnya sambil mengumpat, "Kenapa ini selalu terjadi dalam setiap pertandingan!"
Tak seorang pun pemain berani menyanggah atau sekadar menatap wajahnya. Franck Ribery, Toni Kroos, Mario Goetze, Thiago Alcantara, dan beberapa pemain lain hanya menundukkan wajah. Mereka syok: Guardiola yang biasanya kalem mendadak murka.
Pep-begitu Guardiola disapa-lalu memperagakan bagaimana seharusnya bola diumpan sebelum ke mana pemain mesti bergerak. "Ketika kamu berdiri di sana, kamu tidak akan bisa bergerak ke arah lain," ujarnya. "Kalian harus selalu berlari di sekitar bola!"
Pelatih 43 tahun berkepala plontos itu terus nyerocos sepanjang latihan. Tak ada pemain yang berani membuka mulut. Semua mengikuti setiap instruksi yang diberikan Pep. Mereka, para pemain dengan nama besar itu, kini laksana murid taman kanak-kanak yang begitu patuh kepada sang guru.
"Pep menginginkan kami mengingat semua detail," kata kapten Bayern Muenchen, Philipp Lahm. "Ia juga menuntut kami terus menyesuaikan diri karena strateginya selalu berubah."
Tak ada kemarahan di wajah Lahm. Begitu juga Bastian Schweinsteiger. Wakil kapten ini memaklumi sikap aneh Guardiola. "Pep memiliki ide-ide brilian. Dia punya cara tersendiri untuk mentransfer ide-ide itu ke kepala kami."
Pep datang ke Muenchen pada Juni tahun lalu menggantikan pelatih Bayern Muenchen sebelumnya, Jupp Heynckes, yang pensiun. Saat itu, Bayern baru saja menutup musim 2012/2013 dengan treble winner.
Dalam sejarah Hollywood FC-julukan Bayern Muenchen-belum pernah mereka meraih trofi Liga Champions, Bundesliga, dan Piala Liga (DFB Pokal) dalam satu musim. Bisa dibilang Guardiola mewarisi tim yang sejatinya sudah sempurna.
"Bayern sudah mapan sebelum dia (Pep) datang. Saya tidak akan kaget jika dia kemudian sukses," ujar penyerang Paris Saint-Germain, Zlatan Ibrahimovic. "Dia tidak melakukan apa-apa."
Ibrahimovic pernah dilatih Pep saat keduanya masih di Barcelona. Namun ia hengkang karena menganggap Pep terlalu menganakemaskan Lionel Messi. Rupanya, dendam masih membara hingga kini.
Pep, seperti biasa, cuek. Baginya, kesempurnaan adalah sesuatu yang absurd. Juga dalam sepak bola. Jika ada tim yang berpikir telah sempurna, sejarahnya sudah selesai. Tidak ada cerita lagi. Tamat!
"Dalam sepak bola, tak ada teori yang bisa membuatmu menang terus. Di sini ide-ide baru adalah segalanya," kata Pep. "Mentransfer ide-ide itu ke kepala setiap pemain menjadi proses terpenting lainnya."
Itulah yang ia lakukan di Volkswagen Camp Qatar. Pep memperkenalkan formasi alternatif untuk Bayern Muenchen. Dia tak ingin timnya hanya terpaku pada formasi 4-2-3-1 warisan Heynckes. Dia mengajari anak asuhnya skema 4-1-4-1 dan 4-4-2-meski yang ini hanya sekali digunakan dalam pertandingan.
Tak mengherankan jika para pemain sempat kikuk. Tak sedikit pula yang memprotes ide nyeleneh tersebut. Pemain depan Claudio Pizarro dan pemain sayap Arjen Robben termasuk yang menentang. "Saya tidak pernah melihat ada pelatih yang melakukan perubahan begitu drastis," ucap Pizarro. Sedangkan Robben mengatakan strategi yang selama ini dipakai Heynckes sudah terbukti ampuh dan karenanya tak perlu diubah.
Protes juga meluncur dari luar lapangan. SB Nation, media olahraga online, menurunkan headline: "Jangan Berjudi, Pep!".
Tapi Pep jalan terus. Baginya, sepak bola dan meja judi mirip: sama-sama tidak pasti. Tak ada yang tahu ke mana bola akan bergulir. Seperti halnya tak ada yang tahu di sisi mana dadu akan berhenti berputar.
Pep memulai revolusinya dengan menggeser Philipp Lahm, yang biasa nongkrong di bek kanan, ke lini tengah. Ini ide gila lainnya setelah formasi 4-1-4-1 karena, sepanjang kariernya, Lahm adalah bek.
Sebagai pengganti Lahm, Pep memasang Rafinha. Sedangkan David Alaba diplot sebagai bek kiri. Rafinha dan Alaba, meski berstatus bek, ternyata lebih sering memainkan peran sebagai gelandang.
Taktik ini pernah diterapkan Pep di Barcelona saat ia memasang Dani Alves dan Eric Abidal di bek kanan dan kiri. Keduanya, alih-alih menjaga lini belakang, justru lebih banyak menyerang. Taktik ini kemudian disebut false full back.
Lini tengah juga dirombak. Franck Ribery, yang selama ini menjadi tumpuan di sayap kiri, sering digeser menjadi playmaker. Bahkan Lahm pernah memainkan empat posisi berbeda dalam satu laga ketika Bayern menekuk Mainz 4-1 pada Oktober tahun lalu!
Tak hanya mengubah formasi dan merotasi pemain, Pep juga memermak cara Bayern Muenchen bermain. Di era Heynckes, Bayern mengutamakan kecepatan dan power. Umpan-umpan panjang yang langsung menghunjam jantung pertahanan lawan menjadi andalan.
Pep pelan-pelan meniupkan napas tiki-taka ke dalam tim. Dia meminta pemain lebih banyak melakukan umpan pendek. Hasilnya fantastis: penguasaan bola Bayern kini bahkan lebih banyak daripada Barcelona-klub tempat tiki-taka lahir.
Transfermarkt, situs penyaji statistik sepak bola, mencatat penguasaan bola Bayern Muenchen hingga babak perempat final Liga Champions musim ini mencapai 65,9 persen. Ini mengalahkan Barcelona, yang hanya mencatat 63,8 persen.
Tapi, lagi-lagi, konsep tiki-taka itu pun tak ajek. Pep bisa sewaktu-waktu menghidupkan kembali permainan Bayern yang cepat dan penuh power. Ini, misalnya, ia perlihatkan ketika timnya menekuk Borussia Dortmund 3-0, November tahun lalu.
Saat itu, Pep meminta dua bek tengahnya mengirimkan umpan-umpan lambung ke depan-sesuatu yang haram dalam tiki-taka. Pelatih Dortmund, Juergen Klopp, pun terkejut. Dia harus rela menelan kekalahan 3-0.
Pola 4-1-4-1 ternyata juga bukan harga mati. Pep bisa mengubahnya setiap saat, tergantung siapa lawan. Pelatih Arsenal, Arsene Wenger, pernah dibuat kecele saat menghadapi Bayern di babak 16 besar Liga Champions, Februari lalu.
Ketika itu, Wenger menduga Pep bakal menurunkan formasi 4-1-4-1 seperti saat Bayern menekuk Manchester City di babak penyisihan grup Liga Champions. Namun, menjelang kickoff, Wenger terpana: Pep ternyata menurunkan formasi 4-4-1-1.
Lahm, yang biasa bermain sebagai pemain tengah, ditarik ke habitatnya di bek kanan. Goetze, yang kerap memainkan false 9, justru dipasang di sayap kiri menggantikan Ribery. Formasi 4-4-1-1 pun ternyata hanya kamuflase karena, di tengah laga, Pep kembali menerapkan 4-1-4-1.
Bayern Muenchen pun pulang dengan kemenangan 2-0, meninggalkan Wenger dan para pemain Arsenal yang masih tertegun di Emirates Stadium. "Kami sebenarnya bermain cukup baik, tapi pergerakan mereka sulit diterka," ucap pemain tengah Arsenal, Mathieu Flamini.
Taktik yang sulit ditebak, formasi yang selalu berubah, dan rotasi pemain yang mengejutkan itu membuat Bayern Muenchen menjadi salah satu tim paling mematikan musim ini. Pada 26 Maret lalu, klub itu mengklaim gelar Bundesliga bahkan jauh sebelum kompetisi tersebut berakhir!
Gelar itu diraih Bayern pada pekan ke-27 dengan catatan gemilang: tak terkalahkan di setiap pertandingan. Torehan ini mengalahkan rekor musim lalu ketika Bayern meraih gelar tersebut pada pekan ke-28. Pep juga mencatat sejarah baru dengan catatan 10 kemenangan beruntun-mengalahkan rekor Bayern sebelumnya, 9 kemenangan beruntun.
"Pep menyempurnakan tim yang sudah sempurna," kata pelatih tim nasional Jerman, Joachim Loew. "Dia membawa Bayern Muenchen ini ke level berikutnya. Sesuatu yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya."
Jauh sebelum Loew memuji pencapaian Guardiola, koresponden Süddeutsche Zeitung-koran berbahasa Jerman-di Spanyol, Oliver Meiler, pernah menulis: "Guardiola tidak pernah benar-benar yakin akan taktiknya. Pencarian abadi, strategi tak terduga, dan kepekaan pada hal-hal detail adalah rahasia kesuksesannya."
Dwi Riyanto Agustiar (Guardian, Huffingtonpost, Talksports, ESPN)
Perbandingan Bayern Muenchen di Bundesliga | ||
2012/2013 | 2013/2014 | |
28 | Jumlah pertandingan | 28 |
24 | Menang | 25 |
3 | Seri | 3 |
1 | Kalah | 0 |
1 | Peringkat | 1 |
75 | Poin | 78 |
79 | Gol | 79 |
13 | Kebobolan | 13 |
17 | Tendangan ke gawang* | 19,1 |
8% | Akurasi tendangan | 42,6% |
64% | Penguasaan bola | 71,5% |
87% | Akurasi umpan | 89% |
19% | Tackle* | 16,8% |
*) per pertandingan
3 'Wajah' Bayern Muenchen
(Hingga Pekan Ke-28 Bundesliga)
Formasi 4-1-4-1 | Formasi 4-2-3-1 | Formasi 4-4-2 | |
Digunakan | 19 | 8 | 1 |
Menang | 17 | 8 | 0 |
Imbang | 2 | 0 | 1 |
Kalah | 0 | 0 | 0 |
Gol | 52 | 27 | 3 |
Kebobolan | 11 | 2 | 3 |
Sumber: Whoscored
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo