Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tiket berdarah ke lillehammer

Angket newsweek menunjukkan hanya 18% yang setuju harding ke olimpiade lillehammer. ia dicurigai terlibat penganiayaan kerrigan.

29 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARAPAN Tonya Harding meraih medali emas Olimpiade Musim Dingin di Lillehammer, Norwegia, mendatang agaknya bakal buyar. Ini bukan lantaran atlet figure skating dari Amerika Serikat itu kurang berprestasi. Kedudukannya cukup tinggi -- peringkat kedua di tim nasional Amerika. Pasalnya, Harding, 23 tahun, diduga terlibat dalam kasus serangan terhadap saingannya, Nancy Kerrigan. Sepekan setelah penyerangan terhadap Kerrigan di Detroit, terungkap bahwa kejadian itu dilakukan komplotan yang didalangi bekas suami Harding, Jeff Gillooly. Namun, tudingan bahwa Harding terlibat datang dari Shawn Eric Eckardt, orang yang dituduh sebagai pelakunya. Eckardt, lelaki berbobot 160 kg, adalah pengawal Harding. Ia ditugasi menjaga atlet skating itu sejak November lalu, ketika Harding mendapat ancaman akan ditembak seandainya ikut dalam kejuaraan regional waktu itu. Dalam wawancara dengan saluran televisi ABC belum lama ini, Eckardt mengatakan, "Tonya mengetahui rencana itu (serangan terhadap Kerrigan) sudah berjalan." Bahkan, Hardinglah, menurut sang pengawal, yang menelepon ke kantor gelanggang es Cobo, tempat latihan Kerrigan, untuk menanyakan jadwal latihan saingannya itu. Informasi tersebutlah yang kemudian digunakan Eckardt untuk masuk dan menyerang Kerrigan. Serangan itu, sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters, dilakukan "agar Harding bisa menang di Olimpiade." Benar atau tidak tuduhan itu, kemungkinan Harding berangkat ke Lillehammer tampak makin kecil. Memang belum ada keputusan resmi dari pihak yang berwajib soal keterlibatan Harding. Namun, opini umum sudah telanjur menjatuhkan vonis, seolah Harding ikut bersalah. Kedua atlet skating itu sebenarnya amat berbakat. Mereka sama-sama berambisi untuk menang. Keduanya mulai berolahraga di atas es itu sejak berusia tiga tahun. Harding adalah atlet skating wanita pertama yang berhasil melakukan loncatan gaya triple axle, sedangkan Kerrigan dinilai lebih memiliki mental juara, yang juga dijadikan ukuran dalam seleksi. Bagi Harding, yang berlatar belakang serba-kekurangan, kemenangan dalam gelanggang es merupakan jalan keluar dari kemiskinan dan kerumitan kekeluargaan. Ibu Harding adalah seorang pelayan restoran, sedangkan ayahnya, yang sering menganggur, adalah suami kelima ibunya. Orang tuanya itu sering mengumpulkan kaleng dan botol bekas dari jalanan untuk dijual kembali. Hasilnya digunakan untuk membeli bahan pakaian anaknya pada waktu pertunjukan atau kejuaraan. Harding sendiri sering berjualan kentang di pinggir jalan agar dapat membeli karcis seharga US$ 5 untuk masuk dan berlatih di gelanggang es setiap hari. Maka, ia berterus terang dalam suatu wawancara belum lama ini bahwa sasarannya adalah keuntungan moneter. Tepatnya, memperoleh kontrak dari berbagai perusahaan yang hendak menggunakannya dalam iklan-iklan. "Cita-cita saya dalam olahraga ini adalah memperoleh uang sebanyak mungkin," tuturnya. Sikap Harding itu terkadang kurang mengundang simpati. Padahal, penggemarnya cukup banyak. Ada 400 Tonya Harding Fan Club tersebar di 20 negara bagian Amerika. Tapi yang paling menjatuhkan pamor gadis tomboi itu adalah perkawinannya dengan Gillooly, yang konon sering memukulinya sehingga Harding minta cerai. Sebaliknya Kerrigan. Ia berasal dari keluarga yang stabil kendati tak terlalu kaya. Tahun lalu, gadis asal Negara Bagian Massachusetts itu terpilih sebagai salah seorang dari "50 Wanita Tercantik di Dunia" oleh majalah People yang populer itu. Selain itu, Kerrigan juga punya rasa sosial terpuji. Ia sering membantu lembaga-lembaga tunanetra karena ibunya sendiri sudah lama buta. Kerrigan juga tampak lebih beruntung dalam hal kontrak iklan. Sejak meraih medali perunggu dalam Olimpiade Musim Dingin 1992, ia sudah mendapat enam tawaran iklan, termasuk dari pembuat peralatan olahraga Reebok dan perusahaan sup Campbell. Namun, ia tak menyombongkan keberhasilan itu. "Yang paling penting bagi saya adalah kebahagiaan dan kesehatan," katanya. Pekan lalu, Asosiasi Figure Skating Amerika memilih Harding dan Kerrigan untuk mewakili Negeri Paman Sam itu ke Lillehammer. Dalam suasana normal, kedua atlet itu tentu merupakan tim yang kuat dan berpotensi memperoleh medali emas. Namun, setelah peristiwa Detroit, orang meragukannya. Ada kekhawatiran, lutut Kerrigan yang cedera belum kuat untuk menahan loncatan-loncatan yang sulit. Adapun kelemahan Harding, gara-gara reputasinya, ia diduga tak akan dinilai baik oleh para juri. "Secara tidak sadar, para juri di Lillehammer akan teringat pada kasus Kerrigan," kata Seppo Iso-Ahola, ahli psikologi olahraga dari Universitas Maryland. Di Amerika, suatu angket menunjukkan, sebagian besar orang tak setuju Harding berangkat ke Olimpiade Lillehammer. Menurut hasil survei majalah Newsweek, hanya 18% yang setuju Harding ke Lillehammer, 18% lagi tidak setuju, dan 56% setuju asalkan dirinya tak terlibat dalam kasus penganiayaan Kerrigan. Minggu lalu, Harding bersama atlet lainnya menandatangani suatu kode etik yang mengharuskan semua menjunjung tinggi nama Amerika di Lillehammer. Jika terbukti Harding terlibat dalam kasus penganiayaan Kerrigan dan ditahan, penggantinya adalah Michelle Kwan, 13 tahun.Yuli Ismartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum