Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tim Transisi dengan Sejumlah Sangsi

Menteri Olahraga mengumumkan 17 anggota Tim Transisi. Tapi sejumlah anggota mundur sebelum bertugas. Mengapa banyak "orang nonbola" masuk tim?

18 Mei 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Telepon di ruang kerja Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi pada Jumat dua pekan lalu begitu sibuk. Sejak pukul 15.00 hingga hampir pukul 20.00, Imam bergantian dengan tiga anggota staf khususnya—Faisol Reza, Muhammad Khusen Yusuf, dan Zainal Munasichin—serta Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Gatot S. Dewa Broto menelepon calon anggota Tim Transisi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Puluhan wartawan sudah memenuhi media center yang berada di lantai satu gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga sebelum waktu salat Jumat. Gatot menyebutkan Menteri Imam Nahrawi akan mengumumkan nama anggota Tim Transisi pada pukul 18.30. Pengumuman itu sudah mundur dua hari dari yang dijanjikan. Pembentukan tim itu tercantum dalam Surat Keputusan Pembekuan Seluruh Kegiatan PSSI, yang ditandatangani pada 17 April lalu.

Para pemburu berita itu bertanya-tanya apakah sejumlah jenderal masuk sebagai anggota tim. Maklum, selama beberapa hari nama Panglima TNI Jenderal Moeldoko santer disebut akan memimpin tim. Ia dipinang lantaran diharapkan bisa menjadi sosok pemersatu sepak bola Indonesia, yang tak pernah surut dari kisruh. Seorang pejabat di Kementerian Olahraga sebelumnya mengkonfirmasi bahwa Moeldoko bakal ada dalam daftar.

Nama lain yang juga disebut adalah Jenderal Purnawirawan Abdullah Makhmud Hendropriyono. Hendro disebut menjadi alternatif jika Moeldoko tak bersedia. Tapi, saat dimintai konfirmasi oleh Tempo pada Jumat sore itu, Hendro menjawab melalui pesan pendek, "Saya tahu apa tentang sepak bola?"

Pertanyaan lain yang juga muncul: siapa anggota tim pilihan Presiden Joko Widodo. Jago Presiden itu menjadi perbincangan lantaran Jokowi dua kali memanggil Imam Nahrawi pada Rabu dua pekan lalu ketika Menteri Olahraga itu seharusnya mengumumkan anggota tim. Benarkah Presiden menyodorkan jagonya? "Itu pertanyaan investigatif. Yang jelas, Presiden ingin melihat orang-orang di Tim Transisi secepatnya bergerak," kata Imam. "Presiden mendorong agar tata kelola sepak bola dibenahi, tak boleh mundur."

Pengumuman yang ditunggu itu akhirnya tiba. Imam Nahrawi mengumumkan anggota Tim Transisi dengan rupa-rupa profesi. Jumlahnya 17 orang. Ia memberi tagline tim itu dengan dua kata: "Indonesia Memanggil".

Gatot, yang juga juru bicara Menteri, menyampaikan bahwa Kementerian sepanjang sore hingga petang itu harus mengkonfirmasi ulang nama-nama yang bersedia menjadi anggota tim. "Menteri ingin semua nama yang diumumkan sanggup terlibat dalam pembenahan sepak bola Indonesia. Dan menghubungi mereka itu tak mudah," ujar Gatot, Selasa pekan lalu.

Menteri, misalnya, berkali-kali menelepon Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo, tapi tak berjawab. Rudyatmo baru menelepon balik sekitar pukul lima sore, setelah menghadiri acara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di Semarang. "Menteri menanyakan kesiapan saya membantu penyelesaian urusan PSSI," kata Rudyatmo, Selasa pekan lalu.

Anggota Komite Normalisasi PSSI empat tahun lalu itu sebenarnya sudah menyanggupi permintaan Menteri Imam dua pekan sebelum pengumuman. Konfirmasi terakhir itu hanyalah bentuk penegasan. Ia semakin mantap bergabung setelah mendapat restu Presiden Jokowi sepekan setelah itu. "Presiden setuju saya masuk tim," ujarnya.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko—pernah duduk di Dewan Pembina Yayasan Arema—juga dirangkul masuk tim. Mereka dianggap sebagai sosok penting di masyarakat dan mempunyai kapasitas di dunia bola. Mantan pemain tim nasional Ricky Yakobi juga diajak. Ricky sebelumnya menjadi anggota Tim Sembilan bentukan Menteri Pemuda dan Olahraga.

Nama Moeldoko dan Hendropriyono ternyata tak muncul di daftar 17 nama yang diumumkan Imam Nahrawi. Menteri Imam justru memasukkan mantan Panglima Komando Daerah Militer Bukit Barisan Letnan Jenderal TNI Lodewijk F. Paulus dan Diaz Faisal Malik Hendropriyono. Paulus kini menjabat Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI Angkatan Darat. Diaz merupakan Komisaris Telkomsel—juga anak Hendro.

Menurut Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga Bidang Olahraga Muhammad Khusen Yusuf, nama Lodewijk F. Paulus direkomendasikan oleh Panglima TNI. "Saya tak tahu pertimbangannya, tapi beliau (Moeldoko) merekomendasikannya," kata Khusen.

Munculnya sebagian besar nama anggota tim yang tak pernah bersentuhan dengan sepak bola itu tak urung membuat banyak orang kaget dan ragu. Mantan pengurus PSSI, Tondo Widodo, misalnya, mengaku terkejut atas munculnya nama "yang tak akrab di telinga" tersebut. Tapi, menurut Tondo, "Kita harus kasih kesempatan mereka memperbaiki sepak bola Indonesia."

Komentar miring terlontar dari mantan pemain PSM Makassar, Ali Baba. Ia sangsi Tim Transisi bisa bekerja maksimal karena kebanyakan anggotanya, kata dia pada Senin pekan lalu, "Tak paham sepak bola. Bagaimana mereka akan mengelola kompetisi?"

Ketua PSSI hasil Kongres Surabaya yang tak diakui pemerintah, La Nyalla Mattalitti, bahkan menyatakan tak mempedulikan keberadaan Tim Transisi. "Sama sekali tidak ada gunanya mengomentari Tim Transisi. Sebagai pemimpin, saya siap menjalankan semua program yang kami buat," ucap La Nyalla, seperti dikutip dari situs resmi PSSI, Sabtu dua pekan lalu.

Mengapa pemerintah menempatkan banyak "orang nonbola" di tim yang bakal bertugas memastikan kompetisi bergulir dan menjalankan kewenangan PSSI yang dibekukan itu? Khusen mengatakan, ketika memilih anggota tim, Menteri Imam Nahrawi menomorsatukan prinsip integritas. "Setiap calon dibedah. Bagaimana integritasnya? Bagus atau tidak? Kualitasnya nanti dipertanyakan atau tidak?" ujar Khusen menirukan ucapan Imam Nahrawi.

Menteri Olahraga, kata Khusen, juga mewanti-wanti agar tim diisi oleh berbagai kalangan yang bisa berkomunikasi baik dengan stakeholder dan bisa membenahi tata kelola sepak bola di Tanah Air. Nama mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad Rianto, misalnya, dipilih karena pengalamannya sebagai penegak hukum yang bisa mengawal transparansi pengelolaan kompetisi.

Begitu pula Darmin Nasution, yang kemudian mundur. Sebagai mantan Gubernur Bank Indonesia dan Direktur Jenderal Pajak, Darmin bisa memberikan masukan dalam pengelolaan finansial klub dan federasi sepak bola. Sedangkan sejumlah pengusaha digandeng lantaran mereka dianggap bagus dalam manajemen bisnis.

Ihwal perwakilan pun masuk pertimbangan. Nama Farid Husain dan Velix Wanggai, yang baru muncul beberapa jam sebelum pengumuman, disebut sebagai perwakilan Indonesia timur. Farid adalah aktivis sosial yang pernah menjadi juru runding pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka dan pernah menjadi Manajer PSM Makassar. Velix pernah menjadi anggota staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Apalagi, secara sosiologis, banyak mutiara pemain sepak bola di Indonesia timur," ucap Gatot.

Namun, belum lagi tim bentukan Menteri Pemuda dan Olahraga itu menjawab keraguan, empat anggotanya resmi mundur. Velix dan Darmin mengundurkan diri sehari setelah pengumuman. Esoknya, Farid Husain menyusul. Semuanya beralasan sama: terlalu sibuk. "Saya tak ada waktu mengurusi hal besar ini. Saya takut mencederai amanah yang diberikan," ujar Manajer PSM pada 1996/1997 itu, Senin pekan lalu.

Ridwan Kamil juga menyusul memutuskan mundur pada Rabu pekan lalu. "Berada di Tim Transisi akan banyak menyita waktu saya sebagai wali kota. Saya masih punya setumpuk tugas membereskan Bandung," tutur Emil—nama panggilan Ridwan Kamil—Rabu pekan lalu.

Mundurnya empat tokoh itu sudah pasti mengurangi kekuatan tim. Tapi Gatot mengatakan program Tim Transisi tetap akan berjalan sesuai dengan rencana. Mereka nantinya akan bekerja dibantu tim teknis. "Mereka akan kami pegangi dengan road map yang telah kami siapkan," ujarnya.

Rina Widiastuti, Ahmad Rafiq, Budi Setyarso, Avit Hidayat, Didit Hariyadi, Iqbal T. Lazuardi, Persiana Galih, Abdi Purnomo


Anggota Tim Transisi PSSI
1. Lodewijk F. Paulus (mantan Panglima Komando Daerah Militer Bukit Barisan)
2. F.X. Hadi Rudyatmo (Wali Kota Solo)
3. Eddy Rumpoko (Wali Kota Batu Malang)
4. Ricky Yakobi (mantan pemain tim nasional)
5. Bibit Samad Rianto (mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi)
6. Cheppy Triprakoso Wartono (mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat)
7. Diaz Faisal Malik Hendropriyono (Komisaris Telkomsel, anak A.M. Hendropriyono)
8. Saut H. Sirait (mantan anggota Komisi Pemilihan Umum)
9. Andrew Darwis (pendiri Kaskus)
10. Francis Wanandi (pengusaha di bidang kesehatan dan kebugaran)
11. Iwan S. Lukminto (pengusaha tekstil PT Sritex)
12. Tommy Kurniawan (bintang iklan dan sinetron)
13. Zuhairi Misrawi (penulis, Ketua PP Baitul Muslimin)

Anggota Tim Transisi yang Mundur
1. Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung)
2. Farid Husain (mantan Manajer PSM Makassar)
3. Darmin Nasution (mantan Gubernur Bank Indonesia)
4. Velix F. Wanggai (anggota staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)

Tugas Tim Transisi
1. Menjalankan kewenangan PSSI yang telah dibekukan.
2. Memastikan pengiriman tim nasional untuk laga internasional.
3. Memastikan kompetisi sepak bola berjalan.
4. Memfasilitasi kongres PSSI untuk membentuk kepengurusan PSSI yang baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus