SESAMPAINYA di Bandung, Henry Fok, Ketua Kehormatan World
Badminton Federation (WBF) langsun minta diantarkan ke tempat
Konperensi Asia-Afrika berlangsung tahun 1955. "Barangkali ia
terkesan oleh semangat persatuan yang ditelorkan dari gedung
tersebut," komentar Yassin, anggota pengurus PBSI Jawa Barat
pengantar sang tamu.
Keesokan harinya, 28 Mei, Fok bersama tokoh WBF lainnya seperti
Chu Tze, The Gin Sooi, Lee Kin Tat, dan Piensak Sosothikul,
memang datang mencari persatuan dengan Internatiowal Badminton
Federation (IBF). Kedua organisasi induk bulutangkis dunia itu
bertemu buat pertama kalinya.
Fok dkk disambut antara lain oleh Stellan Mohlin, Herman Valken,
drs. Sudirman, Suharso Suhandinata, Khir Johari, P. Nielsen, H.
Termet, C. Reddie, serta Chada. "Sekalipun yang dibicarakan
soal persatuan," kata Chu Tze, Ketua Persatuan Bulutangkis RRC,
"kehadiran kami di sini mewakili pribadi."
Di Hotel Panghegar, mereka berdiskusi selama 2 jam untuk
menemukan jalan buat rujuk kembali. Komunike bersama mereka
menyebut adanya keinginan bersatu, tapi sama sekali tak
menyinggung bagaimana. "Terlalu pagi untuk dibicarakan," lanjut
Chu Tze. "Keinginan kedua belah fihak, untuk sementara, akan
ditampung dan dibicarakan dalam suatu grup kerja yang terdiri
dari wakil WBF dan IBF."
Bagaimana dengan Supreme Body of Badminton yang disebut akan
memayungi WBF dan IBF? "Itu memang suau ide yang baik," kata C.
Reddie, tokoh bulutangkis Skotlandia. Tapi, baginya gagasan itu
masih kabur. "Karena itu, baiklah kita tunggu dulu hasil sidang
tahunan IBF," tambahnya. Sidang tahunan IBF diadakan di Hotel
Borobudur, Jakarta 30 Mei s/d 1 Juni ini.
Sikap tunggu dan lihat itu tampak pula pada diri Chu Tze, juga
menjabat Wakil Ketua WBF. "Kami baru akan bersidang Juni nanti,"
katanya. "Topik ini pasti akan kami bicarakan." Tapi, mungkinkah
dua organisasi ini akan rujuk? "Suatu ketika nanti, ya,"
ramalnya Ketua IBF, Stellan Mohlin juga optimis seperti Chu Tze.
Buat sementara kedua belah fihak memperkenankan anggota
masing-masing melakukan pertandingan persahabatan. Hal itu dulu
mendapat tentangan keras sekali dari IBF. "Mereka mau datang
saja untuk berbincang itu sudah merupakan langkah maju," kata
Ketua Bidang Luar Negeri PBSI, Suharso Suhardinata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini