DIHADIRI tak kurang dari 80 bankir swasta nasional dari
berbagai daerah, resepsi pembukaan Kongres ke VII, Perbanas di
ruang Flores Hotel Borobudur, Jakarta, pekan lalu tampak
meriah. Dihadiri Gubernur Bank Sentral Rachmat Saleh, para
bankir yang berpakaian necis itu tak kelihatan lagi susah. Tapi
ketika berapat di Hotel Kartika Chandra, mereka dihadapkan pada
anjuran Gubernur BI agar sudi "meningkatkan mobilisasi dana
masyarakat untuk disalurkan kepada usaha kecil dan menengah yang
padat karya."
Setelah merger, dewasa ini terdapat 78 bank swasta nasional dari
86 buah pada 1976. Modal naik dari Rp 44 milyar menjadi Rp 66
milyar akhir tahun lalu. Meskipun terjadi penambahan modal yang
disetor tapi bila dibandingkan dengan volume usahanya terjadi
penurunan. "Akibat Kenop-15, volume usaha bank swasta tahun lalu
turun rata-rata 25%," kata J. Wantah, ketua IV Perbanas yang
juga Dir-Ut PT Bank Arta Pusara. "Pemberian kreditnya pun turun
dari 28% pada 1976 menjadi 22% akhir 1978."
Menurunnya volume usaha itu menurut I Nyoman Moena, Ketua I
Perbanas "bukan hanya karena pukulan Kenop, juga disebabkan
semakin sempitnya wilayah operasi." Menurut ketentuan yang ada
sampai sekarang ini daerah hanya terbuka buat bank-bank
pemerintah dan bank swasta nasional. Kenyataannya lembaga
keuangan non bank (LK) yang bermodal asing itu menurut Moena
juga beroperasi di daerah.
LK-LK itu di Jawa Tengah misalnya, mengadakan perjanjian
kredit, mengadakan hipotik atau menerima jaminan yang selama
ini dijalankan oleh bank-bank umum. Padahal tujuan didirikannya
LK adalah untuk menggalakkan Pasar Uang dan Modal seperti
jual-beli efek, promes dan jual-beli uang. Dan izin yang
diberikan kepadanya hanya boleh beroperasi di Jakarta.
Maka dalam salah satu keputusannya, kongres Perbanas
mengingatkan untuk "lebih mempertegas kembali fungsi dari bank
maupun LK non bank." Untuk meningkatkan mobilisasi dana,
Perbanas ingin agar BI memberikan cadangan wajib 10% yang selama
ini disetornya. Adanya cadangan wajib ini menurut Nyoman Moena,
yang juga Dir-Ut PT Overseas Express Bank bukan hanya
mengurangi perputaran modal bank swasta, tapi membuat uang
menjadi menganggur.
Bila dicairkan atau dibebaskan maka uang itu akan dapat menambah
volume perkreditan dan memberikan kesempatan kerja. Dan karena
kesempatan menambah kredit ada batasnya (ceiling), berarti
prioritas penciptaan kerja senantiasa diperhitungkan dalam
setia persetujuan kredit baru. Tapi bagi bank yang mengarahkan
kreditnya kepada usaha yang padat karya, Bank Sentral, kata
Gubernur BI Rachmat Saleh "sedang mencari pemberian insentip
atau fasilitas. "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini