Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

7 Fakta Seputar Banjir Bandang Luwu Utara

Banjir bandang terjadi di enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan Senin malam, 13 Juli 2020. Sebanyak 23 orang telah meninggal.

17 Juli 2020 | 05.42 WIB

Foto udara kondisi perkampungan tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu, 15 Juli 2020. Banjir bandang Masamba  mengakibatkan 21 orang meninggal dunia dan puluhan warga dilaporkan masih dalam pencarian. ANTARA/Moullie
Perbesar
Foto udara kondisi perkampungan tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu, 15 Juli 2020. Banjir bandang Masamba mengakibatkan 21 orang meninggal dunia dan puluhan warga dilaporkan masih dalam pencarian. ANTARA/Moullie

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Banjir bandang terjadi di enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Bencana ini terjadi pada terjadi Senin malam, 13 Juli 2020, di suasana pandemi Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini jumlah korban meninggal dunia terus bertambah.
"Data sementara yang meninggal dunia yang telah ditemukan sebanyak 23 orang," kata Menteri Sosial Juliari P Batubara dalam keterangan di Jakarta, Kamis, 16 Juli 2020. Tapi dalam keterangan terbaru, jumlahnya sudah naik menjadi 32 orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Tempo mengumpulkan sederat fakta terkait bencana banjir diri, berikut di antaranya:

1. Akibat sungai meluap

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara menyebut banjir dipicu salah satunya hujan dengan intensitas tinggi dua hari sebelum bencana. Debit air hujan mengakibatkan Sungai Masamba, Rongkang dan Sungai Rada meluap sehingga terjadi banjir bandang.

Melihat potensi ancaman banjir bandang, Kabupaten Luwu Utara termasuk wilayah yang memiliki bahaya kategori sedang hingga tinggi untuk bencana banjir bandang. Sebanyak 11 kecamatan berada pada kategori tersebut. Jumlah populasi terpapar bahaya banjir bandang mencapai 23.402 jiwa.

Adapun enam kecamatan yang terdampak yaitu Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat.

2. Kayu ilegal masuk pemukiman warga

Dari keterangan Kementerian Sosial, hujan dengan intensitas tinggi ini kemudian menyebabkan Sungai Rongkong, Sungai Meli dan Sungai Masamba meluap. Walhasil, terjadilah banjir tanah longsor di beberapa desa dalam wilayah kabupaten itu.

Banjir ini membuat pemukiman penduduk, lahan pertanian dan fasilitas umum serta fasilitas sosial terendam banjir disertai lumpur. Tidak hanya lumpur yang merendam rumah warga dan pusat perekonomian kota, batang pohon dan kayu juga ikut serta.

BPBD Luwu Utara menduga kayu ini dari pembalakan hutan secara ilegal. Kayu masuk ke pemukiman warga hingga menutup permukaan air di sungai setempat.

3. 655 orang mengungsi

Hingga Rabu sore, 15 Juli 2020, BPBD Luwu Utara mencatat sudah ada 156 Kepala Keluarga (KK) atau 655 jiwa yang mengungsi. Lalu, 4.202 KK atau 15.994 jiwa terdampak.

Lalu 4.930 unit rumah terendam, 10 unit rumah hanyut, 213 unit rumah tertimbun pasir bercampur lumpur, 1 Kantor koramil 1403-11 terendam air dan lumpur ketinggian 1 meter, jembatan antar desa terputus dan jalan lintas provinsi tertimbun lumpur setinggi 1 hingga 4 meter.

4. Bantuan Rp 1,98 miliar

Hari ini, Jumat, 17 Juli 2020, Juliari pun menyalurkan bantuan untuk korban meninggal. Total santunan yang akan diberikan sebanyak Rp 345 juta untuk 23 korban meninggal sementara.

"Semua ahli waris korban akan mendapatkan santunan sebesar Rp 15 juta," kata Juliari dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, 16 Juli 2020.

Secara total, bantuan yang diberikan mencapai Rp 1,98 miliar. Selain santunan kematian, ada juga bantuan perlengkapan kebersihan senilai Rp 500 juta. Bantuan logistik tanggap darurat senilai Rp 1 miliar. Sisanya untuk bantuan lain.

5. Pencairan korban berlanjut

Saat ini, Tim SAR gabungan masih berupaya untuk menemukan korban yang belum ditemukan. Sebelumnya, proses pencarian korban lainnya sempat ditunda semalam karena kondisi medan ke lokasi cukup sulit dijangkau.

Badan SAR Nasional Makassar juga sudah membagi tim menjadi kelompok kecil untuk memudahkan proses pencarian. Sebagiannya ditugaskan membantu tim SAR gabungan lainnya yang untuk mengidentifikasi korban.

6. Masih merendam rumah warga

Meski banjir bandang sudah terjadi sejak Senin, namun sampai Kamis kemarin beberapa rumah warga masih tergenang. Salah satunya di Kelurahan Bone Tua, Masamba, Luwu Utara.

7. Tiga aksi Basuki

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono sudah meninjau langsung lokasi banjir. Kamis kemarin, Ia pun mengatakan ada tiga prioritas utama penanganan yang akan diambil.

Pertama memperbaiki akses jalan, kedua relokasi warga terdampak, dan ketiga pembenahan tanggul serta normalisasi sungai. "Proritas membersihkan konektivitas ini. Saya beri waktu sampai hari Minggu sduah bersih," kata dia.

7. Sebelumnya Luwu Timur

Jika tahun ini banjir di Luwu Utara, maka pada akhir April 2019 banjir terjadi di Kabupaten Luwu Timur. Kedua kabupaten ini bersebelahan.

Banjir saat itu terjadi di Desa Manggala dan Desa Kasintuwu di Kecematan Mangkutana. Lalu Desa Sumber Agung di Kecamatan Kalaena. Terakhir, Desa Kalambua dan Desa Kalena di Kecamatan Wotu. Saat itu, sebanyak 763 orang warga pun terdampak banjir.

FAJAR PEBRIANTO / ANTARA

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus