Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir bandang terjadi di enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Bencana ini terjadi pada terjadi Senin malam, 13 Juli 2020, di suasana pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini jumlah korban meninggal dunia terus bertambah.
"Data sementara yang meninggal dunia yang telah ditemukan sebanyak 23 orang," kata Menteri Sosial Juliari P Batubara dalam keterangan di Jakarta, Kamis, 16 Juli 2020. Tapi dalam keterangan terbaru, jumlahnya sudah naik menjadi 32 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo mengumpulkan sederat fakta terkait bencana banjir diri, berikut di antaranya:
1. Akibat sungai meluap
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara menyebut banjir dipicu salah satunya hujan dengan intensitas tinggi dua hari sebelum bencana. Debit air hujan mengakibatkan Sungai Masamba, Rongkang dan Sungai Rada meluap sehingga terjadi banjir bandang.
Melihat potensi ancaman banjir bandang, Kabupaten Luwu Utara termasuk wilayah yang memiliki bahaya kategori sedang hingga tinggi untuk bencana banjir bandang. Sebanyak 11 kecamatan berada pada kategori tersebut. Jumlah populasi terpapar bahaya banjir bandang mencapai 23.402 jiwa.
Adapun enam kecamatan yang terdampak yaitu Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat.
2. Kayu ilegal masuk pemukiman warga
Dari keterangan Kementerian Sosial, hujan dengan intensitas tinggi ini kemudian menyebabkan Sungai Rongkong, Sungai Meli dan Sungai Masamba meluap. Walhasil, terjadilah banjir tanah longsor di beberapa desa dalam wilayah kabupaten itu.
Banjir ini membuat pemukiman penduduk, lahan pertanian dan fasilitas umum serta fasilitas sosial terendam banjir disertai lumpur. Tidak hanya lumpur yang merendam rumah warga dan pusat perekonomian kota, batang pohon dan kayu juga ikut serta.
BPBD Luwu Utara menduga kayu ini dari pembalakan hutan secara ilegal. Kayu masuk ke pemukiman warga hingga menutup permukaan air di sungai setempat.
3. 655 orang mengungsi
Hingga Rabu sore, 15 Juli 2020, BPBD Luwu Utara mencatat sudah ada 156 Kepala Keluarga (KK) atau 655 jiwa yang mengungsi. Lalu, 4.202 KK atau 15.994 jiwa terdampak.
Lalu 4.930 unit rumah terendam, 10 unit rumah hanyut, 213 unit rumah tertimbun pasir bercampur lumpur, 1 Kantor koramil 1403-11 terendam air dan lumpur ketinggian 1 meter, jembatan antar desa terputus dan jalan lintas provinsi tertimbun lumpur setinggi 1 hingga 4 meter.
4. Bantuan Rp 1,98 miliar
Hari ini, Jumat, 17 Juli 2020, Juliari pun menyalurkan bantuan untuk korban meninggal. Total santunan yang akan diberikan sebanyak Rp 345 juta untuk 23 korban meninggal sementara.
"Semua ahli waris korban akan mendapatkan santunan sebesar Rp 15 juta," kata Juliari dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, 16 Juli 2020.
Secara total, bantuan yang diberikan mencapai Rp 1,98 miliar. Selain santunan kematian, ada juga bantuan perlengkapan kebersihan senilai Rp 500 juta. Bantuan logistik tanggap darurat senilai Rp 1 miliar. Sisanya untuk bantuan lain.
5. Pencairan korban berlanjut
Saat ini, Tim SAR gabungan masih berupaya untuk menemukan korban yang belum ditemukan. Sebelumnya, proses pencarian korban lainnya sempat ditunda semalam karena kondisi medan ke lokasi cukup sulit dijangkau.
Badan SAR Nasional Makassar juga sudah membagi tim menjadi kelompok kecil untuk memudahkan proses pencarian. Sebagiannya ditugaskan membantu tim SAR gabungan lainnya yang untuk mengidentifikasi korban.
6. Masih merendam rumah warga
Meski banjir bandang sudah terjadi sejak Senin, namun sampai Kamis kemarin beberapa rumah warga masih tergenang. Salah satunya di Kelurahan Bone Tua, Masamba, Luwu Utara.
7. Tiga aksi Basuki
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono sudah meninjau langsung lokasi banjir. Kamis kemarin, Ia pun mengatakan ada tiga prioritas utama penanganan yang akan diambil.
Pertama memperbaiki akses jalan, kedua relokasi warga terdampak, dan ketiga pembenahan tanggul serta normalisasi sungai. "Proritas membersihkan konektivitas ini. Saya beri waktu sampai hari Minggu sduah bersih," kata dia.
7. Sebelumnya Luwu Timur
Jika tahun ini banjir di Luwu Utara, maka pada akhir April 2019 banjir terjadi di Kabupaten Luwu Timur. Kedua kabupaten ini bersebelahan.
Banjir saat itu terjadi di Desa Manggala dan Desa Kasintuwu di Kecematan Mangkutana. Lalu Desa Sumber Agung di Kecamatan Kalaena. Terakhir, Desa Kalambua dan Desa Kalena di Kecamatan Wotu. Saat itu, sebanyak 763 orang warga pun terdampak banjir.
FAJAR PEBRIANTO / ANTARA