Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Apa itu Ekskul Coding di Sekolah? Simak Pengertian dan Manfaatnya

Mengenal ekstrakurikuler coding dan manfaatnya yang ditawarkan di SD, SMP, SMA, dan sederajat.

5 Agustus 2024 | 12.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Siswa mengerjakan tutorial coding bertema Minecraft yang dikembangkan Microsoft dan Code.org. Foto: Microsoft

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ekstrakurikuler atau ekskul di sekolah hadir dalam berbagai bentuk untuk menjembatani minat dan bakat siswa. Salah satu program ekskul yang kerap dijumpai di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat adalah pemrograman atau coding.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa itu Ekskul Coding?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Coding merupakan proses pengolahan kode yang digunakan untuk memerintahkan perangkat digital agar melakukan segala sesuatu di bidang komputasi. Setiap kode yang dituliskan akan membantu komputer atau perangkat gawai (gadget) untuk memahami apa yang diinginkan si pengembang (programmer). 

“Coding bagi anak-anak pada dasarnya untuk membekali diri dengan kemampuan berpikir terstruktur dan logis. Saat belajar coding, anak bisa belajar memahami konsep algoritma sederhana dan memecahkan masalah,” kata Direktur Sekolah Dasar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Sri Wahyuningsih dalam acara webinar Asyiknya Belajar dan Bermain Coding untuk Anak-anak, Kamis, 17 Februari 2022. 

Dengan demikian, melalui ekskul coding, siswa dapat mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan zaman, terutama di bidang teknologi. Siswa yang berencana menjadi seorang pengembang perangkat lunak pada masa depan, salah satu profesi yang tengah digandrungi, dapat membekali dirinya dengan pengetahuan komputasi sejak usia dini. 

Manfaat Coding

Tidak hanya dapat mempersiapkan siswa dengan pengetahuan pemrograman, coding juga dapat mengalihkan kebiasaan atau hobi anak, dari bermain gim menjadi pembuat game. 

“Jadi, anak tidak hanya menggunakan gadget atau memainkan game, tetapi juga bisa memproduksi. Minimal game sederhana yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran, sehingga mengantarkan siswa menjadi Pelajar Pancasila,” ucap Sri. 

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Literasi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Rizki Ameliah mengatakan, berdasarkan data dari Battelle for Kids, coding dinilai dapat membantu memecahkan masalah dan meningkatkan pemahaman siswa, terutama pada pelajaran berbasis seni. 

“Jadi, banyak sekali keuntungan yang didapatkan dari belajar coding. Karena coding juga menjadi contoh berpikir out of the box yang memperbaharui atau melakukan problem solving,” ujar Rizki.

Senada dengan hal itu, pemilik sekaligus CEO Educourse, Mutiara Hikma menuturkan, mengutip pernyataan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, terdapat tiga skill bahasa yang wajib dikuasai anak. Pertama, bahasa asing, lalu bahasa data, dan bahasa pemrograman atau coding. 

“Everyone bisa belajar coding. Tapi jika ada anak yang memang mau (menjadi) expert, maka orang tua harus mengarahkannya. Tapi, jika anak memang mungkin belum bakat ke sana, maka mereka tetap harus mengerti coding karena akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari,” kata Mutiara. 

Mutiara menjelaskan, selain kemampuan berpikir kritis, coding juga mengajarkan anak berpikir sistematis. “Jadi, belajar coding ini sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Anak-anak bisa berpikir secara sistematis, detail, dan juga bisa memecahkan masalah,” ucapnya. 

MELYNDA DWI PUSPITA 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus