Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Syamsi Dhuha menjalin kerja sama dengan sekolah negeri di Bandung untuk memfasilitasi program Gerakan Sejuta Siswa Digital Indonesia (GESSIT) berbasing coding atau pemrograman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Yayasan Syamsi Dhuha, Dian Syarief, mengatakan gerakan itu rencananya akan diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi secara nasional. “Kami membantu untuk mencari funding bagi sekolah negeri,” katanya, Selasa, 19 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program yang juga melibatkan startup Educourse itu akan memadukan materi coding atau pemrograman dan metode pembelajaran STEAM, singkatan dari Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic.
Saat ini dana yang diperoleh yayasan itu baru cukup untuk dua sampai tiga sekolah. “Pendanaannya karena kita akan melakukan pelatihan selama satu tahun untuk guru dan siswa,” ujar Dian.
Tujuan program ini adalah agar siswa memiliki kemampuan coding berbasis STEAM setelah pelatihan. Yayasan akan bekerja sama dengan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas.
Pengajaran dilakukan secara daring atau campuran dengan luring. “Sehingga di mana pun lokasi sekolahnya bisa dijangkau,” kata Dian. Nantinya sekolah yang akan mengatur jadwal dan jumlah siswa serta guru yang akan terlibat.
Peserta bisa ikut jika berminat pada materi coding itu yang bukan kurikulum wajib. “Sifatnya tidak wajib namun penting,” ujar Dian. Perangkat yang dibutuhkan adalah smartphone atau laptop. Laboratorium komputer sekolah juga bisa dimanfaatkan.
Target pelatihan setiap tingkat sekolah nantinya akan berbeda. Pada siswa sekolah dasar, misalnya, bisa membuat animasi atau game yang sederhana. “Masuk SMP mereka mulai bisa bikin aplikasi,” kata dia. Merujuk hasil survei, menurut Dian, anak-anak Indonesia masih ketinggalan soal digital di zamannya.