Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Asal-asul Sapaan Bung, Benarkah Berawal dari Bung Karno?

Achmad Notosoetardjo dalam bukunya Revolusi Indonesia Berdasarkan Adjaran Bung Karno menuliskan bahwa penggunaan kata "Bung" dipopulerkan Bung Karno.

7 Oktober 2021 | 16.34 WIB

Patung Presiden RI ke-1 Sukarno di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Ahad, 6 Juni 2021. Patung bernama Bung Karno Berkuda ini diresmikan langsung oleh putri Sukarno sekaligus Presiden RI ke-6, Megawati Soekarnoputri bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subiano. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Patung Presiden RI ke-1 Sukarno di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Ahad, 6 Juni 2021. Patung bernama Bung Karno Berkuda ini diresmikan langsung oleh putri Sukarno sekaligus Presiden RI ke-6, Megawati Soekarnoputri bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subiano. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kata sapaan banyak digunakan untuk mereka yang bergaul dengan situasi dan rentang umur yang sama. Setidaknya mereka memiliki persamaan nasib, sehingga banyak menimbulkan kata-kata sapaan. Hal ini juga hadir ketika penggunaan kata “Bung” yang populer pada awal-awal kemerdekaan.

Kepopuleran sapaan “Bung” membuat semua orang bisa menggunakannya dan bisa digunakan untuk menyapa siapa pun. Orang-orang ketika itu percaya bahwa kata “Bung” memiliki makna persaudaraan dan kesetaraan. Dengan hal ini tidak heran jika panggilan tersebut sangat populer ketika itu.

Achmad Notosoetardjo dalam bukunya Revolusi Indonesia Berdasarkan Adjaran Bung Karno menuliskan bahwa penggunaan kata “Bung” dipopulerkan oleh Bung Karno sendiri. Panggilan itu dipopulerkannya untuk panggilan kepada setiap insan Indonesia yang revolusioner dan memiliki cita-cita melenyapkan imperialisme-kolonialisme dan kapitalisme.

Dari cita-cita Bung Karno sendiri dapat dilihat bahwa penggunaan kata “Bung” sendiri menjadi propaganda Bung Karno. Hal ini dapat dilihat ketika Bung Karno menginginkan lukisan dengan pesan propaganda yang membakar semangat para pemuda. Bung Karno ingin poster tersebut berisikan pesan sederhana dan kuat.

Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, Sukarno memilih Affandi sebagai pelukis untuk poster tersebut. Affandi ketika itu melukiskan tokoh pelukis Dullah. Tokoh Dullah digambarkan dengan menggenggam bendera merah putih dengan kedua tangan yang terikat rantai.

Melihat poster dengan lukisan yang sudah dibuat oleh Affandi, penyair Chairil Anwar memberi kata-kata pada poster tersebut, “Boeng, Ajo Boeng!” poster tersebut juga menyebar ke berbagai penjuru Indonesia. Chairil memperoleh kata-kata tersebut dari para wanita tuna susila di Senen ketika para wanita itu menawarkan jasa.

Kata "Bung" memiliki kesamaan dengan sebutan "Citizen" dalam Revolusi Prancis atau "Kamerad" dalam Revolusi Rusia. Hal inilah yang membuat sapaan "Bung" terdengar revolusioner dengan hadirnya tambahan makna seperti saudara serevolusi, saudara nasionalis Indonesia, ataupun saudara serepublik.

GERIN RIO PRANATA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus