Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Jentera Bivitri Susanti meragukan kebijakan reshuffle kabinet pemerintahan Prabowo Subianto bisa memperbaiki kinerja pemerintah menjadi lebih baik. Dia menilai bahwa sedari awal kebanyakan menteri yang dipilih Prabowo tidak punya kompetensi di bidangnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala negara juga dinilai tidak memiliki rasionalitas yang jelas dalam menyusun kabinetnya. "Jadi kalau misalnya berharap reshuffle akan memperbaiki semuanya, enggak akan. Saya enggak percaya itu," katanya ditemui Tempo di sela-sela aksi Indonesia Gelap di kawasan Patung Kuda, Jakarta pada Jumat, 21 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menilai, satu-satunya yang bisa memperjuangkan perbaikan masa depan bangsa ialah rakyat. Aksi Indonesia Gelap yang dilakukan elemen masyarakat disimbolkan sebagai lilin untuk menerangi negara.
"Kegelapan ini, Indonesia Gelap, yang satu-satunya lagi berusaha menerangkan itu kita (rakyat)," ujar Bivitri.
Dia mengatakan bahwa di kondisi Indonesia saat ini, rakyat harus terus-menerus melakukan perlawanan. Bivitri mengatakan, perlawanan itu tidak melulu lewat aksi secara fisik, melainkan sosialisasi yang masih perihal pendidikan kewargaan dan pendidikan politik.
"Jadi lebih banyak orang yang bisa ikut melawan," katanya.
Dia juga menilai bahwa perlunya ada oposisi jalanan atau shadow government yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Dengan oposisi jalanan itu, kata dia, rakyat bisa bersama-sama untuk terus mengawal dan mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang merusak.
Pilihan Editor: Aksi Indonesia Gelap: Massa Nyanyikan Lagu Sukatani hingga Poster Wanted Prabowo