Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Samarinda – Belum genap sepekan, tepatnya 27 Agustus 2024 Dendi Suryadi dari Brigadir Jenderal naik pangkat menjadi Mayor Jenderal. Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 76/TNI/tahun 2024. Maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kutai Kartanegara (Kukar) 2024, Dendi Suryadi memutuskan untuk pensiun dini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Banyak yang bilang saya sudah di zona nyaman (berpangkat Mayor Jenderal). Tapi hidup ini pilihan. Pendidikan (kemiliteran) saya sudah lengkap, tidak lagi mengejar pangkat dan jabatan,” kata bakal calon Bupati Kutai Kartanegara Dendi Suryadi kepada Tempo, di kediamannya, Samarinda, 29 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini adalah panggilan pengabdian di kampung halaman saya (Kutai Kartanegara). Saya ingin kembali, untuk mengabdi."
Sebagai informasi, Dendi Suryadi Bersama Alif Turiadi merupakan salah satu dari tiga bakal pasangan calon bupati dan wakil bupati Kutai Kartanegara yang akan berkompetisi pada Pilkada Kukar 2024. Dendi-Alif diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akan berhadapan dengan Awang Yacoub Luthman (AYL) dan Ahmad Zais (AZA) dari jalur perseorangan, serta dari petahana Edi Damansyah-Rendi Solihin yang diusung PDI Perjuangan, Partai Gelora, dan Partai Demokrat.
Dendi Suryadi diusung partai di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto-Gerindra, bersama Golkar, PAN, PKB, Nasdem, PKS, PPP, Perindo, PKB, PSI, Hanura, dan Prima. Berpangkat jenderal bintang dua, tak membuat dirinya ragu, untuk turut menjadi peserta Pilkada Kukar 2024.
Sejumlah posisi strategis sudah dijalani, mulai dari DanrindamV/Brawijaya (2018-2020), Kadepnikmin Akmil (2020-2021), Kasrem 043/Garuda Hitam (2021-2022), Danrem 091/Aji Surya Natakesuma (2022—2023), dan Staf Khusus Kasad (2023-2024).
Status tersebut, dinilai menjadi salah satu faktor dirinya diusung KIM Plus pada Pilkada Kukar 2024. Selain itu, Dendi Suryadi juga telah mengenal Prabowo Subianto sejak tahun 1994 silam. Modal tersebut, juga dinilai menjadi faktor lainnya. "Pak Prabowo adalah guru saya. Dia yang menandatangani ijazah saya saat pelulusan," ungkap Dendi.
Jika diberikan amanat, Dendi ingin memprioritaskan efektifitas birokrasi. Dirinya tidak ingin kerja sendiri, kekuatan tim dinilai menjadi kekuatan utama."Bekal 31 tahun menjadi prajurit, (jika terpilih) Tidak ada one man show, kerja tim yang utama," kata Dendi.