Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belasan pesan permintaan kode otorisasi dari berbagai aplikasi digital secara bertubi-tubi masuk ke gawai tim Lembaga Bantuan Hukum atau LBH Bandung, sehari setelah demonstrasi menolak RUU TNI di Bandung pada Jumat, 21 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nomor yang menjadi target serangan merupakan hotline yang dibuat LBH Bandung untuk menampung laporan dari peserta aksi yang membutuhkan bantuan hukum selama demonstrasi menolak RUU TNI di Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu terjadi sepanjang hari Sabtu, dari dini hari hingga siang,” ujar Direktur LBH Bandung, Heri Pramono, kepada Tempo, Kamis, 27 Maret 2025.
Heri menyebutkan bahwa kejadian ini merupakan upaya peretasan yang dilakukan pihak-pihak tertentu untuk melemahkan gerakan aksi penolakan RUU TNI, khususnya di Jawa Barat.
Serangan siber terhadap simpul-simpul massa aksi di Bandung juga dialami oleh Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Parahyangan. Sehari sebelum aksi pertama, Kamis, 20 Maret 2025, akun WhatsApp Ketua Himpunan mengalami percobaan peretasan.
“Saat kami sedang konsolidasi dengan massa aksi lainnya sehari sebelum demonstrasi, tiba-tiba WhatsApp saya keluar sendiri dan tidak bisa masuk lagi menggunakan nomor saya,” ujar Ketua Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik Unpar, Grice Ine, kepada Tempo.
Grice mengungkapkan bahwa bukan hanya akunnya yang mengalami percobaan peretasan, tetapi juga akun teman-temannya di himpunan. Bahkan, akun resmi organisasi mereka turut diretas.
“Di hari Minggu, akun resmi himpunan juga kena retas. Tiba-tiba ada unggahan seperti akun jualan, dan nomor kontak di bio akun diganti,” ujarnya.
Selain mengalami peretasan, Grice juga menerima pesan teror dari akun anonim. “Saya mendapat DM yang menanyakan bagaimana hasil dari protes RUU TNI yang kami lakukan,” katanya.
Represi Aparat dan Upaya Membenturkan Massa Aksi
Aksi penolakan RUU TNI di Bandung berlangsung selama dua hari, 20–21 Maret 2025. Massa aksi berasal dari berbagai simpul gerakan di Bandung, mulai dari mahasiswa hingga organisasi masyarakat sipil.
Demonstrasi dipusatkan di depan Gedung DPRD Jawa Barat. Pada hari kedua, aparat bertindak represif dengan intensitas yang cukup tinggi. Aksi bahkan berlangsung hingga dini hari.
Direktur LBH Bandung, Heri Pramono, mengungkapkan bahwa selama gelombang protes di Bandung, pihaknya menerima laporan terkait kekerasan aparat terhadap massa aksi. Bahkan, ada satu peserta yang ditangkap polisi. “Ada satu orang yang salah tangkap oleh polisi, tetapi sudah dibebaskan,” ujar Heri.
Setelah aksi di hari kedua, aparat kepolisian juga melakukan sweeping di area Jalan Tamansari, Bandung. Wilayah ini dikenal sebagai lokasi dua kampus yang menjadi titik kumpul massa aksi.
k“Pada aksi kali ini, tensinya cukup tinggi. Meski polisi tidak sefrontal aksi-aksi sebelumnya, catatan penting dari demonstrasi ini adalah upaya pelibatan ormas untuk membenturkan mereka dengan massa aksi. Pelibatan ormas ini cukup masif,” kata Heri.
Pilihan Editor: Instagram Aliansi Dosen yang Tuntut Tukin jadi Sasaran Peretasan