Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, mengatakan risiko penularan Covid-19 di Indonesia saat ini sudah sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dari perbandingan dengan situasi di beberapa negara lain. Angka positivity rate di Tanah Air berada di bawah 3 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi, data Indonesia dibandingkan dengan data luar negeri, Indonesia amat sangat bagus. Indonesia peringkat dunia nomor 40 lebih. Rumah sakitnya sepi, angka positivity rate rendah banget di bawah 3 persen, dan yang divaksin semakin banyak," kata Zubairi, Selasa, 7 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pada situasi itu, menurut Zubairi, risiko penularan Covid-19 di Indonesia sudah rendah sekali. Namun masyarakat diimbau tidak jemawa dan tetap berhati-hati.
Satgas Penanganan Covid-19 pada 7 Juni 2022 mencatat sebanyak 12 provinsi di Indonesia tanpa kasus baru Covid-19. Wilayah provinsi yang tidak mengalami pertambahan kasus Covid-19 meliputi Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku.
Adapun provinsi lainnya masih melaporkan kasus baru Covid-19. Di antaranya, DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus baru paling banyak (260 kasus) diikuti Jawa Barat (78), Banten (58), Jawa Timur (35), dan Bali (23). Sedangkan Jawa Tengah melaporkan 12 kasus baru dan wilayah provinsi lainnya 1-8 kasus baru.
Angka kasus kematian akibat Covid-19 tercatat sudah rendah. Pada 7 Juni 2022, hanya ada dua provinsi yang melaporkan kasus kematian akibat infeksi virus corona, yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah, dengan masing-masing satu kasus kematian.
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan dunia masih dalam status pandemi. Pertama, sampai akhir Mei 2022, ada sekitar 70 negara di dunia yang angka kasusnya masih meningkat. "Padahal prinsip dasarnya, no one is safe until everyone is safe, dan 70 negara adalah sekitar sepertiga dari jumlah negara di dunia," kata dia seperti dikutip Antara.
Kedua, jumlah tes di dunia jauh menurun, sehingga sulit melihat gambaran epidemiologi yang sebenarnya.
Ketiga, dari pengalaman kondisi pandemi selama dua tahun lebih, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 terkadang tidak bisa diduga.
Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 di Sentra Vaksinasi Lapangan Banteng, Jakarta, 13 Mei 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Keempat, sampai Mei 2022, baru ada 57 negara yang sudah memvaksin 70 persen populasi penduduknya, bahkan ada yang lebih. "Angka 70 persen dihitung berdasarkan pada jumlah total penduduk, bukan target,” kata Yoga.
Jumlah vaksinasi dibagi dengan jumlah penduduk, kata Yoga, angkanya masih di bawah 70 persen. “Walau, jika dibagi dengan angka target, memang sudah di atas 70 persen," ujarnya.
Kelima, pandemi yang masih ada menandakan faktor transmisi yang masih dapat meningkat. "Artinya, jumlah kematian masih tetap ada dan potensi varian baru dapat saja terbentuk," kata Yoga.
AFRILIA SURYANIS
#cucitangan #pakaimasker #jagajarak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo