Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival kuliner nonhalal diselenggarakan di Mal Solo Paragon, Surakarta, Jawa Tengah. Festival ini sudah kembali dibuka setelah ditutup sementara akibat penolakan dari beberapa pihak. Menyikapi kondisi ini, Chief Marketing Communication (Marcom) Solo Paragon Mall, Veronica Lahji mengatakan, festival tersebut sudah kembali dibuka. “Sudah buka,” ujar Veronica, pada 4 Juli 2024, seperti diberitakan Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati demikian, pihak penyelenggara harus menjaga situasi agar tetap kondusif. Cara untuk menjaga tetap kondusif selama festival berlangsung dengan memasang kain hitam di sekeliling stan makanan sebanyak 34. Selain itu, pihak penyelenggara juga akan membuat pengaturan di pintu masuk. Tak hanya itu, pihak penyelenggara festival makanan ini telah menyiapkan satpam atau security untuk berjaga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi itu memang beberapa persyaratan kalau memang buka harus ditutup semua pakai kain hitam. Mungkin kita ini bikin kain hitam dulu. Nanti juga kalau dari atas bakal ada penutupnya,” ucap Veronica, pada 4 Juli 2024, seperti tertulis dalam Joglosemar mitra Teras.id.
Berdasarkan pantauan langsung di Solo, saat festival kuliner nonhalal kembali dibuka, puluhan konsumen mulai memenuhi tempat duduk yang disediakan di sebelah stan, tepatnya di atrium Mal Solo Paragon. Melihat antusias tersebut Veronica mengaku, festival ini berpotensi mendatangkan lebih banyak pengunjung. Bahkan, pengunjung Mal Solo Paragon bisa mencapai dua kali lipat dari biasanya.
Veronica bersama pihaknya mencatat, sampai sekarang jumlah pengunjung Mal Solo Paragon ketika libur sekolah dapat mencapai 20.000 orang per hari. Sementara itu, pada hari biasa, pengunjung mal ini sekitar 16.000 orang per hari. Peningkatan pengunjung ini juga memberikan dampak positif bagi toko lain.
“Ini yang datang potensial pembeli semua, dari Jakarta, Surabaya, Madiun, Semarang. Bahkan, tadi sebelum mal buka ada satu mobil dari Pekalongan, mereka datang khusus karena pameran ini,” katanya.
Sebelumnya, festival nonhalal dibuka lebih dahulu, tetapi imbas munculnya pro dan kontra dari beberapa pihak terpaksa ditutup sementara. Pihak penyelenggara juga memasang kain hitam untuk menghormati agama Islam.
Menurut Hendro Sudarsono, Humas Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) yang beraudiensi dengan Pemkot Solo atau Surakarta, masyarakat terutama umat Islam merasa resah dengan festival kuliner nonhalal karena terlalu vulgar.
"Warga masyarakat resah karena terlalu vulgar. Terlalu vulgar di Instagram dan balihonya. Kita takut teman-teman millennial, keterbatasan agamanya merasakan enak nambah lagi. Repot nanti kita ikut bertanggung jawab,” kata Hendro, pada 3 Juli 2024.
Akibatnya, Hendro menghimbau agar pihak penyelenggara tidak terlalu vulgar. “Ini sifatnya himbauan, kita tidak boleh juga memaksakan kehendak. Mestinya terbatas tidak terlalu vulgar. Kami minta polisi, pemerintah kota dan panitia agar lebih menghormati (umat Islam),” ujarnya.
Pihak DSKS juga meminta Pemkot Solo lebih selektif memberikan izin. Menyikapi hal tersebut, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Surakarta, Indradi mengatakan, dalam hal ini Kesbangpol tidak menerbitkan izin.
“Itu kan izin keramaian, kalau izin keramaian di Polri. Kalau di Kesbangpol tidak ada kewenangan ya,” ujarnya menanggapi soal izin festival kuliner nonhalal di Solo.