Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Panas Dingin Hubungan Megawati dan Prabowo: Pernah Berpasangan di Pilpres, Perjanjian Batu Tulis, Jokowi di Antara Mereka

Rencana pertemuan Megawati dan Prabowo menjadi peristiwa politik yang ditunggu belangan ini, Hubungan keduanya naik-turun selama ini.

4 Oktober 2024 | 17.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto kembali mencuat setelah Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, memberikan sinyal mengenai hal tersebut pada Kamis, 3 Oktober 2024. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI itu mengatakan tak menutup kemungkinan menu nasi goreng akan menjadi kembali dihidangkan saat Ketua Umum Megawati Soekarnoputri bertemu dengan presiden terpilih Prabowo Subianto.

“(Menu makanan) masih dipikirkan, tapi waktu itu, Ibu Mega yang memasak dan Pak Prabowo sangat menyukai. Jadi mungkin juga menu nasi goreng akan ada lagi,” kata Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2024, dikutip dari Antara.

Pertemuan Prabowo-Megawati mengingatkan pada hubungan mereka yang mengalami pasang surut, seiring dengan posisi politik masing-masing. Lantas, bagaimana turun naik hubungan Prabowo-Megawati tersebut?

Pertemanan Megawati dan Prabowo sudah terjalin saat menyelamatkan Menteri Pertahanan itu dari status stateless atau warga tak bernegara. Megawati yang saat itu menjabat Presiden kelima Indonesia, memarahi Menteri Luar Negeri dan Panglima TNI karena membuat Prabowo terlantar. Prabowo sempat mengasingkan diri ke Yordania setelah berhenti dari dinas di TNI pada 1998, usai reformasi.

"Saya marah sebagai Presiden. Siapa yang membuang beliau stateless? Ini saya bukan cari nama. Tanya kepada beliau. Tidak. Saya marah pada Menlu. Saya marah pada Panglima," katanya dalam dalam Presidential Lecture Internalisasi dan Pembumian Pancasila di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2019.

Persahabatan keduanya kemudian terjalin saat bersanding sebagai calon presiden-wakil presiden di Pemilihan Umum 2009. Pilpres ini juga menjadi awal mula retaknya hubungan Megawati dan Prabowo lima tahun kemudian. Kala itu, Mega dan Prabowo menandatangani perjanjian di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat atau dikenal sebagai Perjanjian Batu Tulis.

Perjanjian Batu Tulis merupakan ikrar Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto yang diteken keduanya pada 16 Mei 2009. Prabowo awalnya ingin peran wakil presiden dikuatkan layaknya perdana menteri. Mega menolak usul itu karena dianggap menentang konstitusi. Prabowo kemudian menerima kesepakatan karena diberi janji bakal disokong menjadi presiden pada Pemilu 2014.

Pasangan Megawati-Prabowo ditetapkan di hari terakhir menjelang pendaftaran ke KPU pada 15 Mei 2009. Selama kampanye, keakraban keduanya kerap terlihat. Misalnya, saat masa tenang menjelang pemungutan suara, Prabowo tampak akrab masak bersama Megawati di Jalan Kebagusan, Jakarta Selatan, pada 7 Juli 2009. Kendati demikian, keduanya kalah telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono yang meriah 73.874.562 suara.

Meski gagal masuk Istana Negara, mereka bersatu kembali pada 2012 dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta. Kubu Mega dan Prabowo mengusung pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta. Pasangan ini menang, mengalahkan petahana Fauzi Bowo.

Selanjutnya, hubungan Megawati dan Prabowo renggang di Pilpres 2014. Sebab, Megawati mengkhianati Prabowo dengan mengusung Joko Widodo di pilpres tersebut. Pilihan Megawati itu pun membuat Prabowo mengungkit Perjanjian Batu Tulis 2009. Sebab, Prabowo merasa dikhianati karena partainya Megawati tidak mendukung dia seperti yang tertera pada kesepakatan itu. Adapun Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa, politikus Partai Amanat Nasional (PAN).

Dengan kemenangan Jokowi-Jusuf Kalla, Prabowo dan pendukungnya memilih oposisi selama lima tahun. Sentimen akar rumput para pendukung Prabowo pun terus menggema dan menyerang kubu Jokowi. Jokowi dianggap satu paket dengan Megawati, bahkan Jokowi dianggap pula sebagai “petugas partai” dalam tahun-tahun tersebut.

Perseteruan Prabowo melawan Mega dan Jokowi terlihat dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Kali ini kubu Prabowo jadi pemenang dengan terpilihnya Anies Baswedan, yang berpasangan dengan Sandiaga Salahudin Uno (Sandi), sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Lalu pada Pilpres 2019, Megawati juga masih jadi rival politik Prabowo, dengan menunjuk Jokowi. Lagi-lagi, Prabowo kalah dari Jokowi dalam Pilpres tersebut.

Namun demikian, hubungan Megawati dan Prabowo tampak dekat kembali ketika bertemu di arena pencak silat Asean Games 2018 pada Agustus 2019. Prabowo yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia menyambut Megawati, dengan terlebih dulu berganti mengenakan busana adat.

Putri proklamator ini juga menceritakan kedekatannya dengan Prabowo dalam pidatonya di Hari Ulang Tahun ke-46 PDIP di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Kamis 10 Januari 2019. Mega menyebut hubungannya dengan Prabowo baik-baik saja.

"Saya bilang, saya dan Pak Prabowo berhubungan baik," kata Megawati. Bahkan kata Megawati, orang dekat Prabowo kerap mengatakan kepadanya bahwa Ketua Umum Partai Gerindra itu selalu rindu nasi goreng buatannya. "Orang dekatnya Pak Prabowo bilang, dia kangen lho sama nasi goreng saya," ujar Megawati.

Tak berhenti disitu, perseteruan Megawati dan Prabowo berlanjut di Pilpres 2024. Alih-alih memenuhi janjinya sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Batu Tulis. Megawati kembali mengkhianati Prabowo dengan menunjuk Ganjar Pranowo sebagai Capres pada Jumat, 21 April 2023. Padahal, Megawati bisa saja menyandingkan kadernya, Ganjar Pranowo untuk mendampingi Prabowo dan mendukungnya di Pilpres 2024.

Meski bertentangan di Pilpres 2024, Pertemuan Megawati dan Prabowo pada tahun ini hanya menunggu momentum. Sebab, kata Puan, baik Megawati maupun Prabowo sama-sama ingin bertemu. “Yang terbaru semuanya beliau berdua sama sama berkeinginan untuk bertemu secepatnya menunggu waktu yang tepat, di saat yang tepat,“ ucapnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2024, dikutip dari Antara.

Dia menyebut pertemuan keduanya bisa saja digelar di kediaman Megawati di kawasan Jakarta Pusat maupun di kediaman pribadi Prabowo yang berada di Jakarta Selatan atau Bogor. “Bisa juga (di Teuku Umar, Jakarta Pusat, kediaman Megawati), bisa juga di Kertanegara (Jakarta Selatan), bisa juga di Hambalang (Bogor), tidak ada masalah akan bertemu di mana saja,” katanya.

Sementara itu, Prabowo berharap rencana pertemuan dirinya dengan Megawati dapat terlaksana sebelum pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober 2024. "Mudah-mudahan sebelum pelantikan," kata Prabowo setelah menghadiri pelantikan anggota DPR, DPD, dan MPR periode 2024–2029 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2024, dikutip dari Antara.

Prabowo pun mengamini agar rencana pertemuannya dengan Megawati itu bisa terwujud. "Insyaallah, Insyaallah," ujarnya.

KHUMAR MAHENDRA  | HENDRIK KHOIRUL MUHID | BUDIARTI UTAMI PUTRI | FRISKI RIANA | ANTARA

Pilihan Editor: Pertemuan Megawati-Prabowo Sinyal Gabung Kabinet, Puan: Mungkin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus