Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Pengamat: Anomali Pilpres 2019, Kubu Jokowi dan Prabowo Panik

Pengamat politik menyebut baik kubu Jokowi dan Prabowo sama-sama panik menghadapi hasil Pilpres 2019.

10 Mei 2019 | 07.08 WIB

Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, dalam debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu, 30 Maret 2019. Diedit dari ANTARA
Perbesar
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, dalam debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu, 30 Maret 2019. Diedit dari ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai, ada anomali sikap para politikus dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019. Menurut Rangkuti, saat ini kubu Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin yang dinyatakan menang versi quick count justru seolah merasa kalah dan bertingkah serba panik. Sementara yang dinyatakan kalah yaitu Prabowo Sandiaga - Sandiaga Uno, seolah merasa menang dan juga tak kalah panik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca: PKS Anggap Pasal Makar untuk Tudingan Pemilu Curang Berlebihan

"Dari rasa panik yang sama, akhirnya muncul saling lapor. Makin banyak yang ditersangkakan dengan pasal makar. Pasal makar diobral bukan untuk diselesaikan kasusnya, tapi cukup sebagai kerangkeng aktivitas korbannya," ujar Rangkuti lewat keterangannya pada Kamis malam, 9 Mei 2019.

Sementara yang dinyatakan kalah versi hitung cepat, kata dia, merasa menang dan terus menerus menggunakan jalanan sebagai mekanisme solusi. Padahal, Rangkuti mengatakan banyak infrastruktur demokrasi untuk menyelesaikan berbagai dugaan kecurangan atau pelanggaran dalam pemilu. "Agar politik tak lagi diubah di jalanan, tapi di meja dialog dan peradilan," ujar Rangkuti.

Menurut Rangkuti, tak ada yang berusaha untuk saling menahan diri. Kubu yang dinyatakan menang bahkan membuat benteng dengan aturan dan kewenangan. Sementara yang dinyatakan kalah sibuk menyerang dengan isu curang sembari tak juga mengungkap kebenaran versi mereka dengan transparan.

"Saya kira, suasana ini sebaiknya diakhiri. Harus kembali ditumbuhkan kearifan. Semua kembali ke jalan memperkuat demokrasi. Sama-sama menahan diri hingga perhitungan suara tanggal 22 Mei ditetapkan," ujar Rangkuti.

Bagi pihak yang merasa dicurangi, ujar Rangkuti, maka melangkahlah ke Bawaslu dan tempuh jalur hukum yang berlaku. Sementara yang merasa menang, seharusnya menggunakan kekuasaan untuk mengayomi, bukan untuk menakut-nakuti.

Simak juga: PDIP Anggap Pemilu 2019 Berlangsung Demokratis

"Jangan mudah mengobral pasal makar. Jauh di atas kalah menang yang diperjuangkan, tujuan kita yang utama adalah membangun keadaban bangsa ini," ujar Rangkuti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus