Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di Indonesia, banyak politisi yang memilih untuk menambah atau mengganti nama mereka dengan panggilan yang lebih mudah diingat oleh masyarakat. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat citra diri, tetapi juga untuk mempermudah komunikasi dengan konstituen.
Salah satu contoh terbaru adalah Rano Karno yang menambahkan namanya menjadi Rano Karno Si Doel. Perubahan nama semacam ini lebih dari sekadar panggilan; ia menjadi bagian penting dari strategi politik dan branding pribadi.
Penggunaan nama Si Doel oleh Rano Karno sebagai strategi politik. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review atau IPR Ujang Komarudin, nama Si Doel lebih akrab untuk masyarakat Jakarta dibandingkan dengan nama asli Rano Karno. "Si Doel lebih merakyat dan lebih dikenal luas, sehingga diharapkan mampu meningkatkan elektabilitas," kata Ujang, pada Ahad, 22 September.
Siapa saja tokoh politik yang dikenal dengan nama lain?
Joko Widodo (Jokowi)
Joko Widodo, yang saat ini menjabat sebagai Presiden Indonesia, lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama panggilan "Jokowi." Nama ini diberikan oleh seorang rekan bisnis asal Prancis untuk mempermudah penyebutan. Seiring dengan meningkatnya popularitasnya, "Jokowi" telah menjadi identitas politik yang kuat dan diakui secara luas, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Abdurrahman Wahid, yang merupakan presiden ke-4 Indonesia, lebih dikenal oleh publik dengan sebutan "Gus Dur." Nama ini terdiri dari dua elemen: "Gus," yang merupakan gelar kehormatan dalam tradisi pesantren untuk putra seorang kiai, dan "Dur," yang diambil dari nama Abdurrahman. Panggilan "Gus Dur" menjadi bagian dari keseharian dan identitasnya di mata masyarakat.
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih akrab dipanggil "Ahok," adalah tokoh politik yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Walaupun nama aslinya adalah Basuki Tjahaja Purnama, masyarakat lebih mengenalnya dengan panggilan "Ahok," yang berasal dari keluarganya. Sejak memasuki dunia politik, nama tersebut semakin melekat dan menjadi bagian integral dari identitas publiknya. Ahok dikenal dengan pendekatan yang tegas dan kontroversial, yang membuat namanya menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
Alfiansyah (Komeng)
Komeng, seorang komedian terkenal sekaligus anggota DPD RI Jawa Barat, memiliki nama asli Alfiansyah. Meskipun nama aslinya kurang dikenal, ia lebih populer dengan nama panggung "Komeng." Nama ini telah menjadi identitasnya sejak awal karirnya sebagai pelawak. Memilih nama "Komeng" membantu memberikan kesan yang mudah diingat dan menarik perhatian publik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hakim Pengadilan Negeri (PN) Kelas IA Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengabulkan permohonan komedian Komeng untuk ganti nama. Penggantian nama ini dilakukan Komeng untuk keperluan pencalonan di DPD RI pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilik nama lengkap Alfiansyah Bustami itu menambahkan nama panggungnya "Komeng" pada bagian akhir namanya menjadi "Alfiansyah Bustami Komeng". "Dikabulkan oleh hakim, menambahkan nama Komeng di belakangnya," kata Humas PN Kelas IA Cibinong, Amran S Herman, seperti dikutip dari Antara, Jum'at, 11 Agustus 2023.
Fauzi Bowo (Foke)
Fauzi Bowo, yang dikenal dengan panggilan akrab "Foke," adalah mantan Gubernur DKI Jakarta yang memimpin dari tahun 2007 hingga 2012. Meskipun nama aslinya adalah Fauzi Bowo, masyarakat lebih mengenalnya dengan nama "Foke," yang merupakan singkatan dari namanya.
Nama-nama panggilan yang digunakan oleh tokoh-tokoh ini menunjukkan bagaimana strategi branding dan identitas pribadi dapat berperan penting dalam politik dan masyarakat.
MICHELLE GABRIELA | DELFI ANA HARAHAP | SHARISYA KUSUMA AMANDA | BALQIS PRIMASARI | EIBEN HEIZAR
Pilihan Editor: Alasan KPU Izinkan Rano Karno Pakai Nama Si Doel Saat Kampanye dan di Kertas Suara