INI peringatan dari 14 kota buat para orangtua. Ternyata, separuh dari 1.000 responden yang mengisi angket seks TEMPO dan Departemen Kesehatan mengaku pernah melakukan hubungan badan sebelum menikah. Bahkan sebagian besar dari mereka, baik pria maupun wanita, mengenal seks pada usia yang dini: di bawah 17 tahun (18%), antara 17 dan 20 tahun (38%), antara 21 dan 25 tahun (25%). Perilaku yang tergambar dari pengumpulan pendapat itu tentu bukan gambaran utuh dari masyarakat kita. Tapi, di sisi lain, adanya pergeseran nilai dalam masyarakat kita mengenai hubungan seks juga bukan rahasia lagi. Bahkan kasus AIDS, penyakit yang umumnya diderita kaum homo dan belum ada penangkalnya sampai sekarang, sudah ditemukan pula di sini. Untuk mengetahui risiko AIDS pada perilaku seks anggota masyarakat kita, kami memutuskan untuk melakukan pengumpulan pendapat. Ketika gagasan itu kami kemukakan kepada Kepala Hubungan Masyarakat Departemen Kesehatan, Sumaryati Aryoso, tanggapannya positif, dan menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama. Mengapa kami memilih AIDS dan perilaku seks untuk diangketkan? Dalam strategi global Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melawan AIDS, bila suatu ketika kelak AIDS menjadi epidemi di negara berkembang, penyakit itu akan sulit diatasi. Apalagi sudah terbukti penyebaran AIDS adalah akibat seks bebas (promiscuity). Kami beruntung, hampir semua responden, baik anggota masyarakat biasa mau pun mereka yang tergolong kelompok berisiko AIDS tinggi seperti kaum homoseks dan pelacur, mau mengisi angket kami. Dari 1.025 eksemplar angket yang kami sebar mulai awal Maret lalu angket yang kembali sebanyak 940 lembar (91,7%). Bahkan sebagian dari mereka bersedia menerima kami untuk sebuah wawancara mendalam. Meski responden yang kami pilih adalah anggota masyarakat golongan menengah ke atas, ternyata 64% mengaku tak tahu bagaimana gejala AIDS. Dan hampir separuh responden (44%) mengatakan AIDS belum merupakan masalah penting di Indonesia. Jawaban menarik dari pertanyaan yang kami rancang bersama Suryadi Gunawan, Kepala Penelitian dan Pengembangan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan, justru mengenai perilaku seks. Tak terlihat adanya kecenderungan seks bebas di masyarakat kita seperti banyak digunjingkan orang akhir-akhir ini. Dari separuh responden yang mengaku pernah melakukan hubungan badan sebelum menikah, hanya 8% yang tak percaya bahwa hubungan seks di luar perkawinan merusak keutuhan keluarga. Perubahan penting lain yang kami temukan dari hasil angket ini adalah adanya pergeseran perilaku seks di kalangan sebagian responden wanita. Hubungan seks bebas bagi sebagian mereka hanya untuk mendapat kesejajaran dalam perkara seks (sexual equality) dengan kaum pria. Semua hasil angket TEMPO bersama Departemen Kesehatan itu, yang merupakan cerita inti Laporan Utara minggu ini, dirangkum oleh Jim Supangkat beserta Suhardjo Hs., dan kemudian disunting oleh Redaktur Pelaksana Isma Sawitri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini