Kami keberatan atas isi tulisan "Daftar Dosa Tahun 1993" (TEMPO, 16 April 1994, Lingkungan) yang menyangkut PT Caltex Pacific Indonesia (CPI). Mengenai isu lingkungan, telah kami jelaskan secara terbuka lewat media massa. Itu, antara lain, menyangkut tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan usaha-usaha yang kami lakukan dalam menjaga kelestarian lingkungan di tempat kami beroperasi. Hal yang teramat menggusarkan kami dalam artikel tersebut adalah tudingan dari Skephi bahwa kami telah melakukan "genocide" (pembersihan etnis) terhadap suku Sakai. Tuduhan ini tak beralasan dan menyakitkan, karena bertentangan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kalaupun benar, bahwa hal itu pernah dipublikasikan di koran sebagaimana yang disebutkan dalam tulisan itu, maka publikasi itu jelas tak didasarkan pada data lapangan yang sesungguhnya. Sebagai gambaran, pada saat pembukaan hutan dalam suatu kegiatan operasi, CPI selalu membuka hutan seminimum mungkin. Bila di kemudian hari lokasi yang dibuka itu sudah tak digunakan lagi, CPI akan melakukan reklamasi untuk mengembalikannya pada kondisi semula. Langkah ini diambil, agar hutan, yang merupakan sumber hidup masyarakat terasing, tetap lestari agar mata pencarian mereka tak terganggu. Di samping operasi perminyakan, banyak lagi kegiatan lain yang tumpang-tindih dengan wilayah kerja CPI. Pada saat ini, ada sekitar 59 badan usaha yang melakukan kegiatan di daerah itu. Itu terdiri dari 56 usaha perkebunan dan 3 hutan tanaman industri yang seluruhnya meliputi areal 1.575.357 hektare. Jumlah ini belum termasuk kegiatan HPH yang di seluruh Propinsi Riau berjumlah 69 perusahaan. Sejak awal keberadaan kami di Riau sampai saat ini, kami justru senantiasa berusaha membantu program pemerintah memajukan taraf hidup masyarakat terasing yang ada, terutama suku Sakai. Ini merupakan salah satu bagian dari program pengembangan masyarakat kami. Setiap tahunnya kami menyediakan dana khusus. Proyek itu, antara lain, meliputi penyiapan lahan pertanian dan penyediaan bibitnya, pendidikan atau anak asuh, kesehatan, air bersih, dan sebagainya. Yang baru saja kami selesaikan tahun lalu adalah pelatihan pemuda Sakai lulusan SMA untuk menjadi ahli las (welder) bersertifikat. Itu diadakan di Pusat Latihan CPI. Sudah duabelas orang berhasil lulus dengan sertifikat Pemerintah. Mereka kini telah bekerja di perusahaan kontraktor dalam lingkungan CPI. Bahwa masih banyak yang belum dapat dikerjakan untuk memajukan taraf hidup masyarakat terasing tersebut haruslah diakui. Sebab, usaha itu memerlukan koordinasi terpadu antara pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta sebagai penyandang dana, dan lembaga sosial masyarakat.POEDYO OETOMOSupt. Public Relations Rumbai-Riau
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini