Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun polisi tersebut malah mencari hal-hal lain, seperti menanyakan identitas pengendara lainnya, serta mencari-cari kesalahan. Setiap kali saya menyalakan lampu interior untuk mencari surat yang dia minta, dia menyuruh saya mematikannya. Katanya, kasihan yang lain. Saya sama sekali tidak mengerti maksudnya. Ia juga bilang bahwa diperiksa olehnya jauh lebih aman daripada ”kena yang lain.” Sementara itu, ketika memeriksa saya, ia menutupi label namanya yang menempel di seragamnya dengan jaket.
Anehnya lagi, ia berkali-kali menyebut nama saya, yang telah dibacanya di KTP dan SIM saya, dan mengatakan mengenal saya. Ketika saya tanyakan di mana mengenal saya, ia tak bisa menjawab. Cukup jelas bahwa ia bermaksud meminta uang pelicin dan ingin mengintimidasi dengan mengatakan tahu tempat saya tinggal. Karena saya merasa ulah polisi ini sudah keterlaluan, saya tanya apakah ada kesalahan pada diri saya. Setelah ia jawab tidak, perlahan-lahan saya menjalankan kendaraan sambil menyudahi pembicaraan.
Polisi yang pasti akan dianggap ”oknum” ini tak berbuat apa-apa untuk menghentikan saya lebih lanjut. Saya mohon pejabat kepolisian segera menindak ”oknum”-nya yang tidak tahu malu dan ulahnya berlebihan. Sebab, ulah mereka itu jelas menjatuhkan citra polisi yang sudah terpuruk itu.
AMIR SIDHARTA
Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo