Saya merasa TEMPO tidak adil dalam menampilkan berita tentang Afghanistan. Berita-berita itu lebih banyak dikutip tidak langsung dari yang berkepentingan. Seperti yang dilakukan oleh wartawan TEMPO Yuli Ismartono. Ia hanya mewawancarai Massoed dan Mojadidi. Wawancaranya tidak dilanjutkan kepada Hekmatyar, Rasul Syayaf, Rabbani, dan Yunus Khalis, tokoh yang berpengaruh sekali dalam tubuh persatuan mujahidin dan berhubungan langsung dengan pembentukan negara Islam Afghanistan. Mereka ini banyak terkena fitnah oleh pers Barat, dalam upayanya mengacaukan opini umum masyarakat Islam di dunia. Membuat sebuah citra: Islam itu brutal, teroris, tidak suka perdamaian, dan bergolong-golongan sesuai dengan kelompok etnisnya. Sebaiknya TEMPO tidak menyadur begitu saja berita-berita tentang pertempuran di Afghanistan dari media Barat. Sebab, di antara berita yang digelar, di sana-sini diselipkan unsur yang menjatuhkan kaum mujahidin, tepatnya agama Islam. Inilah propaganda Barat, dalam hal ini Amerika dkk, yang tidak menginginkan berdirinya sebuah negara Islam radikal di Afghanistan. Suatu bukti, lihatlah ulasan TEMPO, 16 Mei 1992. Di situ TEMPO menyoroti kebobrokan tentara milisi Uzbeknya, Dostum, yang diperoleh dari koran Asharq Al Awsat dan Al Hayat Mesir. Di sisi lain, Dostum yang disanjung-sanjung oleh pers Barat didengar pendapatnya karena Dostum adalah salah seorang yang menjanjikan dapat membentuk Afghanistan sesuai dengan keinginan mereka. Wallahu alam. FAUZIAH HANIM Cempaka Puri Kartika Blok AC/11 Ciledug Jawa Barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini