Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Wartawan tempo biro medan

Wartawan tempo biro medan meliput peristiwa sumatera utara dan aceh. sehubungan dengan ditemukannya 8 mayat yang diduga bekas anggota gpk aceh. dijadikan laput, ditulis ahmed ks, amran n, dan susanto p.

17 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DELAPAN mayat yang ditemukan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, telah menggugah rasa ingin tahu Sarluhut Napitupulu, wartawan TEMPO di Biro Medan. Dialah yang mengusulkan agar peristiwa tersebut segera diteruskan ke Jakarta, hampir sebulan lalu. "Ini bukan peristiwa kriminal biasa," katanya kepada rekan-rekan sekantornya sebelum mengusulkannya kepada kami di Jakarta. "Buktinya, kedua ibu jari semua mayat itu, ketika ditemukan, terikat." Kepada pers, pihak polisi menyatakan korban-korban itu adalah mayat tak dikenal. Pernyataan ini malah membuat Sarluhut, dan semua wartawan TEMPO di Biro Medan, makin penasaran. Dan Monaris Simangunsong pun, kepala biro, segera menebar anak buahnya ke berbagai pelosok. Hasil pengecekan ke berbagai sumber ternyata mengejutkan. Perkiraan reporter TEMPO mungkin tak seluruhnya benar. Namun, semua mayat itu diduga bekas anggota yang oleh pihak resmi biasa disebut Gerombolan Pengacau Keamanan (GPK) Aceh, yang tengah dihalau oleh ABRI. Kenyataan ini mendorong wartawan TEMPO di Biro Medan -- pusat liputan yang memantau peristiwa terutama di Sumatera Utara dan Aceh -- untuk bergerak lebih jauh. Affan Bey Hutasuhut ditugasi keliling Kabupaten Aceh Timur. Mukhlizardy Mukhtar ke Banda Aceh, mewawancarai para pemuka di sana. Sarluhut menelusuri Aceh Utara dan Kabupaten Pidie. Ketiga kabupaten itu memang dikenal sebagai sarang GPK. Semua reporter diminta bekerja ekstra hati-hati, kali ini. Maklum, yang diliput bukan persoalan enteng. Dan ketika sebagian besar bahan sudah di tangan, kami pun akhirnya setuju untuk menurunkan berita itu sebagai laporan utama. Namun, itu batal, dan laporan utama kami ganti waktu itu dengan berita yang tiba-tiba meledak: kasus Monitor. Ini tidak mengurangi semangat awak TEMPO Medan untuk tetap memburu peristiwa terbaru dari mayat-mayat misterius itu. Mukhlizardy Mukhtar dan Irwan E. Siregar masuk lagi ke Aceh. Sementara itu, Makmun Al Mujahid, reporter TEMPO Medan, menelepon beberapa tokoh Aceh yang bakal dihubungi kedua wartawan tersebut. Reporter ini, yang pada 1977-1982 menjadi Ketua DPRD Aceh Timur, banyak mengenal tokoh di Aceh. Kisah ini akhirnya menjadi laporan utama. Kehangatan berita itu ternyata terus berlangsung -- salah satu persyaratan kami untuk menentukan berita menjadi sebuah laporan utama. Lebih-lebih karena tim LBH Jakarta, yang terbang ke Aceh dan membawa segepok informasi, baru saja kembali. Sementara itu, wartawan TEMPO Biro Yogyakarta, Syahril Chili dan R. Fadjri, beruntung berhasil mewawancarai Pangdam I Bukit Barisan H.R. Pramono, yang waktu itu kebetulan sedang berada di sana. Setelah diadakan pengecekan kepada pihak keamanan termasuk wawancara dengan Pangdam I tadi serta Puspen ABRI -- bahan-bahan yang masuk kemudian ditulis oleh Ahmed Kurnia Soeriawidjaja, Amran Nasution, dan Susanto Pudjomartono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus