Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Haji mabrur menjadi cita-cita setiap jemaah haji yang melaksanakan ibadah di Tanah Suci. Istilah mabrur sendiri berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti diterima atau diterima dengan baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan demikian, haji mabrur bermakna ritual ibadah haji yang diterima oleh Allah, baik secara kegiatan fisik maupun pendalaman batiniah dari jemaah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rasulullah pernah menyampaikan bahwa haji mabrur sebagai golongan orang yang akan mendapatkan balasan surga dari Allah.
Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada balasan (yang layak diberikan) kepada haji mabrur kecuali surga.” (HR Bukhari) Lantas, bagaimana ciri-ciri haji mabrur?
Tanda-Tanda Haji Mabrur
Juru bicara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pusat Kementerian Agama (Kemenag) Akhmad Fauzin mengatakan terdapat tiga tanda kemabruran seseorang yang sudah menunaikan ibadah haji. Pertama, yaitu senantiasa melakukan amal kebaikan.
Berdasar pada Al Quran surah Al Baqarah ayat 177 bahwa ada enam jenis amal kebaikan. Setiap umat Islam yang menyempurnakan enam amalan itu, maka menurut dia, juga telah menyempurnakan kebaikan, yaitu (1) iman kepada Allah, hari akhir, malaikat, Al Quran, dan nabi utusan Allah; (2) menginfakkan harta kepada kerabat, orang miskin, anak yatim, ibnu sabil, dan peminta-minta; (3) melaksanakan salat; (4) mengeluarkan zakat; (5) menepati janji; serta (6) sabar terhadap ujian kemiskinan dan kesulitan.
“Kedua, berkontribusi dan mempunyai kepedulian sosial. Kemabruran haji terwujud dalam kepeduliannya dan mudah membantu sesama, menebar salam, menjadi jalan terwujudnya kedamaian, serta berucap yang baik,” kata Fauzin dalam keterangan pers di Media Center Haji (MCH) Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat, 14 Juli 2023.
Ketiga, lanjut dia, menjadi teladan bagi masyarakat. Menurut dia, tanda haji mabrur seorang Muslim terwujud dengan mempunyai komitmen untuk menjaga keharmonisan di tengah masyarakat, mengaktualisasikan kepatuhan, seperti menjaga larangan ihram.
“Dan menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, baik di keluarga maupun masyarakat, serta mempertahankan integritas moral yang sudah diperoleh selama ibadah haji dan diamalkan sepanjang hayat,” ucap Fauzin.
Tips Menjaga Kemabruran Haji
Untuk menjaga kemabruran haji, terdapat tiga prinsip yang harus dianut. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Ahmad Munir.
“(Pertama) apa yang dilakukan di sana (Tanah Suci) dilanjutkan. Di Madinah, sebelum masuk waktu salat sudah berangkat ke Masjid Nabawi, di sini (Indonesia) juga begitu, lima waktu (kalau) bisa berjemaah,” ujar Ahmad dalam acara silaturahmi dan tasyakuran pelaksanaan ibadah haji di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji-Umrah (KBIHU) Ar Raudhah Singgahan, Tuban, Jawa Timur, Minggu, 30 Juli 2023.
Dia menjelaskan, gambaran sa’i atau berlari kecil dari bukit Shafa ke Marwa, kalau di Indonesia bisa diimplementasikan dengan semangat bekerja, baik saat berangkat ke tempat kerja maupun pulang ke rumah. Dia menyebut gambaran di Muzdalifah adalah saat umat manusia berada di Padang Mahsyar.
“Prinsip untuk menjaga kemabruran haji yang kedua adalah ubudiyahnya (mengabdikan dirinya) meningkat, mengamalkan apa yang telah dilakukan di sana (Tanah Suci),” kata Ahmad.
Kemudian, lanjut dia, rasa sosial ditingkatkan dengan banyak membantu sesama manusia. Selain itu, menurut dia, haji yang mabrur juga ditandai dengan mau berbagi dengan orang lain serta memiliki ciri-ciri wajah berseri dan banyak menebar senyum.
“Harus dilestarikan dan dijaga, mempertahankan (amalan) itu lebih sulit,” ucap Ahmad.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: 5 Aplikasi yang Bisa Digunakan saat Menunaikan Ibadah Haji