Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hajar Aswad bukanlah batu biasa. Batu ini sebenarnya adalah batu dari surga yang diberikan malaikat Jibril kepada Ibrahim saat membangun Ka'bah. Letaknya di pojok bagian timur Ka'bah. Posisi batu ini pulalah yang menjadi titik tolak permulaan tawaf.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konon, saat batu tersebut dibawa dari surga, warnanya putih bersih. Tapi berubah warna jadi hitam, mengisyaratkan karena dibawa ke dunia, warna hitam adalah paparan dosa-dosa umat manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menyentuh, mengusap maupun mencium Hajar Aswad adalah salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW. Batu ini pula diyakini sebagai simbol tangan dari Allah di muka bumi, seakan berbaiat dengan Allah. Hal ini dijelaskan dalam hadis riwayat Ibnu Majah, berbunyi:
Artinya: “Barangsiapa bersalaman dengannya [Hajar Aswad], seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah yang maha pengasih,” (H.R. Ibnu Mâjah).
Dalam hadis lain juga disebutkan sunah mencium hajar aswad, seperti riwayat Umar bin Khattab, ia berkata: “Sungguh, aku tahu, kamu [Hajar Aswad] hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah SAW menciummu, aku pun enggan menciummu,” (HR Bukhari).
Ada doa yang mesti dibaca seorang muslim saat melihat, atau kalau mampu mengusap dan mencium Hajar Aswad. Berikut bacaannya: "Bismillâhi wa-Llâhu akbar allâhumma îmânan bika wa tashdîqan bikitâbika wa wafâ’an bi ‘ahdika wat tibâ‘an li sunnati nabiyyika muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, seraya iman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, menepati janji kepada-Mu, serta mengikuti sunnah Nabi-Mu, Muhammad SAW."
RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION