Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kalender hijriah mulanya ditetapkan karena kebutuhan mengurutkan tahun. Dalam sebuah riwayat sekitar 638 Masehi ada seseorang yang menceritakan peristiwa utang piutang kepada Umar bin Khattab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jatuh tempo utangnya di bulan hijriah, Syaban. Utangnya belum dibayar padahal sudah jatuh tempo, maka pihak pemberi utang melaporkannya kepada Sayyidina Umar bin Khattab. Lantas Umar menanyakan, Syaban pada tahun kapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akhirnya dilakukanlah penetapan tahun hijriah. Umar lalu memerintahkan untuk digelar musyawarah yang melibatkan para ahli dan sahabat. Penetapan awal tahun hijriyah adalah tahun saat Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah atas keputusan Sayyidina Umar. Namun, kalender hijriah baru resmi dipakai umat muslim setelah Rasulullah wafat.
Sistem penetapannya pakai kalender qomariyah, menghitung rotasi bulan. Berbeda dengan penetapan tanggal masehi yang mengikuti rotasi matahari. Nama bulan yang dipakai adalah nama-nama bulan di kalangan Quraisy pada masa kenabian. Ada Muharram, Shafar, Rabi’ul Awwal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadan, Syawal, Dzulqa’idah, dan Dzulhijjah.
Pada kalender hijriah bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam setahun. Penetapannya sudah dikenal oleh bangsa Arab. Karena mereka menentukan waktu dengan bulan. Hari pertama dimulai dengan masuknya waktu malam.
RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION