Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Surabaya dengan peneliti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya melakukan pemetaan tekait dua sesar yang berada di Kota Pahlawan itu. Tujuannya untuk memilimalisir kerusakan dan korban akibat gempa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Iya ada dua sesar, yaitu sesar Waru dan sesar Surabaya. Tapi gempa itu sebenarnya tidak membunuh, yang membunuh itu bangunan yang roboh. Jadi untuk meminimalisir hal itu maka harus ada perbaikan tanah dan struktur bangunan," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya Ery Cahyadi kepada Tempo melalui pesan singkat, Selasa, 16 Oktober 2018.
Pemerintah Kota Suarabaya dan peneliti ITS melalukan tes yang disebut sondir boring tanah. Jadi, kata Ery, hasilnya adalah akan mengetahui bagaimana kondisi tanah, sehingga bisa dilakukan perbaikkan.
"Pertama, melakukan sondir boring, tanah diambil dan dimasukkan lab untuk mengetahui penurunan dan tekanan tanah. Setelah ada hasilnya baru diketahui perbaikan tanah seperti apa yang akan dilakukan," kata Ery.
Menurut penelitian baru dari Pusat Studi Gempa Nasional kementerian PUPR tahun 2017 bahwa diketahui banyak patahan atau sesar yang berpotensi gempa di kawasan daratan Indonesia. Dan Surabaya dilewati 2 sesar yang berpotensi gempa bermagnitudo 6,5.
Ketua Kajian Bencana LPPM ITS Amien Widodo menjelaskan, tim ITS masih melakukan pengumpulan data terkait akibat dari dua sesar itu. Amien menceritakan bahwa ada tulisan sejarah yang rehab Gereja Santa Perawan di jalan Kepanjen Krembangan akibat gempa yang pernah terjadi tahun 1867.
"Itu menjadi acuan terkait potensi gempa yang akibat adanya dua sesar itu, dan sekarang belum diteliti baru pengumpulan data saja, nanti kita plotkan di peta dalam bentuk peta jenis tanah," kata Amien, akhir pekan lalu. Amien menegaskan bahwa gempa tidak membunuh, tapi bangunan bisa. Ungkapan lama itu, Amien melanjutkan adalah sebuah ungkapan lama dan menjadi bagian yang tidak boleh dilupakan para perencana.
"Apalagi di negara kita yang sudah mengalami gempa berulang-ulang yang diikuti kerusakan bangunan baik infrastruktur, gedung maupun bangunan rumah tinggal. Korban manusia tak terhindarkan karena keruntuhan bangunan," kata dia.
Baca juga: Gempa Lombok, PVMBG Temukan Sesar Baru
Simak artikel menarik lainnya seputar sesar Surabaya hanya di kanal Tekno Tempo.co.