Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

"darah" baru buat helmholtz

Dr. benyamin soenarko, 41, pengajar itb, memecahkan persamaan helmholtz dengan metode numerik dan untuk memecahkan proses perhitungannya, ia memperkenalkan program paket komputer. (ilt)

2 Februari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERSAMAAN Helmholtz (1821-1894) seperti menerima "darah" baru dari Benyamin Soenarko, 41, doktor akustik Indonesia lulusan Universitas Kentucky, 198. Benyamin memecahkan persamaan (PH) itu dengan metode numerik, yang diceramahkannya di Pusat Ilmu Komputer dan Sistem Informasi (PIKSI) ITB, dua pekan lalu. Ia sekaligus memperkenalkan program paket komputer, untuk memecahkan seluruh proses penghitungan. PH merupakan landasan teori radiasi suara, yang banyak dipakai ahli akustik untuk meramalkan tekanan suara pada suatu titik, yang dihasilkan sumber suara dalam suatu ruang. Ramalan ini, misalnya, membantu para rekayasawan mendesain mesin, atau merancang ruangan. PH juga bisa memberi informasi tentang pola hamburan suara, untuk meramalkan kandungan fluida di dalam tanah. Selama ini, "Para ahli akustik hanya bisa memecahkan PH untuk persoalan akustik terbatas," kata Benyamin. Maksudnya, hanya untuk menentukan tekanan suara yang bersumber pada benda berbentuk reguler, seperti silinder atau bola. Yang digunakan ialah metode analitik, misalnya pemisahan variabel, atau pendekatan dengan cara mengambil sejumlah suku dari deret berhingga. Itu pun hanya untuk persoalan dwimatra. Benyamin, anggota Lembaga Akustik Amerika Serikat (ASA) itu, menawarkan pemecahan yang lebih luas dan umum. Metodenya menentukan tekanan suara di titik sebarang dalam ruang trimatra, yang dihasilkan oleh radiasi dari sumber suara berbentuk geometrik sebarang pula. Pada tingkat ini, pemecahan PH memang tidak bisa dilakukan secara analitik. Persamaan integral dari Helmholtz oleh Benyamin direduksi menjadi persamaan aljabar dengan metode numerik. Teknik numerik ini merupakan pengembangan Boundary Integral Equation(BIE), suatu prosedur pemecahan dengan matematika tinggi. "Di Indonesia pemanfaatan BIE dalam aplikasi rekayasa masih langka," ujar Dr. Arifin Wardiman, pimpinan PIKSI ITB, mengomentari upaya Benyamin. Kelebihan metode ini adalah dalam melibatkan kesebarangan. Juga dalam menyederhanakan persoalan bertrimatra menjadi berdwimatra. Ketika menceramahkan metodenya ini di beberapa kota di AS, konon, Benyamin, anggota Lembaga Aeronautika dan Astronautika AS (AIAA) itu, banyak menarik perhatian. Tetapi, persamaan aljabar ternyata masih rumit. Karena itu, Benyamin sekaligus merancang program paket komputer, yang dinamakannya HE3D -Helmholtz Equation for 3-Dimensions. Program ini sudah dipatenkannya di AS, dalam bahasa FORTRAN. Menurut Arifin Wardiman, "Program komputer ini sangat membantu ahli fisika bangunan." Arif pernah menguji program itu untuk menghitung tekanan suara dari radiasi yang bersumber pada benda berbentuk bola. "Dengan diskritasi 24 elemen, persamaan itu dipecahkan oleh IBM 270 dalam 48 detik," katanya. Benyamin, bujangan kelahiran Salatiga, Jawa Tengah, itu kml mengaJarkan mata kuliah Fisika Bangunan di Jurusan Fisika Teknik ITB. "Saya memang ingin memanfaatkan PH untuk persoalan akustik seluas dan seumum mungkin," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus