Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

5 Pesawat Tempur Lawas Terbaik: dari Zero sampai Phantom

Ini desain pesawat tempur lawas terbaik: A6M Zero, F4U Corsair, F9F Panther, The Harrier, dan F-4 Phantom

30 September 2019 | 07.46 WIB

Mitsubishi A6M Zero. Kredit: Wikipedia
Perbesar
Mitsubishi A6M Zero. Kredit: Wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat tempur didesain memiliki kecepatan tinggi dan bisa mengangkut banyak senjata berat. Pesawat tempur berbasis laut biasanya memiliki sayap lipat agar lebih mudah parkir di atas kapal induk, dan peralatan pendaratan kokoh.

Sejak Perang Dunia II, pesawat tempur berbasis kapal induk tidak hanya disiapkan menghadapi musuh di darat tapi juga harus tangguh dalam duel udara, demikian dikutip dari National Interest, beberapa waktu lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berikut pesawat tempur terbaik saat Perang Dunia II:

1. Mitsubishi A6M Zero

A6M Zero adalah pesawat tempur elegan yang dirancang untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang oleh insinyur Jiro Horikoshi. Beratnya kurang dari 1.800 kilogram.

Dengan mesin radial 840-horespower Zero memungkinkan untuk melintasi 2.500 km pada bahan bakar internal, mengalahkan dan melampaui pesawat tempur kontemporer dengan kecepatan tertinggi 556 km per jam.

Ketika Jepang melepaskan serangan mendadaknya ke Pearl Harbor dan wilayah-wilayah di seluruh Asia dan Pasifik Barat, Zero diterbangkan oleh pilot veteran Jepang, bisa mengungguli pesawat Sekutu seperti Hawker Hurricane dan F4F Wildcat dalam kecepatan dan kemampuan manuver.

Pilot Sekutu menghabiskan tahun pertama Perang Pasifik dengan mengembangkan taktik untuk mengatasi kemampuan Zero. 

Kinerja Zero yang luar biasa dicapai dengan memangkas hampir semua perlindungan lapis baja. Namun kompromi desain ini menyebabkan mereka kalah persaingan ketika Sekutu bisa mengembangkan pesawat dengan kecepatan lebih tinggi dan bisa membawa lebih banyak amunisi.

2. Vought F4U Corsair

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Vought F4U Corsair (pilotspost.com)
Pada 1943, Grumman F6F Hellcat mengakhiri dominasi Zero, menembak jatuh ratusan pesawat Jepang dalam pertempuran udara seperti Great Marianas Turkey Shoot. Namun, Hellcat sendiri digantikan F4U Corsair yang memiliki spesifikasi lebih tinggi.

Corsair terkenal karena desain sayap camarnya yang unik, tapi kesulitan mendarat menyebabkan Angkatan Laut menunda penggunaannya. Penyempurnaan Corsair sangat sukses sehingga AS dan Royal Navies mengadopsinya.

Mesin Double Wasp yang kuat dari Corsair membuatnya cepat dan mematikan, mencetak rasio pembunuhan 11: 1 dibandingkan pilot pesawat tempur Jepang, yang menjulukinya "Whistling Death". Ini memainkan peran penting mencegat serangan Kamikaze dan memberi dukungan darat untuk Marinir di Iwo Jima dan Okinawa.

Pada 1950-an, Corsair kembali beraksi dalam perang di  Korea dan Vietnam yang diduduki Prancis, terutama digunakan dalam  serangan darat. Corsair yang dilengkapi radar menembak jatuh pesawat Korea Utara.

Pilot Corsair, Guy Bordelon, menembak jatuh jet MiG-15 milik Korea Utara. Corsair berakhir pada Juli 1969, ketika El Salvador menyerbu Honduras. Keduanya mengoperasikan Corsair, dan seorang pilot F4U Honduras menembak jatuh dua pesawat ElSalvador jenis Corsair dan P-51.

Berikutnya: Grumman F9F Panther Jawara Perang Korea


3. Grumman F9F Panther

Grumman F9F Panther. (Foto Home of M.A.T.S.)

Panther adalah jet pertama yang berhasil diintegrasikan ke dalam sayap udara kapal induk Angkatan Laut AS untuk layanan jangka panjang. Jet berwarna biru tua gelap ini, mengemas empat meriam 20 milimeter saat melayangkan ratusan serangan selama Perang Korea. Peran berbahaya ini diabadikan dalam film The Bridges at Toko-Ri.

Duel bersejarah terjadi pada 9 November 1950 ketika Panther berhadapan dengan MiG-15. Meskipun keduanya ditenagai turbojet yang sama, yakni Rolls Royce Nene, kecepatan F9F bisa mencapai 997 km per jam, dibandingkan dengan 1078 km per jam dari MiG-15.

Namun, tidak mencegah seorang pilot F9F yang sendirian menenggelamkan empat MiG-15 Soviet dalam pertempuran udara di Laut Jepang pada 1952. F9F berevolusi dari waktu ke waktu, berkembang menjadi lebih tinggi, melakukan model swept-wing yang disebut "Cougar."

4. The Harrier

AV-8B Harrier,  en.wikipedia.org

Ada banyak varian Harrier yang dibuat oleh berbagai pabrikan, tapi daya tarik dasarnya selalu sama. Harrier memiliki turbofans dorong vektor yang memungkinkan lepas landas dan mendarat secara vertikal seperti helikopter dari dek kapal induk amfibi kecil.

Meskipun memiliki kemampuan udara-ke-udara, Harrier adalah jet subsonik yang berada pada posisi tidak menguntungkan saat melakukan duel jet tempur supersonik kontemporer. Terlebih lagi, tingkat kesulitan mesin VTOL-nya menyebabkan Harrier menderita tingkat kecelakaan yang sangat tinggi.

Namun Harrier mencatat prestasi lumayan dalam Perang Pulau Falkland. Selain 28 BAe Sea Harriers yang berbasis kapal induk, Inggris cepat mengkonversi kapal kontainer untuk mengangkut 14  Royal Air Force Hawker Harrier yang berbasis di darat.

Harrier berhasil menembak jatuh kira-kira 20 pesawat Argentina menggunakan rudal Sidewinder AIM-L. Pilot Argentina berhasil menenggelamkan beberapa kapal Inggris, tapi berkat Harrier kerusakan lebih besar bisa dicegah.

McDonnell Douglas memproduksi AV-8 Harrier, yang tampil baik dalam pertempuran di Afghanistan dan Irak dan saat ini masih digunakan Marinir AS dan angkatan laut Spanyol dan Italia. Mereka digantikan jet  F-35B, terlepas dari biaya yang signifikan, menjanjikan peningkatan berkat kemampuan penerbangan supersonik, karakteristik stealth, dan avionik canggih.

5. McDonnell-Douglas F-4 Phantom

McDonnell-Douglas F-4 Phantom (USAF)

F-4 Phantom adalah pesawat perang bertenaga dua turbojet J79 besar yang dapat mendorongnya melewati dua kali kecepatan suara. Contoh langka dari desain yang berhasil digunakan oleh ketiga cabang militer AS, Phantom dua kursi dapat mendeteksi musuh dan melibatkan rudal jarak jauh, radar yang dipasang, dan membawa muatan bom lebih berat.

Phantom sering mendapat komentar buruk terkait kemampuan manuvernya yang lebih rendah dan ketidakefektifan rudal udara-ke-udara. Angkatan Laut menanggapi masalah ini dengan melembagakan sekolah "Top Gun" yang mendidik para penerbang dalam teori manuver pertempuran udara.

Pilot Angkatan Laut Phantom mengklaim 40 MiG ditembak jatuh dalam pertempuran udara-ke-udara. Kemudian model F-4J dan F-4S dioperasikan Angkatan Laut memasukkan bilah sayap yang meningkatkan kemampuan manuver dan kinerja pendaratan, meskipun dengan sedikit mengorbankan kecepatan.

Terlepas dari kekurangannya, Phantom membuktikan dapat menggabungkan kecepatan, muatan berat, sensor canggih, dan kelincahan yang layak dalam satu pesawat besar. Sebuah prinsip yang menginformasikan jet generasi keempat modern seperti FA-18E/ F Super Hornet.

NATIONAL INTEREST 


Yudono Yanuar

Yudono Yanuar

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus