Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BADAN Kesehatan Dunia (WHO) pada awal Juli lalu merilis berita bahwa Covid-19 bisa menular melalui udara. Perkembangan baru itulah yang mendorong peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, bersama PT Nanobubble Karya Indonesia, membuat alat yang diberi nama Airborne-nano Trapping Technology for Anti-Covid Treatment (ATTACT). “Prinsipnya ini seperti alat pencuci udara yang mengandung bakteri dan virus Covid-19,” kata Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Nurul Taufiq Rochman, Kamis, 10 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Nurul, ide untuk membuat alat ini bermula saat LIPI membantu pemerintah daerah membantu pembuatan Griya Sehat Mandiri di Pademangan, Jakarta Utara. Tempat itu didesain untuk menampung pasien Covid-19 yang tanpa gejala agar tidak semua bergabung di Wisma Atlet, Jakarta. Dengan adanya peluang virus menyebar lewat udara, Dewan Riset Daerah DKI Jakarta meminta LIPI mengembangkan alat yang bisa mengurangi penyebaran virus ini. “Alat ini ditemukan dalam kurun satu setengah bulan karena idenya simpel,” ujar Nurul. LIPI memperoleh paten alat ini pada pertengahan Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cara kerja alat ini, kata Nurul, cukup sederhana. Ringkasnya, udara yang ada di sebuah ruangan disedot masuk ke bilik. Di dalam bilik itu, udara tersebut akan disemprot dengan air sabun. Setelah itu, udara akan melalui saringan yang terbuat dari baja antikarat, melewati dinding bilik yang dilapisi titania dan sinar ultraviolet yang bisa membuat bakteri atau virus mati. Kemudian udara akan dikeluarkan dan sudah dalam bentuk udara bersih bebas bakteri—dan harapannya bebas virus SARS-Cov-2, pemicu Covid-19.
Meski niat awalnya akan digunakan untuk membersihkan udara dari Covid-19, kini ATTACT masih dipasarkan dengan label sebagai mesin pembunuh bakteri. Sebab, berdasarkan pengujian, metode ini sudah terbukti bisa membunuh bakteri. Sedangkan pengujian keampuhannya dalam membunuh virus SARS-Cov-2 masih dalam proses. “Pengujian soal keampuhannya membunuh virus Covid-19 masih dalam antrean pengujian di LIPI,” ucap Nurul. Karena itu, ATTACT dipasarkan sebagai alat pembunuh bakteri sampai hasil pengujian terhadap virus selesai.
Ada sejumlah kelebihan dari ATTACT dibanding alat pemurni udara serupa lain yang menggunakan metode penyaringan. Karena udara dicuci dengan disinfektan air sabun, artinya tidak ada kebutuhan untuk secara rutin mengganti filter. Namun yang harus rutin diisi atau diganti adalah air sabun, yang berfungsi sebagai disinfektan. Sedangkan kalau memakai filter, perawatannya lebih mahal karena biasanya suku cadangnya diimpor.
Semua perlengkapan pembuatan ATTACT tersedia di Indonesia, dari kerangka hingga onderdilnya. “Sekitar 90 persen bahan bakunya ada di Indonesia. Hanya beberapa komponen, seperti pompa, yang didatangkan dari luar. Tapi suku cadangnya ada di pasar,” kata Nurul. Alat ini dibuat oleh PT Nanobubble Karya Indonesia, perusahaan rintisan yang memenangi penghargaan wirausaha mandiri pada 2019.
Saat ini ATTACT sudah masuk varian kedua, yakni telah memiliki fitur sensor yang akan memberi indikator jika air di dalam alat sudah habis. Menurut Nurul, yang sedang dikembangkan adalah varian ketiga, dengan menambahkan fitur putaran angin lebih kencang secara otomatis untuk menyesuaikan dengan jumlah orang yang ada di ruangan. ATTACT yang diproduksi saat ini masih dalam ukuran besar. Saat ini juga sedang dikembangkan agar bentuknya dibuat lebih kecil untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga harganya bisa lebih murah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo