Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Aplikasi Pintar Para Petani

Tim Institut Teknologi Bandung mengembangkan aplikasi prediksi cuaca dan kalender tanam untuk membantu petani bercocok tanam. Dilengkapi fitur manajemen air, potensi sebaran hama, dan bencana tanah longsor.

4 Januari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DOSEN Institut Teknologi Bandung, Armi Susandi, dan timnya mengembangkan Sistem Informasi Cerdas Agribisnis (SICA) untuk membantu ketahanan pangan Indonesia. Aplikasi ini menyajikan informasi berdasarkan prediksi cuaca dengan resolusi dan ketepatan tinggi. “Akurasi prediksi cuacanya 85 persen,” kata Armi, yang juga ahli sains atmosfer dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, pada Ahad, 22 Desember lalu.

Menurut Armi, SICA dapat membantu para petani memprediksi waktu yang tepat untuk menyiapkan semua aktivitas pertanian, dari menanam, memupuk, hingga panen. Nilai hasil bumi petani pengguna SICA juga bisa meningkat. “Dampak mengubah kebiasaan pola tanam petani dalam memandang persoalan perubahan pola curah hujan,” ujarnya.

Pembuatan SICA dirintis sejak 2008 dari model prediksi curah hujan jangka panjang. Tim ITB kemudian membuat Smart Climate Model untuk memprediksi cuaca bulanan hingga lima tahun. Berdasarkan permintaan petani, mereka mengembangkan prediksi yang lebih teliti menjadi per sepuluh hari atau dasarian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SICA dirancang untuk telepon seluler pintar berbasis sistem operasi Android yang banyak dipakai petani. Aplikasi ini memuat layanan informasi dalam menu Prediksi Cuaca, Prediksi Iklim, Prediksi Indeks Kerentanan, dan Kalender Tanam. Juga ada Info Pasar yang menampilkan sebaran toko tani dan toko beras lengkap dengan nama pemilik toko dan alamatnya. Sistem informasinya dirancang lebih mengandalkan tampilan grafis daripada teks. Hasilnya ringkas tapi jelas.

Agar akurasi terjaga, model prediksi cuaca perlu dijalankan ulang dengan data terbaru setelah dua setengah tahun pemakaian. Menurut Armi, SICA kini dikembangkan dengan beberapa fitur tambahan, seperti manajemen air untuk daerah irigasi dan perkebunan serta potensi sebaran hama. “Juga potensi bencana longsor,” ucapnya.

Implementasi SICA pada komoditas padi telah dijalankan di wilayah Indramayu, Jawa Barat. Di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, SICA dipakai untuk komoditas jagung lokal, jagung hibrida atau komposit, dan kacang tanah. Prediksi cuaca SICA, menurut Armi, menolong petani di Indramayu dengan mempercepat masa tanam saat terjadi El Nino pada 2015 yang mengakibatkan kekeringan.

Agar aplikasi lebih ringan digunakan, SICA disiapkan khusus untuk kota atau kabupaten, misalnya Ende, Nagekeo, Gorontalo, dan Indramayu. Daerah yang sudah bekerja sama dengan tim ITB kini bertambah hingga ke Kabupaten Sorong dan Merauke. Armi menjelaskan, aplikasi bisa dibuat sesuai dengan permintaan dan bersifat tertutup.

Armi mengatakan SICA diberikan gratis bagi para penyuluh dan petani. Meski demikian, pengembangan aplikasi itu didukung pendanaan dari pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan dana pribadi Armi. Armi berharap penggunaan SICA bisa meluas dan pemerintah daerah dapat menyokong dana operasional serta pemeliharaannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus