Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Terpepet Cacar Monyet

Penyakit cacar monyet atau monkeypox menyebar cepat. Pemerintah diminta bergegas memperketat dan mengawasi lalu lintas manusia ataupun perdagangan hewan. 

27 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Penyakit cacar monyet telah menyebar ke 98 negara.

  • Pemerintah diminta memperketat pengawasan lalu lintas manusia dan perdagangan satwa.

  • Kasus pertama pasien positif cacar monyet di Indonesia setelah pulang dari luar negeri.

PENYAKIT endemis di Afrika Barat dan Afrika Tengah, cacar monyet atau monkeypox, menyebar cepat sehingga para ahli meminta pemerintah Indonesia bergegas memperketat dan mengawasi lalu lintas manusia ataupun perdagangan hewan. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan penyakit menular ini telah menyebar ke 96 negara.

Sampai Kamis, 25 Agustus lalu, kasus cacar monyet paling banyak terjadi di enam negara, yakni Amerika Serikat dengan 15.877 kasus tanpa kematian, Spanyol (6.284, 2 pasien meninggal), Brasil (3.984, 1 pasien meninggal), Jerman (3.387, tanpa kematian), Inggris (3.340, tanpa kematian), dan Prancis (2.889, tanpa kematian).

"Pemerintah harus lebih waspada dengan memperketat lalu lintas manusia, misalnya di bandar udara," kata ahli zoonosis dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Wayan Tunas Artama, saat ditemui di kantor One Health Collaborating Center UGM, Senin, 22 Agustus lalu.

Satu kasus pertama di Indonesia diumumkan pemerintah pada Sabtu, 20 Agustus lalu. Pasien 27 tahun berjenis kelamin laki-laki asal Jakarta itu sakit sekembali dari luar negeri pada 8 Agustus lalu. Dia mengalami demam pada 14 Agustus dan muncul ruam pada 16 Agustus. Pada 18 Agustus, rumah sakit mengambil sampel cairan dari ruam cacar untuk pemeriksaan reaksi berantai polimerase (PCR).

Ketua Satuan Tugas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Hanny Nilasari mengatakan kondisi pasien yang terinfeksi virus cacar monyet itu membaik. Pasien menjalani isolasi mandiri karena gejalanya tidak berat. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta memantau ketat pasien tersebut. "Jika mengalami gejala segera melaporkan," ujar Hanny dalam pengarahan media Pengurus Besar IDI, Jumat, 26 Agustus lalu.

Wayan menyebutkan kewaspadaan juga perlu ditingkatkan melalui pengawasan untuk mengidentifikasi kasus, kelompok infeksi, dan sumber infeksi dengan cepat. Tingkat penularan antarmanusia dalam wabah kali ini terbilang tinggi sehingga pengawasan dapat difokuskan pada fasilitas kesehatan dengan target kasus dan kelompok rentan.

Pembatasan perdagangan dan transportasi hewan, Wayan menambahkan, sebaiknya diperketat terutama dari daerah endemis dan negara-negara dengan tingkat kasus tinggi. Hewan yang mungkin telah berkontak dengan hewan terinfeksi harus dikarantina, ditangani sesuai dengan standar pencegahan, dan menjalani observasi gejala cacar monyet selama 30 hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cacar monyet menular antarmanusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau materi lesi cacar serta kontak tidak langsung lewat benda-benda yang terpapar pasien yang terinfeksi virus cacar monyet, contohnya pakaian dan tempat tidur.

Gejala penyakit itu mirip dengan cacar air. Virus masuk melalui lesi di kulit atau luka pada kulit. Pada cacar monyet, virus masuk lewat lesi dalam ukuran yang lebih besar. Virus itu bisa masuk lewat tangan, wajah, kaki, dan bagian tubuh yang lain. Pasien yang tertular akan mengalami gejala demam, pusing, sakit tenggorokan, dan ruam pada kulit. Masa inkubasi virus ini 14- 28 hari.

Berbeda dengan Covid-19, virus ini tidak menular melalui droplet di udara. Meski tingkat kematian pasien cacar monyet rendah, yakni 1 persen, Wayan mengingatkan bahwa diperlukan perhatian khusus terhadap orang dengan tingkat kekebalan tubuh yang rendah, ibu hamil, orang lanjut usia, dan anak-anak.

Vaksinasi cacar monyet, Wayan melanjutkan, bisa menggunakan vaksin cacar atau Orthopoxvirus lain, seperti virus vaccinia. Pada 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui penggunaan vaksin JYNNEOS untuk mencegah penyakit cacar monyet dengan efektivitas mencapai 85 persen. "Orang yang sudah mendapat vaksin cacar air lebih terproteksi dari cacar monyet," tutur Wayan.

Wayan menjelaskan, cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang dapat ditularkan hewan. Penularan ke manusia bisa terjadi saat manusia menangkap, memproses, atau mengonsumsi daging satwa liar. Juga melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi dari hewan yang terinfeksi, seperti primata, rodensia (tikus dan tupai), serta mamalia kecil.

Cara mencegah penularan cacar monyet, Wayan mengimbuhkan, adalah dengan memakai masker, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan makanan. Virus monkeypox tidak tahan panas. Virus ini berkembang di tempat yang lembap atau basah. Virus ini membutuhkan sel karena tidak bisa menyintesis protein. "Karakternya menyelundup. Lalu memproduksi protein dan virus berkembang jadi virus varian baru," ujar Wayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Shinta Maharani

Shinta Maharani

Kontributor Tempo di Yogyakarta

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus