Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena equinox, yang terjadi dua kali setahun pada 21 Maret dan 23 September, membawa perubahan menarik yang dapat mempengaruhi berbagai aspek alam, salah satunya adalah cahaya utara atau aurora borealis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Antara, equinox adalah peristiwa ketika Matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa, menyebabkan durasi siang dan malam hampir sama di seluruh dunia. Kata "equinox" berasal dari bahasa Latin, yaitu "aequus" yang berarti "sama" dan "nox" yang berarti "malam".
Peristiwa astronomi ini terjadi ketika Matahari melintasi garis khatulistiwa, yang mengakibatkan durasi siang dan malam hampir sama di seluruh dunia. Namun, fenomena ini juga memiliki dampak signifikan pada aktivitas aurora, terutama di daerah kutub.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dinukil dari arora-nights.co.uk, selama equinox, biasanya terjadi gangguan geomagnetik yang tinggi, karena kemiringan sumbu Bumi menyelaraskan posisi kita pada sudut optimal terhadap Matahari, memungkinkan kita untuk "menerima" partikel-partikel dari Matahari, yang kemudian menghasilkan tampilan cahaya utara.
Efek Russell-McPherron
Pada 1973, geofisikawan Christopher Russell dan Robert McPherron mengajukan sebuah teori yang menjadi penjelasan paling diterima mengenai mengapa Bumi mengalami peningkatan aktivitas magnetik sekitar waktu equinox. Teori ini kemudian dikenal dengan nama efek Russell-McPherron.
Hipotesis "Russell-McPherron" menjelaskan fenomena ini dengan cara yang lebih ilmiah, namun intinya adalah bahwa gangguan geomagnetik yang intens (hingga dua kali lipat dari badai geomagnetik biasa), ditambah dengan kemiringan sumbu Bumi pada saat itu, menyebabkan medan geomagnetik Matahari dan Bumi serta angin Matahari menjadi sejajar, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan partikel-partikel yang dipancarkan oleh Matahari memasuki atmosfer.
Para ilmuwan memperhatikan apa yang disebut komponen azimut medan, yaitu arah yang, dari pandangan Bumi, bergerak naik dan turun melalui kutub planet. Ketika Bumi mendekati equinox dalam orbitnya, komponen azimut Bumi sejajar dengan komponen Matahari.
Penyelarasan ini sendiri tidak akan langsung membuka bumi terhadap angin Matahari. Namun, kedua medan magnet tersebut akhirnya mengarah pada arah yang berlawanan. Hasilnya dipengaruhi oleh prinsip fisika yang serupa dengan yang terjadi ketika dua ujung magnet batang yang berlawanan saling berdekatan.
Pada saat equinox, lebih banyak angin matahari yang bisa melewati medan magnet bumi, menghasilkan aktivitas geomagnetik yang lebih kuat dan aurora yang lebih terang.
Dengan demikian, pada kedua ekuinoks, aktivitas Cahaya Utara cenderung jauh lebih intens, dan penyelarasan jalur listrik meningkatkan peluang untuk melihat aurora.
Keuntungannya adalah pada musim gugur dan semi, suhu yang lebih hangat membuat pengamatan Cahaya Utara menjadi lebih nyaman, meskipun durasi siang yang lebih panjang berarti Anda harus begadang lebih lama untuk menyaksikannya, terutama pada bulan September.
Meskipun efek Russell-McPherron adalah penjelasan yang paling diterima oleh para ilmuwan, itu mungkin bukan satu-satunya faktor penyebab. Diketahui juga bahwa saat equinox, kutub magnet Bumi berada pada sudut yang tepat terhadap arah aliran angin Matahari, yang membuat angin Matahari lebih kuat. Fenomena ini dikenal dengan efek ekuinoktial.
Namun, banyak ilmuwan yang masih meragukan penyebab pasti munculnya aurora. Mereka belum sepenuhnya yakin tentang apa yang terjadi antara angin matahari dan medan magnet Bumi yang memicu fenomena tersebut.
Maria Fransisca Lahur turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Apa Itu Equinox dalam Astronomi?