Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bahaya Makan Sekali Sehari

Pakar Gizi dari UM Surabaya menjelaskan bahwa makan sekali sehari dapat berdampak pada masalah kondisi tubuh. Apa saja?

3 Oktober 2022 | 20.45 WIB

Ilustrasi wanita makan larut malam. Freepik.com/Tirachardz
Perbesar
Ilustrasi wanita makan larut malam. Freepik.com/Tirachardz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Demi mendapat tubuh langsing, tak sedikit orang yang salah kaprah dengan diet mengurangi frekuensi makan. Frekuensi makan menurut Depkes RI adalah jumlah makan dalam sehari yang meliputi makan pagi, siang, dan malam juga selingan. Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari tiga kali makan utama yaitu makan pagi, siang, dan malam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ahli Gizi dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Tri Kurniawati menjelaskan jadwal makan disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-4 jam. "Sehingga waktu makan yang baik adalah dalam rentang waktu tersebut supaya lambung tidak dibiarkan kosong terlalu lama," ujarnya dikutip dari laman UM Surabaya pada Senin, 3 Oktober 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia menjelaskan, pola makan yang tidak teratur seperti terlambat makan atau menunda waktu makan bahkan tidak makan dapat membuat perut mengalami kekosongan dalam jangka waktu yang lama yang berdampak pada lambung.

“Makan yang tidak teratur membuat rasa lapar yang lebih dibanding orang yang lapar ketika makan teratur. Sehingga akan lebih sulit mengontrol apa yang akan dikonsumsi,” katanya.

Tri yang juga Dosen Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini UM Surabaya menjelaskan makan satu kali sehari tentunnya bukan hal yang dianjurkan karena dapat memicu berbagai masalah kondisi tubuh. Salah satunya adalah kelelahan.

Pola konsumsi yang tidak teratur selama beraktivitas, dapat meningkatkan penggunaan cadangan energi otot. Akibatnya terjadi pengurangan glikogen otot yang dapat menimbulkan rasa lelah dan akan berbanding lurus dengan penurunan kadar glikogen otot.

Kedua, memicu kondisi mengantuk. Kandungan karbohidrat pada makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan kadar gula darah naik dan turun secara cepat yang menyebabkan tubuh mudah lelah. Tubuh akan melepas insulin dan banyak asam amino trifosfat yang akan masuk ke otak dan dapat memacu hormon serotonin yang memiliki efek relaksasi dan mengantuk.

Ketiga, kelebihan jumlah makanan di konsumsi. Meskipun sudah menahan nafsu makan untuk membatasi kalori, tetapi pada akhirnya seseorang akan mengkonsumsi banyak kalori saat waktu makan tiba. Hal tersebut diakibatkan karena menahan lapar dalam waktu yang lama. Kalori akan tambah menumpuk jika mengonsumsi makanan berlemak, makanan olahan, atau camilan.

Keempat adalah kekurangan nutrisi. Selain kuantitas atau jumlah, kualitas makanan yang dikonsumsi harus diperhatikan. “Bila tubuh hanya konsumsi satu kali sehari yang seharusnya tiga kali sehari maka ada kebutuhan gizi secara kualitas dan kuantitas yang belum terpenuhi. Bila terjadi dalam waktu lama akan menyebabkan sesorang jatuh ke dalam kondisi kekurangan gizi,” kata Tri.

Baca juga:

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus