Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Waktu makan ternyata memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan jantung. Sejumlah penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bahwa menyelaraskan waktu makan dengan ritme alami tubuh atau jam biologis dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) IPB University Agil Wahyu Wicaksono mengatakan makan terlalu malam atau saat tubuh bersiap untuk istirahat dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, tekanan darah tinggi, resistensi insulin, dan gangguan metabolisme lainnya. Kebiasaan ini dapat berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sebaliknya, makan lebih awal, terutama sarapan sehat di pagi hari dan makan malam sebelum pukul 8 malam, terbukti memperbaiki proses metabolik, serta menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol,” ucap Agil melalui keterangan tertulis, Kamis, 24 April 2025.
Ia menambahkan, studi besar NutriNet-Santé menemukan bahwa orang yang makan pertama setelah pukul 9 pagi dan terakhir setelah pukul 9 malam memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung dan stroke. Sementara, memperpanjang durasi "puasa" di malam hari juga terbukti mengurangi risiko stroke.
Agil menyebutkan kebiasaan sarapan juga ternyata memiliki manfaat bagi kesehatan jantung. Menurut dia, sebuah tinjauan sistematis yang melibatkan hampir 200 ribu orang dari AS dan Jepang menunjukkan bahwa melewatkan sarapan meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 21 persen dan kematian dari segala penyebab sebesar 32 persen.
“Tidak sarapan dapat memicu kenaikan berat badan, gangguan tekanan darah, serta masalah metabolik yang memicu penyakit jantung. Ketidakteraturan makan, terutama jika mengganggu ritme sirkadian tubuh, juga dapat memperburuk kondisi metabolik secara keseluruhan,” kata dia.
American Heart Association menyatakan bahwa makan terlalu dekat dengan waktu tidur (kurang dari dua jam sebelumnya) berisiko menyebabkan obesitas dan sindrom metabolik. Studi eksperimental turut mengungkapkan bahwa konsumsi kalori dalam jumlah besar pada pagi hari lebih sehat dibanding makan besar di malam hari.
“Pola ini meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan kadar gula darah dan trigliserida, serta mengurangi peradangan. Bahkan, membatasi waktu makan hingga pukul 6 sore dapat membantu menurunkan berat badan dan biomarker peradangan dalam tubuh,” kata Agil.
Pada pekerja malam atau mereka yang mengalami gangguan jam tidur, studi menunjukkan bahwa tidak makan berat saat bergadang dapat mencegah peningkatan tekanan darah, stres pada sistem saraf jantung, dan risiko pembekuan darah.
Fakta ini, kata dia, menegaskan bahwa makan di waktu yang sesuai dengan ritme alami tubuh memberikan perlindungan terhadap kerusakan jantung, bahkan bagi mereka dengan pola tidur atau aktivitas tidak biasa.
“Strategi pola makan seperti early time-restricted eating (eTRE) dan metode intermittent fasting seperti alternate-day fasting (ADF) juga terbukti bermanfaat untuk menurunkan berat badan, tekanan darah, dan memperbaiki kadar lemak darah,” ungkapnya.
Secara keseluruhan, menurut Agil, bukti ilmiah menegaskan bahwa waktu makan sama pentingnya dengan jenis makanan yang dikonsumsi dalam menjaga kesehatan jantung. "Mengatur waktu makan agar selaras dengan ritme alami tubuh adalah langkah sederhana namun efektif untuk mencegah dan mengelola penyakit kardiovaskular."
Pilihan Editor: Peneliti BRIN Ungkap Keunggulan Burung Hantu Membasmi Tikus