Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan arkeologi Indonesia berduka atas meninggalnya arkeolog senior, Profesor Mundardjito. Kabar duka dibenarkan oleh Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar, yang pernah menjadi mahasiswa Mundarjito saat berkuliah di Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya UI. “Benar, kami berduka,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Jumat, 2 Juli 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Agus, dirinya masih belum mengetahui apa penyebab kematian Pak Otti, begitu dia menyapa Mundardjito. Namun, kata dia, Pak Otti sudah mengidap asma sejak lama, bahkan sempat dirawat di rumah sakit. “Saya belum dapat info jelasnya. Apa mungkin karena asmanya yang kambuh. Beliau sudah berusia 85 pada tahun ini,” tutur dia menambahkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar kematian Mundardjito juga beredar di grup percakapan WhatsApp. Dalam pesan itu disebutkan bahwa Mundardjito meninggal pada hari ini Jumat, 2 Juli 2021, pukul 12.40. “Inna lillahi wa inna illayhi rojiun, telah berpulang ke rahmatulloh Bapak kami tercinta Prof. Dr. Mundardjito. Semoga almarhum diterima dan dimudahkan serta dilapangkan jalannya menuju sang khalik,” tulis pesan itu.
Mundardjito lahir di Bogor pada 8 Oktober 1936, dia lulus dari Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuno Indonesia—sekarang Jurusan Arkeologi FIB UI—pada 1963. Dia juga beberapa mendapatkan beasiswa untuk belajar di beberapa perguruan tinggio luar negeri, University of Athens, Yunani (1969-1971) dan University of Pennsylvania, Amerika Serikat (1978-1979).
Mundardjito terkenal mempopulerkan ilmu metodologi arkeologi yang dia pelajari di University of Athens, Yunani, pada 1971. Dia juga membuat cabang ilmu baru yaitu ekologi dalam arkeologi ruang pada 1993.
Sejak 1964, Guru Besar Arkeologi FIB UI ini telah menjelajahi hampir seluruh situs arkeologi di Tanah Air. Mulai dari yang besar-besar, seperti Borobudur, Trowulan, dan Banten Lama, hingga ke sudut-sudut Kutai, Muara Jambi, termasuk Pasir Angin, Jawa Barat.