Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Bayi itu masih mustahil

David m. rorvik, 34, mengkampanyekan bukunya in his image the cloning of a man di australia. percobaan bayi tabung yang dilakukan di australia, as dan inggris diragukan karena belum berhasil. (ilt)

15 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAVID M. Rorvik, 34 tahun, bekas penulis rubrik Kesehatan majalah Time dan pengarang dua buku tentang revolusi 'penciptaan' bayi di luar rahim wanita, mungkin tergolong sebagai pengarang ilmiah-pop paling top belakangan ini. Bukunya yang menggemparkan di Amerika, In His Image -- The Cloning of a Man, berhasil menjadi best-seller baik di negaranya sendiri maupun di beberapa negara Barat lainnya. Bulan lalu, pemunculannya di Australia cukup mengundang reaksi kalangan medis di sana. Tinggal di salah satu hotel menengah di Sydney, dia datang atas biaya penerbitnya yang sudah merentangkan sayapnya ke Australia pula. Sebelumnya, dia sudah tiga bulan bermuhibah mengkampanyekan bukunya di AS, Inggeris, Belanda, Norwegia dan Italia -- bahkan sempat dikecam dengan kerasnya oleh pimpinan Gereja Katolik di Vatikan, Roma. Bukunya (TEMPO, 23 Maret 1978) memang masih sangat diragukan nilai ilmiahnya. Konon ada seorang jutawan tua yang hidup membujang. "Max" nama sandinya, yang kepingin punya anak laki-laki yang 100% mirip dia. Dengan perantaraan David Rorvik, Max berhasil menemukan seorang dokter, bernama sandi "Darwin," yang mau melakukan suatu pembedahan mikro guna menciptakan keturunan tanpa pertemuan sel sperma (jantan) dan sel telur (betina). Caranya, yang sejauh ini baru berhasil diterapkan pada katak, ialah dengan memindahkan sebuah inti sel lelaki itu ke sel telur seorang wanita yang sudah dibuang intinya. Si Gelatik Dan Cinta Bersama Darwin dan Rorvik, Max terbang ke Timur Jauh mencari seorang wanita muda yang mau menyumbangkan telurnya serta 'meminjamkan' rahimnya bagi keperluan eksperimen medis itu. Di sanalah, di antara pohon-pohon karet, cengkeh dan hamparan sawah ditemukannya sang donor sel telur itu. Ia adalah Sparrow (gelatik), nama sandi gadis korban perang (Vietnam?) ini. Pintar bahasa Inggeris, gemar diskusi filsafat dan malah mampu mengalahkan Max di papan catur gadis ini akhirnya menjalin suatu hubungan asmara dengan Max. Tapi jangan salah tebak: keduanya tak sampai menikah seperti lazimnya lelaki dan wanita yang saling mencintai. Kontrak kerja si jelita dari Timur Jauh itu berakhir ketika bayi lelakinya lahir di AS, dua minggu sebelum hari Natal 1976. Bocah itu, yang kini konon sudah berumur 1« tahun, tinggal bersama Max. Tapi siapa "Max", "Darwin" dan "Sparrow" itu, Rorvik yang diberondong pertanyaan wartawan di Sydney tetap tak mau memberitahu. Tangkisannya singkat saja: "Mereka telah minta dirahasiakan namanya secara mutlak, dan permintaan itu telah saya sanggupi." Titik. Di Australia, pengecamnya yang paling keras adalah Dr Derek Bromhall, seorang biolog yang sudah mengadakan percobaan reproduksi a-seksual pada kelinci -- yang belum berhasil hingga kini. Tulis Dr Bromball dalam majalah The Bulletin, 20 Juni, "Rorvik memang ada meminta-nasehat saya soal cloning pada binatang menyusui. Tapi itu bulan Mei 1977, lewat surat. Pada hal katanya anak jutawan misterius itu sudah lahir Desember 1976." Makanya dia curiga bahwa wartawan kesehatan itu hanya menipunya 9 lembar fotokopi tesis Ph. D. Derek Bromhall tentang 7 tahun penyelidikan percobaan pencangkokan inti sel telur binatang menyusui, hanya diperlukan untuk memberi kesan ilmiah pada fiksi ilmiah-populer yang kemudian jadi buku laris di AS itu. "Tapi tak apalah," kata Bromhall, "saya akan menarik kembali seluruh kata-kata saya, asal Rorvik mau menyumbangkan 1 juta dollar dari laba bukunya untuk penyelidikan kanker." Paling tidak, itu lebih positif bagi dunia kesehatan ketimbang buku itu sendiri. Di Inggeris: Bulan Ini? Sementara dunia medis di AS dan Australia disibukkan oleh kampanye Rorvik, orang-orang di Eropa menanti dengan berdebar-debar kabar terbaru dari dua dokter Inggeris Dr Patrik Steptoe, seorang ahli kandungan, dan Dr. Bob Edwards, seorang ahli ilmu faal. Soalnya menurut koran London Daily Mirror bulan ini akan lahir bayi tabung pertama dari kandungan seorang wanita Inggeris, pasien kedua dokter di atas. Kedua dokter ini sudah bekerjasama selama 12 tahun silam. Mereka mencoba menanam kembali sel telur wanita yang sudah dibuahi dalam kandungan 400 wanita. Tapi nyatanya, setelah jangka waktu tertentu rahim para cucu Hawa itu menolak embryo-embryo tadi -- kendati sang embryo berasal dari sel telur wanita itu sendiri, yang lebih dulu dipertemukan dengan sel sperma suaminya dalam tabung reaksi. Padahal cairan dalam tabung reaksi itu sudah diusahakan semirip mungkin dengan suasana dalam rahim -- baik komposisi kimianya, maupun suhunya. Kembali lagi, di sini reaksi paling keras datang dari kalangan medis sendiri. Satu di antaranya adalah Dr Ronald Barnes dari Pusat Penelitian Klinis Harrow, yang menulis sanggahannya dalam jurnal kesehatan Pulse, bulan lalu. Dr Barnes ini bukan dokter sembarangan. Sebab sub-divisi embirologi dan perkembangan janin yang dipimpinnya telah bertahun-tahun mengadakan eksperimen serupa pada tikus dan kelinci dengan biaya pemerintah Inggeris. "Natal lalu, kami sudah menghentikan percobaan itu. Sebab banyak kelainan yang kami temukan pada janin kelinci yang lahir karena pembuahan in vitro (di luar kandungan)," kata Ronald Barnes. Belum sempurnanya hasil eksperimen pada tikus dan kelinci percobaan itulah yang mendorong dia tetap menentang percobaan serupa pada manusia. Katanya lagi: "Mekanisme sukses gagal yang bekerja dalam rahim secara alamiah, belum dapat ditiru dalam laboratorium." Maksudnya: alam sudah mengatur sedemikian rupa, sehingga setiap embryo yang abnormal yang tak dapat 'tertanam' di dinding rahim akan gugur dengan sendirinya. Jadi semacam 'seleksi alamiah', begitulah. Boleh jadi, proses seleksi alamiah ini pulalah yang menyebabkan wanita-wanita yang dibantu kedua dokter Inggeris itu selalu mengalami pengguguran setelah dua sampai tiga minggu. Manusia belum tahu banyak hal rupanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus