DAVID M. Rorvik, 34 tahun, bekas penulis rubrik Kesehatan
majalah Time dan pengarang dua buku tentang revolusi
'penciptaan' bayi di luar rahim wanita, mungkin tergolong
sebagai pengarang ilmiah-pop paling top belakangan ini. Bukunya
yang menggemparkan di Amerika, In His Image -- The Cloning of a
Man, berhasil menjadi best-seller baik di negaranya sendiri
maupun di beberapa negara Barat lainnya.
Bulan lalu, pemunculannya di Australia cukup mengundang reaksi
kalangan medis di sana. Tinggal di salah satu hotel menengah di
Sydney, dia datang atas biaya penerbitnya yang sudah
merentangkan sayapnya ke Australia pula. Sebelumnya, dia sudah
tiga bulan bermuhibah mengkampanyekan bukunya di AS, Inggeris,
Belanda, Norwegia dan Italia -- bahkan sempat dikecam dengan
kerasnya oleh pimpinan Gereja Katolik di Vatikan, Roma.
Bukunya (TEMPO, 23 Maret 1978) memang masih sangat diragukan
nilai ilmiahnya. Konon ada seorang jutawan tua yang hidup
membujang. "Max" nama sandinya, yang kepingin punya anak
laki-laki yang 100% mirip dia. Dengan perantaraan David Rorvik,
Max berhasil menemukan seorang dokter, bernama sandi "Darwin,"
yang mau melakukan suatu pembedahan mikro guna menciptakan
keturunan tanpa pertemuan sel sperma (jantan) dan sel telur
(betina). Caranya, yang sejauh ini baru berhasil diterapkan pada
katak, ialah dengan memindahkan sebuah inti sel lelaki itu ke
sel telur seorang wanita yang sudah dibuang intinya.
Si Gelatik Dan Cinta
Bersama Darwin dan Rorvik, Max terbang ke Timur Jauh mencari
seorang wanita muda yang mau menyumbangkan telurnya serta
'meminjamkan' rahimnya bagi keperluan eksperimen medis itu. Di
sanalah, di antara pohon-pohon karet, cengkeh dan hamparan sawah
ditemukannya sang donor sel telur itu. Ia adalah Sparrow
(gelatik), nama sandi gadis korban perang (Vietnam?) ini. Pintar
bahasa Inggeris, gemar diskusi filsafat dan malah mampu
mengalahkan Max di papan catur gadis ini akhirnya menjalin
suatu hubungan asmara dengan Max.
Tapi jangan salah tebak: keduanya tak sampai menikah seperti
lazimnya lelaki dan wanita yang saling mencintai. Kontrak kerja
si jelita dari Timur Jauh itu berakhir ketika bayi lelakinya
lahir di AS, dua minggu sebelum hari Natal 1976. Bocah itu, yang
kini konon sudah berumur 1« tahun, tinggal bersama Max.
Tapi siapa "Max", "Darwin" dan "Sparrow" itu, Rorvik yang
diberondong pertanyaan wartawan di Sydney tetap tak mau
memberitahu. Tangkisannya singkat saja: "Mereka telah minta
dirahasiakan namanya secara mutlak, dan permintaan itu telah
saya sanggupi." Titik.
Di Australia, pengecamnya yang paling keras adalah Dr Derek
Bromhall, seorang biolog yang sudah mengadakan percobaan
reproduksi a-seksual pada kelinci -- yang belum berhasil hingga
kini. Tulis Dr Bromball dalam majalah The Bulletin, 20 Juni,
"Rorvik memang ada meminta-nasehat saya soal cloning pada
binatang menyusui. Tapi itu bulan Mei 1977, lewat surat. Pada
hal katanya anak jutawan misterius itu sudah lahir Desember
1976."
Makanya dia curiga bahwa wartawan kesehatan itu hanya menipunya
9 lembar fotokopi tesis Ph. D. Derek Bromhall tentang 7 tahun
penyelidikan percobaan pencangkokan inti sel telur binatang
menyusui, hanya diperlukan untuk memberi kesan ilmiah pada fiksi
ilmiah-populer yang kemudian jadi buku laris di AS itu.
"Tapi tak apalah," kata Bromhall, "saya akan menarik kembali
seluruh kata-kata saya, asal Rorvik mau menyumbangkan 1 juta
dollar dari laba bukunya untuk penyelidikan kanker." Paling
tidak, itu lebih positif bagi dunia kesehatan ketimbang buku itu
sendiri.
Di Inggeris: Bulan Ini?
Sementara dunia medis di AS dan Australia disibukkan oleh
kampanye Rorvik, orang-orang di Eropa menanti dengan
berdebar-debar kabar terbaru dari dua dokter Inggeris Dr Patrik
Steptoe, seorang ahli kandungan, dan Dr. Bob Edwards, seorang
ahli ilmu faal. Soalnya menurut koran London Daily Mirror
bulan ini akan lahir bayi tabung pertama dari kandungan seorang
wanita Inggeris, pasien kedua dokter di atas.
Kedua dokter ini sudah bekerjasama selama 12 tahun silam. Mereka
mencoba menanam kembali sel telur wanita yang sudah dibuahi
dalam kandungan 400 wanita. Tapi nyatanya, setelah jangka waktu
tertentu rahim para cucu Hawa itu menolak embryo-embryo tadi --
kendati sang embryo berasal dari sel telur wanita itu sendiri,
yang lebih dulu dipertemukan dengan sel sperma suaminya dalam
tabung reaksi. Padahal cairan dalam tabung reaksi itu sudah
diusahakan semirip mungkin dengan suasana dalam rahim -- baik
komposisi kimianya, maupun suhunya.
Kembali lagi, di sini reaksi paling keras datang dari kalangan
medis sendiri. Satu di antaranya adalah Dr Ronald Barnes dari
Pusat Penelitian Klinis Harrow, yang menulis sanggahannya dalam
jurnal kesehatan Pulse, bulan lalu. Dr Barnes ini bukan dokter
sembarangan. Sebab sub-divisi embirologi dan perkembangan janin
yang dipimpinnya telah bertahun-tahun mengadakan eksperimen
serupa pada tikus dan kelinci dengan biaya pemerintah Inggeris.
"Natal lalu, kami sudah menghentikan percobaan itu. Sebab banyak
kelainan yang kami temukan pada janin kelinci yang lahir karena
pembuahan in vitro (di luar kandungan)," kata Ronald Barnes.
Belum sempurnanya hasil eksperimen pada tikus dan kelinci
percobaan itulah yang mendorong dia tetap menentang percobaan
serupa pada manusia. Katanya lagi: "Mekanisme sukses gagal yang
bekerja dalam rahim secara alamiah, belum dapat ditiru dalam
laboratorium." Maksudnya: alam sudah mengatur sedemikian rupa,
sehingga setiap embryo yang abnormal yang tak dapat 'tertanam'
di dinding rahim akan gugur dengan sendirinya. Jadi semacam
'seleksi alamiah', begitulah.
Boleh jadi, proses seleksi alamiah ini pulalah yang menyebabkan
wanita-wanita yang dibantu kedua dokter Inggeris itu selalu
mengalami pengguguran setelah dua sampai tiga minggu.
Manusia belum tahu banyak hal rupanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini