Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Di belakang statistik film

Data statistik mengenai film yang ikut serta dalam ffi 1978 menunjukkan bahwa kapasitas maksimal produksi film masih terbatas. diharapkan masalah ini akan segera dibenahi menteri penerangan.

15 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM Festival Film Indonesia (FFI) 1978 ikut serta sebanyak 56 buah film cerita dan 6 buah film dokumenter. Kalau dibandingkan dengan jumlah produksi film cerita untuk tahun 1977 yang dikabarkan mencapai 134 buah maka film-film yang dinilai oleh Dewan Juri FFI 1978 hanya kurang lebih separuh saja dari produksi total. Seksi penilaian Panitia Pusat Penyelenggara FFI saya tugasi membuat daftar data statistik mengenai film-film yang ikut serta. Saya tidak mengatakan data itu bersifat representatif, mencerminkan seluruhnya dan secara teliti keadaan dunia perfilman kita. Akan tetapi beberapa cuplikan dari statistik itu, rasanya tidak saja bisa menyibak tabir memberikan pemandangan baru bagi publik awam, tetapi juga bagi para karyawan film sendiri, termasuk pengurus KFT, Parfi, dan sebagainya. Data artis menyatakan: pemeran utama pria 35 orang pemeran utama wanita 35 pemeran pembantu pria 62 pemeran pembantu wanita 57. Roy Marten Di antara pemeran utama pria yang terbanyak bermain yaitu 7 kali ialah Roy Marten, disusul oleh enam aktor yang masing-masing bermain 2 kali yaitu Slamet Raharjo, Benyamin S., Rachmat Hidayat, Robby Sugara, Rendra dan Bagus Santoso. Ada 3 pendatang baru seorang di antaranya ialah Kaharuddin Syah yang mendapat piala Citra. Dalam kelompok pemeran utama wanita Marini yang top (main sebanyak 6 kali), disusul dekat oleh Yati Octavia (5 kali), lalu Christine Hakim, Tanti Yosepha, Lenny Marlina. Debby Cynthia Dewi yang masing-masing bermain 2 kali, kemudian Tuti Indra Malaon dan Yenny Rachman yang bermain 1 kali. Newcomer tercatat sebanyak 12 orang, di antaranya dua orang mendapat piala atau hadiah khusus dari Dewan Juri yaitu Joyce Erna dalam Suci Sang Primadona dan Amaliah dalam Selangit Mesra. Saya catat juga di antara para pendatang baru itu Eva Yanti Ernas dalam film Duo Kribo, Rica Rachim dalam Jakarta, Jakarta, Marina Gardena dalam Mutiara, Rosa Marunduh Alatas dalam Operasi Tinombala, yang pada hemat saya merupakan material baik untuk diperkembangkan sebagai aktris tenar pada waktunya, bahkan mereka menemui cerita dan sutradara yang tepat. Rupa-rupanya Muni Cader yang paling banyak dicari oleh sutradara sebagai pemeran pembantu pria. Ia bermain 6 kali, disusul oleh Maruli Sitompul yang main 5 kali, Alam Surawijaya 4 kali, A. Hamid Arief, Kusno Sudjarwadi, Parto Tegal, WD Mochtar 3 kali, sedangkan yang bermain 2 kali ialah Herman Masduki, Sukarno M. Noor, Aedy Moward, Awaluddin, Rudy Salam, Rachman Arge, Mansjur Syah, Rachmat Kartolo, Arman Effendy, S. Bono, Ucok AK, Eddy Sud, Hassan Sanusi. Cuma satu kali Marsito Sitorus bermain, tetapi dialah yang menggondol Piala Citra untuk peranannya yang tak terlupakan dalam film Jakarta, Jakarta. Jumlah sutradara dalam film-fllm yang ikut FFI 1978 ialah 42 orang. Yang terbanyak dapat kesempatan menyutradarai film yakni 3 kali ialah Sandy Suwardi Hasan dan Has Manan. Yang mendapat giliran 2 kali ialah Syuman Djaya, Ami Priyono, Teguh Karya, Wahyu Sihombing, Nico Pelamonia, Arizal, Maman Firmansyah, L. Sudjio, Sisworo Gautama dan Franky Rorimpandey. Yang hanya dapat 1 kali: Wim Umboh, Turino Junaidi, Ali Sahab, Nawi Ismail, Nya Abbas Acup, Frits Schadt, Wahab Abdi, Pitrajaya Burnama, dan seterusnya. Penulis skenario tercatat sebanyak 35 orang. Arifin C. Noor yang merupakan top, ia menulis 7 skenario, disugul oleh Syuman Djaya dengan 5 skenario. Darto Joned dan Deddy Armand masing-masing dengan 3 skenario, dan dalam kelompok 2 skenario terdaftar Teguh Karya, Tati Malyati, Sandy Suwardi Hasan, Nya Abbas Acup dan L. Sujio. Yang menulis 1 skenario saja ialah Umar Kayam, SM Ardan H. Misbach Yusa Biran, Asrul Sani, Abrar Siregar, Narto Erawan, Teguh Esha, Setiadi Tryman, dan seterusnya. Jumlah juru kamera 31 orang. Yang paling banyak yaitu 4 kali ikut dalam produksi ialah Leo Fiole dan Andrian Susanto, disusul oleh RD Husen, Harry Susanto dan Asmawi masing-masing 3 kali, sedangkan yang 2 kali dapat giliran ialah Tantra Suryadi, Lukman Hakim Nain, Gajah Supandi, Akin, Kasiyo H., Syam, Cucu Suteja, Ismaun, H. Thaba Max Tera, Kosnen dan Thamjiz. Selebihnya hanya dapat 1 kali. Jumlah pemadu gambar alias editor 17 orang. Yang top ialah jebolan Perfini Yanis Badar dengan 6 film, disusul oleh Alex A. Hasan dan Ismail Marzuki dengan 5 flm, lalu Tantra Suryadi, Cassim Abbas, Mulyadi, Endang, Syamsuri, Rizal Asmar, CH Darmawan masing-masing 3 film, kemudian Wim Umboh, E. Benny Idan Murjadi dengan 2 film. Selebihnya hanya dapat 1 film. Penata musik berjumlah 21 orang. Idris Sardi menata musik dalam 10 produksi, Gatot Sudarto 9, Sudarnoto, Yanuar Arifin dan Nuskan Syarief 3, Eros Jarot dan Enteng Tanamal 2, sedangkan selebihnya dapat 1 kali, di antara mereka misalnya Ucok AK, Achmad Albar dan Guruh Sukarno Putra. Kemungkinan Terbatas Penata artistik berjumlah 37 orang Yang turut dalam 3 produksi ialah Djufri Tanissan, Riesca Ristandi, Sudarsono, Ramidi Rogojampi, Conny Pattirajawane dan Ruslan. Yang turut dalam 2 produksi ialah Benny Benhardi, Fred Wetik, S. Parya, Tantowi, Ardi A., Herman S., Satari, yang selebihnya membenahi 1 produksi, di antaranya Ami Priyono. Data lain yang tidak kurang pentingnya ialah jumlah perusahaan/produser film yang ikut serta dalam FFI 1978 hanya 47 buah, dibandingkan dengan jumlah produser film yang terdaftar pada PPFI yang mencapai angka 150. Saya menyajikan data-data statistik tadi tidak hanya sebagai bahan guna menarik kesimpulan tentang kepopuleran atau kurang ketenaran seseorang artis, tentang daya kreativitas karyawan film bila diukur secara kwantitatif, tapi terutama juga guna melihat the economics dari industri film Indonesia, dari sudut ruangan kesempatan kerja, sudut kemungkinan kapasitas maksimal produksi dengan mengingat tenaga kerja/karyawan yang tersedia, dan sebagainya. Dengan tidak usah menunjukkan lagi angka di sini, kiranya sudah boleh disimpulkan, kemungkinan dan kapasitas itu terbatas adanya. Apalagi dengan suasana yang konon kini meliputi dunia perfilman, para produser bersikap menunggu-dan-melihat sampai lebih jelas kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang hendak dikeluarkan oleh pemerintah cq. Departemen Penerangan, jumlah izin produksi yang dikeluarkan sampai bulan Juni 1978 yang katanya barulah 41 saja, maka pertanyaan yang tak boleh tidak timbul ialah bagaimana dengan penempatan tenaga kerja? Mudah-mudahan Menteri Penerangan Ali Murtopo cepatcepat membenahi persoalan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus