DALAM Festival Film Indonesia (FFI) 1978 ikut serta sebanyak 56
buah film cerita dan 6 buah film dokumenter. Kalau
dibandingkan dengan jumlah produksi film cerita untuk tahun
1977 yang dikabarkan mencapai 134 buah maka film-film yang
dinilai oleh Dewan Juri FFI 1978 hanya kurang lebih separuh
saja dari produksi total. Seksi penilaian Panitia Pusat
Penyelenggara FFI saya tugasi membuat daftar data statistik
mengenai film-film yang ikut serta. Saya tidak mengatakan data
itu bersifat representatif, mencerminkan seluruhnya dan secara
teliti keadaan dunia perfilman kita. Akan tetapi beberapa
cuplikan dari statistik itu, rasanya tidak saja bisa menyibak
tabir memberikan pemandangan baru bagi publik awam, tetapi juga
bagi para karyawan film sendiri, termasuk pengurus KFT, Parfi,
dan sebagainya.
Data artis menyatakan: pemeran utama pria 35 orang pemeran
utama wanita 35 pemeran pembantu pria 62 pemeran pembantu
wanita 57.
Roy Marten
Di antara pemeran utama pria yang terbanyak bermain yaitu 7 kali
ialah Roy Marten, disusul oleh enam aktor yang masing-masing
bermain 2 kali yaitu Slamet Raharjo, Benyamin S., Rachmat
Hidayat, Robby Sugara, Rendra dan Bagus Santoso. Ada 3 pendatang
baru seorang di antaranya ialah Kaharuddin Syah yang mendapat
piala Citra.
Dalam kelompok pemeran utama wanita Marini yang top (main
sebanyak 6 kali), disusul dekat oleh Yati Octavia (5 kali),
lalu Christine Hakim, Tanti Yosepha, Lenny Marlina. Debby
Cynthia Dewi yang masing-masing bermain 2 kali, kemudian Tuti
Indra Malaon dan Yenny Rachman yang bermain 1 kali. Newcomer
tercatat sebanyak 12 orang, di antaranya dua orang mendapat
piala atau hadiah khusus dari Dewan Juri yaitu Joyce Erna dalam
Suci Sang Primadona dan Amaliah dalam Selangit Mesra. Saya
catat juga di antara para pendatang baru itu Eva Yanti Ernas
dalam film Duo Kribo, Rica Rachim dalam Jakarta, Jakarta, Marina
Gardena dalam Mutiara, Rosa Marunduh Alatas dalam Operasi
Tinombala, yang pada hemat saya merupakan material baik untuk
diperkembangkan sebagai aktris tenar pada waktunya, bahkan
mereka menemui cerita dan sutradara yang tepat.
Rupa-rupanya Muni Cader yang paling banyak dicari oleh sutradara
sebagai pemeran pembantu pria. Ia bermain 6 kali, disusul oleh
Maruli Sitompul yang main 5 kali, Alam Surawijaya 4 kali, A.
Hamid Arief, Kusno Sudjarwadi, Parto Tegal, WD Mochtar 3 kali,
sedangkan yang bermain 2 kali ialah Herman Masduki, Sukarno M.
Noor, Aedy Moward, Awaluddin, Rudy Salam, Rachman Arge, Mansjur
Syah, Rachmat Kartolo, Arman Effendy, S. Bono, Ucok AK, Eddy
Sud, Hassan Sanusi. Cuma satu kali Marsito Sitorus bermain,
tetapi dialah yang menggondol Piala Citra untuk peranannya yang
tak terlupakan dalam film Jakarta, Jakarta.
Jumlah sutradara dalam film-fllm yang ikut FFI 1978 ialah 42
orang. Yang terbanyak dapat kesempatan menyutradarai film yakni
3 kali ialah Sandy Suwardi Hasan dan Has Manan. Yang mendapat
giliran 2 kali ialah Syuman Djaya, Ami Priyono, Teguh Karya,
Wahyu Sihombing, Nico Pelamonia, Arizal, Maman Firmansyah, L.
Sudjio, Sisworo Gautama dan Franky Rorimpandey. Yang hanya dapat
1 kali: Wim Umboh, Turino Junaidi, Ali Sahab, Nawi Ismail, Nya
Abbas Acup, Frits Schadt, Wahab Abdi, Pitrajaya Burnama, dan
seterusnya.
Penulis skenario tercatat sebanyak 35 orang. Arifin C. Noor yang
merupakan top, ia menulis 7 skenario, disugul oleh Syuman Djaya
dengan 5 skenario. Darto Joned dan Deddy Armand masing-masing
dengan 3 skenario, dan dalam kelompok 2 skenario terdaftar Teguh
Karya, Tati Malyati, Sandy Suwardi Hasan, Nya Abbas Acup dan L.
Sujio. Yang menulis 1 skenario saja ialah Umar Kayam, SM Ardan
H. Misbach Yusa Biran, Asrul Sani, Abrar Siregar, Narto Erawan,
Teguh Esha, Setiadi Tryman, dan seterusnya.
Jumlah juru kamera 31 orang. Yang paling banyak yaitu 4 kali
ikut dalam produksi ialah Leo Fiole dan Andrian Susanto, disusul
oleh RD Husen, Harry Susanto dan Asmawi masing-masing 3 kali,
sedangkan yang 2 kali dapat giliran ialah Tantra Suryadi, Lukman
Hakim Nain, Gajah Supandi, Akin, Kasiyo H., Syam, Cucu Suteja,
Ismaun, H. Thaba Max Tera, Kosnen dan Thamjiz. Selebihnya hanya
dapat 1 kali.
Jumlah pemadu gambar alias editor 17 orang. Yang top ialah
jebolan Perfini Yanis Badar dengan 6 film, disusul oleh Alex A.
Hasan dan Ismail Marzuki dengan 5 flm, lalu Tantra Suryadi,
Cassim Abbas, Mulyadi, Endang, Syamsuri, Rizal Asmar, CH
Darmawan masing-masing 3 film, kemudian Wim Umboh, E. Benny Idan
Murjadi dengan 2 film. Selebihnya hanya dapat 1 film.
Penata musik berjumlah 21 orang. Idris Sardi menata musik dalam
10 produksi, Gatot Sudarto 9, Sudarnoto, Yanuar Arifin dan
Nuskan Syarief 3, Eros Jarot dan Enteng Tanamal 2, sedangkan
selebihnya dapat 1 kali, di antara mereka misalnya Ucok AK,
Achmad Albar dan Guruh Sukarno Putra.
Kemungkinan Terbatas
Penata artistik berjumlah 37 orang Yang turut dalam 3 produksi
ialah Djufri Tanissan, Riesca Ristandi, Sudarsono, Ramidi
Rogojampi, Conny Pattirajawane dan Ruslan. Yang turut dalam 2
produksi ialah Benny Benhardi, Fred Wetik, S. Parya, Tantowi,
Ardi A., Herman S., Satari, yang selebihnya membenahi 1
produksi, di antaranya Ami Priyono.
Data lain yang tidak kurang pentingnya ialah jumlah
perusahaan/produser film yang ikut serta dalam FFI 1978 hanya
47 buah, dibandingkan dengan jumlah produser film yang terdaftar
pada PPFI yang mencapai angka 150.
Saya menyajikan data-data statistik tadi tidak hanya sebagai
bahan guna menarik kesimpulan tentang kepopuleran atau kurang
ketenaran seseorang artis, tentang daya kreativitas karyawan
film bila diukur secara kwantitatif, tapi terutama juga guna
melihat the economics dari industri film Indonesia, dari sudut
ruangan kesempatan kerja, sudut kemungkinan kapasitas maksimal
produksi dengan mengingat tenaga kerja/karyawan yang tersedia,
dan sebagainya.
Dengan tidak usah menunjukkan lagi angka di sini, kiranya sudah
boleh disimpulkan, kemungkinan dan kapasitas itu terbatas
adanya. Apalagi dengan suasana yang konon kini meliputi dunia
perfilman, para produser bersikap menunggu-dan-melihat sampai
lebih jelas kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang hendak
dikeluarkan oleh pemerintah cq. Departemen Penerangan, jumlah
izin produksi yang dikeluarkan sampai bulan Juni 1978 yang
katanya barulah 41 saja, maka pertanyaan yang tak boleh tidak
timbul ialah bagaimana dengan penempatan tenaga kerja?
Mudah-mudahan Menteri Penerangan Ali Murtopo cepatcepat
membenahi persoalan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini