Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan startup agriculture bagi Peternak Ayam bernama Chickin yang telah diunduh ribuan peternak ayam di Indonesia. Melalui IoT & AI Chickin dapat meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 persen lebih tinggi. Menurut salah satu peternak ayam Yudi, Chickin sangat membantu dalam pengelolaan/manajemen pemeliharaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Apabila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan, mortalitas bisa ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi,” kata Yudi yang juga merupakan anggota komunitas peternak ayam seperti dilansir di laman resmi UB pada Jumat, 18 Maret 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chickin Indonesia (Chickin) dibangun oleh Ashab Alkahfi jurusan Agroekoteknologi Fakultas Peternakan sebagai President, Tubagus Syailendra jurusan Hubungan Internasional sebagai CEO, dan Ahmad Syaifullah jurusan Sistem Informasi sebagai Chief Technology Officer.
Digagas untuk Menuntaskan Permasalahan Peternak Lokal
Proyek pembuatan startup tersebut telah dimulai sejak mereka duduk di bangku kuliah pada semester dua. “Awal kami riset dan development di daerah Klaten Jawa Tengah. Di sana kita jadi peternak, lalu membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. Dari situ kami mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi,” kata Ashab.
Ashab menambahkan melalui Chickin, peternak tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual. Peternak ayam bisa melakukan climate control dari rumah. Dengan teknologi ini, peternak bisa memasukkan data seperti sarana produksi peternak atau sapronak, data harian, dan data penjualan, sehingga performa lebih terukur dan dapat meminimalisir resiko melalu tindakan preventif.
Beberapa fitur yang ada pada aplikasi Chickin, yaitu kelola kandang, kelola data kandang, dan konfigurasi IoT yang bisa disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu dan kelembaban bahkan umur ayam. Saat ini, selain dengan 14 rumah potong, Chickin juga bermitra dengan 100 industri makanan untuk sebagai penyuplai daging ayam. Ashab berharap nantinya Chickin bisa memberikan dampak baik yang lebih banyak bagi peternak.
Targetkan Omset Rp 500 Miliar
Chickin mencatat pertumbuhan bisnis 22x dalam 10 bulan terakhir dan juga telah menutup putaran pendanaan seed round sebesar Rp 35 milyar dengan 3 investor global. Mereka menargetkan peningkatan omset sebesar Rp500 milyar di akhir 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya.
Dua Founder Chickin Indonesia, Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra, menjadi bagian dari Forbes Indonesia 30 Under 30, yang baru saja di rilis beberapa waktu lalu. Chickin Indonesia merupakan start up binaan Badan Inovasi dan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya yang berhasil meraih pendanaan dari luar negeri sebesar 2,5 juta US$ pada akhir tahun 2021.
Chickin Indonesia, kata pendirinya, berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi untuk meminimalisir penggunaan antibiotik pada ayam organik, dengan mengendalikan suhu kandang, dan memberikan pembinaan pada peternak ayam, secara cuma-cuma, dengan tujuan memodernisasi peternak ayam Indonesia. Hingga saat ini, aplikasi Chickin Indonesia telah digunakan oleh seribu peternak se-Indonesia, dengan target 10 juta ayam yang dipelihara tiap bulan di akhir tahun 2022.
Baca juga: 3 Tips Lolos Beasiswa Luar Negeri dari Dosen Universitas Brawijaya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.