Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dari bengkel mos tobing

Seorang penduduk dari medan, mos tobing, berhasil menciptakan sebuah kompor tanpa sumbu yang hemat bbm menunggu hak patent.(ilt)

26 Februari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOMPOR 16 atau 24 sumbu dipakai oleh banyak orang kota yang berpenghasilan sedang. Pemakaiannya mungkin menghabiskan hampir 2 liter minyak tanah (kerosin) sehari. Mungkin itu terlalu boros, menurut Mahdin Ompu Sumurung Tobing. Mos (begitu singkatan namanya) baru saja berhasil menciptakan sebuah kompor tanpa sumbu. Semburan apinya yang kebiru-biruan mirip api kompor listrik atau elpiji. Bila seseorang memakainya untuk memasak sekitar 5 jam sehari, maka minyak yang terpakai cuma 1/20 liter -- atau 20 hari per liter. Sungguh hemat. "Ini berdasarkan hasil percobaan saya," kata penciptanya. Mos Tobing, seorang kakek lulusan HBS Medan tahun 1925, melakukan eksperimen sejak pertengahan tahun lalu. Alat dapur ciptaannya itu -- juga memakai tungku -- sederhana sekali. Sebagai pengganti sumbu, dia memasang piring besi bergaris tengah 10 cm. Piring ini dihubungkan dengan sebuah pipa besi bergaris tengah 1,3 cm yang panjangnya 20 cm. Di tengah dipasang keran, sedangkan di kepala pipa 1,3 cm yang bertepian dengan piring tadi dipasang jarum sepuyer petromak. "Jarum sepuyer ini sebagai pengganti sumbu pada kompor yang 24 sumbu," kata Mos. Instrumen utama lainnya adalah sebuah tabung, tempat minyak yang dihubungkan oleh pipa plastik sebesar ibu jari tangan, panjangnya 1 meter. Pipa plastik ini disambung ke pipa besi yang memakai kcran tadi. Sedangkan tabung minyak itu terletak terpisah, bisa digantung di dinding. Tabung (20x16x16 cm) dibuat dari besi pelat yang tipisnya 1,5 mm. Selintas melihat disain kompor itu, orang mungkin teringat pada alat infus (jarum gantung) di rumah sakit. Kompor itu mudah dihidupkan. Segulungan kain apa saja diletakkan ke dalam piring yang sudah diisi sedikit minyak lampu. Lalu dibakar. Kira-kira semenit, panasnya sudah menjalar ke pipa besi tadi. Keran yang berfungsi sebagai penggas seperti pada petromak diputar dan dimainkan ke kiri atau ke kanan. Yang keluar melalui sepuyer berubah jadi gas. Ini terjadi karena ada pemanasan pada pipa sepuyer tersebut. Maka hematlah pemakaian bahan bakar minyak. Tingkat kepanasannya di tungku di atas 125øC, hingga semburan api jadi kebiru-biruan. Ini api yang baik untuk sebuah kompor. Untuk air 5 liter, masa mendidihnya hanya 15 menit, dibandingkan dengan kompor gas biasa sekitar 30 menit. "Lihat! Apinya berkobar seperti di petromak atau di kompor gas," kata kakek berusia 77 tahun itu kepada Bersihar Lubis dari TEMPO. "Kalau kompor gas harus dipompa dulu baru bereaksi, kompor saya bereaksi sendiri." Kompor tersebut terhindar dari risiko ledak. Tabung minyaknya tak dirambat panas karena dipisahkan pipa plastik yang jaraknya 1 meter. Mematikan apinya gampang: dihembus atau pakai air seperti pada kompor bersumbu. Keran penyetopnya bisa juga menghentikan seburan gas minyak dari tabung. "Kompor ini saya bikin terutama untuk dipakai masyarakat yang tinggal di kampung atau desa," kata Mos Tobing. Ciptaannya itu sekarang belum diproduksinya secara massal. Dua bulan lalu dia mengajukan permohonan untuk mendapatkan hak patent ke Jakarta, berikut minta izin dari Departemen Perindustrian. Kalau izin dan hak patent sudah keluar, katanya, kompor itu akan dilempar ke pasar dengan harga Rp 15 ribu per buah. Bengkelnya berada di rumahnya, Jalan Binjai Km 6,5 Medan. Di situ Mos juga berhasil membikin pompa air yang beratnya cuma 1,5 kg. Sekitar 30 tahun lalu dia pula orang pertama di Medan yang menciptakan alat penyulingan minyak nilam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus