SPEKULASI tentang lomba senjata AS-US telah sampai pada tingkat
penggunaan sinar laser. Agak suram terutama bagi AS. Aviation
Week and Space Technology dengan tulisan Clarence A. Robinson
Jr., redaktur militer majalah itu mengemukakan "senjata sinar
laser dan sinar partikel atom Uni Soviet sudah selangkah lebih
maju ketimbang Amerika." Sehingga peluru kendali (rudal) Amerika
akan gampang dihancurkan oleh tembakan sinar ultra-modern dari
daratan Rusia.
Ada sedikit perbedaan antara kedua jenis sinar maut itu. Sinar
laser merupakan sinar cahaya berfrekwensi tunggal yang difokus
dan 'dipadatkan' hingga enerji dan daya rusaknya tinggi sekali.
Sasaran yang disinggungnya akan dapat terbakar. Sementara
gelombang ledakannya akan ikut menghancurkan benda-benda di
sekitar sasaran.
Namun sinar laser, seperti sinar cahaya lainnya, dapat terbias
oleh awan mendung. Dengan demikian, cuaca buruk dapat mengurangi
ketepatan tembakannya di angkasa. Itu sebabnya, begitu spekulasi
sementara ahli Amerika, Rusia mengembangkan senjata sinar yang
lebih efektif. Yakni meriam partikel atom sebangsa sinar
elektron. Seperti halnya sambaran petir, sinar partikel ini
dapat menembus awan mendung dan cuaca buruk.
Apa betul teknologi senjata Soviet sudah sejauh itu?
Staf Riset dan Teknologi Menteri Pertahanan AS, Dr Ruth M. Davis
dalam kesaksiannya di depan Kongres meragukannya. "Belum ada
bukti ilmiah bahwa Moskow betul-betul sudah menguji senjata
sinarnya," kata Dr. Davis. "Di beberapa bidang, teknologi mereka
lebih maju. Tapi, dalam hal lain, kita lebih maju. Secara pukul
rata, kekuatan kita masih seimbang. Dan yang jelas, di bidang
senjata sinar baik Rusia maupun Amerika belum memproduksi sebuah
prototip pun," katanya pula kepada wartawan The New York Times,
Malcolm Browne.
Boleh jadi, ucapan sang pejabat hanya suatu obat penenang
sesudah perdebatan yang menghangat di Pentagon dan Gedung Putih.
Namun perkembangan teknologi laser AS sendiri pun sudah jauh.
Awal 1978, sebuah perusahaan di California, Two Systems,
memperagakan meriam laser pesanan Pentagon yang berhasil
menembak jatuh rudal percobaan. Ada pula generator tenaga cahaya
bintang berkekuatan 20 juta megawatt di Livermore, California.
Generator yang belum seluruh meriam lasernya siap waktu itu
diberi nama Shiva, dewa perusak yang dalam agama Hindu berlengan
majemuk. Shiva itu sendiri dilengkapi dengan 20 lengan atau
merlam sinar laser. Sebelum peresmian Shiva, 28 April, sebuah
instalasi penguat berkas cahaya lain berkapasitas 15 juta
megawatt telah hadir di Los Alamos, New Mexico.
Kelihatannya, baik AS maupun US sudah berlomba menjadi pencuri,
sambil menuduh orang lain pencuri. Atau satu sama lain semakin
nlJeri. Kali ini teknologi laser dipergunjingkan. Sedang
beberapa waktu lalu, teknologi manipulasi cuaca.
Ketika kota Buffalo dekat air terjun Niagara (AS) diserang badai
salju lebat di musim dingin 1976-1977, ada sarjana Amerika
menuduh Rusia mengirim salju itu dengan manipulasi medan listrik
statis bumi. Sebaliknya, menjelang Konperensi Perlucutan Senjata
18 negara di Jenewa, Agustus 1975, Uni Soviet sampai meminta
bantuan PBB untuk melarang manipulasi cuaca.
Topik hangat dalam konperensi itu, konon menyangkut rencana
rahasia Pentagon untuk "melubangi" lapisan ozone (03) yang
tingginya sampai 104 km, di atas negara musuh. Melalui "jendela
ozone" itu sinar lembayung-ultra dari matahari akan bebas
memanggang setiap benda hidup di muka bumi persis di bawahnya.
Maut radiasi lembayung-ultra itu akan berlalu dengan dahsyat,
tapi singkat sekali. Sebab lubang dalam lapisan ozone itu segera
akan tertutup kembali.
Walaupun dikabarkan biayanya murah sekali, realisasi rencana
semacam itu bukan cuma soal dana dan teknologinya. Tapi juga
soal disetujui atau tidak oleh para anggota Kongres di Bukit
Capitol, Washington D.C. Seperti halnya dengan penggunaan bom
kuman dan napalm di Vietnam tempo hari, hal pembocoran selimut
ozone belum tentu direstui Kongres.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini